0878 8077 4762 [email protected]

Saling Menghormati Antar Sesama Pemilik Ilmu

Perkenalan Imam Syafi’i dengan Imam Ahmad membuat mereka bersahabat dan saling berguru seterusnya.
Saat murid-murid Asy Syafi’i keberatan mengapa beliau mengunjungi Ahmad yang mereka anggap murid beliau, Asy Syafi’i melantunkan syair. “Semua kemuliaan ada pada Ahmad. Jika dia mengunjungiku itu kemurahan hatinya. Jika aku mengunjunginya, itu sebab keutamaannya.”
Suatu hari Yahya bin Ma’in menegur Ahmad yang dianggap merendahkan ilmu yang mulia dengan menuntun kendaraan Asy Syafi’i. “Katakan kepada Yahya,” jawab Ahmad, “aku berada dalam kemuliaan yang jika dia menginginkan keluruhan serupa, marilah kesini akan kutuntun keledai Asy Syafi’i disebelah kiri dan silakan dia menuntunnya dari sisi yang kanan. Itulah jalan kemuliaan.”
“Selama 40 tahun aku berdoa,” ujar Ahmad kelak, “tak pernah alpa kusebut nama Asy Syafi’i bersama smua pinta.” Ditanyakan kenapa?
“Asy Syafi’i adalah mentari bagi siang dan obat bagi penyakit, maka siapakah yang tak menghajatkan keduanya?”
Ahmadpun bersaksi, “Di tiap 100 tahun Allah bangkitkan seorang mujaddid untuk memelihara agama-Nya. Di abad lalu dialah Umar bin Abdul Aziz, dan di abad ini dialah Asy Syafi’i.”
Adapun Asy Syafi’i selalu berkata kepada Ahmad, “kau lebih tahu tentang suatu hadist, maka bawakan padaku yang shahih dari Nabi saw selalu, duhai sahabat kami yang kuat hafalan lagi terpercaya.”
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media

Arti Hijrah

Nabi saw bersabda, “Disebut berhijrah orang yang meninggalkan larangan Allah.” (HR. Bukhari)
Hijrah ada dua: hijrah makani (transformasi tempat) dan hijrah maknawi (transformasi sikap).
Tidak ada artinya berpindah tempat bila tidak disertai perubahan sikap dan perilaku.
Karena itu bila berpindah tempat bersifat kondisional, transformasi (perubahan) sikap bersifat permanen dan wajib sepanjang hayat.
Yaitu berpindah dari maksiat, dosa, dan keburukan menuju kepada ketaatan dan kebaikan.

Islam Mengatur Semua Aspek Kehidupan

Bayangkan kalau Islam dipisahkan dari aktivitas politik, dari praktek ekonomi, dari kehidupan sosial, seni dan budaya. Maka manusia akan menghalalkan segala cara demi syahwat dan nafsunya.
Kalau Islam tidak mengurus itu semua, buat apa diturunkan ke dunia? Kalau Islam hanya ada di masjid dan hanya mengatur masalah shalat, mengapa sampai ditentang dan diperangi begitu rupa?
Justru Islam datang untuk menata iman, ibadah, muamalah, sosial, politik, dan seluruh aspek kehidupan manusia.
وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Artinya : Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab ( Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. [Surat An-Nahl : 89]

Kemuliaan dari Allah

Apabila mata hati sudah tertutup oleh prasangka, hati jadi buta dan tuli, segalanya akan disesuaikan dengan prasangkanya.
Kemuliaan sesungguhnya adalah bila Allah ridha kepada kita, walau seluruh manusia membenci tidak akan pernah rugi, tapi bila Allah murka pasti celaka
Walau manusia memuji. Siapapun yang lebih sibuk dengan PENILAIAN manusia dan mengabaikan penilaian ALLAH, niscaya akan semakin resah. Padahal manusia tak memberi manfaat tanpa seizinNYA.
Siapapun yang mencari kemuliaan bukan dari ALLAH, maka dia tak akan pernah mulia bahkan menjadi hina diperbudak oleh sesuatu.
Ingatlah bahwa KEMULIAAN seluruhnya hanya MILIK ALLAH. “Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki” (QS. 3:26)
Aa Gym mengatakan “Mencari kemuliaan dan kebahagiaan dengan harta benda dan penilaian manusia pasti tak akan pernah di dapat, hanya melelahkan batin dan semu belaka. Carilah kemuliaan di sisi Allah, di jamin bahagia, mulia yang asli dan kekal.”

Rasa Cinta Pada Allah

Rasa sedih melihat kondisi Islam yang semakin disudutkan adalah respon yang wajar bagi setiap orang yang memiliki iman kepada Allah.
Akan tetapi yang lebih menyedihkan lagi dan membuat dahi kita mengerut, tatkala ada diantara umat islam yg merasa abai, cuek, atau menganggap sepele dan biasa-biasa saja dengan hal ini. Bisa jadi hal itu karena Ketidaktahuannya atau karena memang tidak mau tau.
Perlu diingat, bahwa cinta pada Allah tidak hanya yang tertanam dalam hati. Rasa cinta pada Allah yang hakiki akan dibuktikan dengan amal nyata. Sebagaimana ucapan salah seorang ulama:
“Seseorang yang memiliki perasaan cinta yang tulus pada Allah, hal itu akan menumbuhkan rasa benci kepada sesuatu yang dibenci oleh Allah.
Dan jika rasa cinta telah tertanam kuat dalam hati seorang hamba, ia akan tampak dalam amal yang nyata.