by Danu Wijaya danuw | Aug 11, 2017 | Artikel, Muallaf
Pemahaman Jovanda Stevia Vandeline (13 tahun) soal keagamaan tidak kalah dengan teman-teman sebayanya yang terlahir sebagai Muslim.
Pasalnya, ketika ibunda Erlin Margareth Manopo (49 tahun) masuk Islam, Jovanda yang ketika itu masih usia 4 tahun langsung dididik dengan pendidikan Islam.
Ibunda pun memfokuskan Jovanda untuk menghafal Al-Qur’an, selain belajar dan mempraktikan fikih praktis sehari-hari.
Hasilnya, seperti dilansir laman Wakaf Quran, Jovanda sudah hafal tiga juz Al-Qur’an (Juz 1, 29 dan 30).
Tak hanya cerdas secara spiritual, ia juga cerdas secara akademik. Prestasi akademiknya di sekolah dasar, bukan hanya tidak ketinggalan, tetapi anak pertama dari tiga bersaudara ini kerap mendapatkan ranking 1 dan 2.
Karena kecerdasan dan potensinya untuk lebih berkembang, Jovanda pun meneruskan sekolah di kelas 1 SMP Pondok Pesantren Al Izzah Sukabumi.
Sayang ia memiliki ganjalan dalam hal biaya pendidikan. Pasalnya, kiriman ayahanda Mohammad Hapipi (49 tahun) yang merantau ke Bangka Belitung untuk mengadu nasib hanya cukup untuk membayar kontrakan rumah.
Sementara penghasilan ibunda yang menjadi buruh cuci laundry di dekat rumah kontrakannya, di Kelapa Dua Wetan Rt3/1 Kec Ciracas Jakarta Timur, hanya cukup untuk makan sehari-hari.
Kita doakan semoga Jovanda dapat terus istiqomah dalam hidayah Islam ditengah kesulitan hidupnya, dan Allah swt berikan jalan kemudahan untuk membantu keluarganya.
Sumber : BersamaDakwah
by Danu Wijaya danuw | Aug 11, 2017 | Artikel, Dakwah
Sering sekali pikiran lain muncul tiba-tiba dalam benak kita ketika mengerjakan shalat. Seperti soal pekerjaan, anak, harta, dan dagangan.
Bahkan dalam shalat pun, terkadang khayalan aneh datang menghantui pikiran. Sehingga, semua itu membuat kekhusyukan ibadah menjadi terganggu dan berkurang.
Lalu bagaimana hukumnya? Apakah masih sah shalat orang yang mengkhayal ketika shalat?
Terkait masalah ini, Imam An-Nawawi punya jawaban di dalam kitabnya Fatawa Al-Imam An-Nawawi:
إذا فكر في صلاته في المعاصي والمظالم ولم يحضر قلبه فيها ولا تدبر قراءتها هل تبطل صلاته أم لا؟ أجاب رضي الله عنه: تصح صلاته وتكره..
Artinya, “Bila seorang mengkhayal maksiat dan kezalimaan pada saat shalat sehingga hatinya tidak fokus dan dia tidak meresapi bacaannya, apakah shalatnya masih sah? ‘Shalatnya sah, namun makruh,’” jawab Imam An-Nawawi.”
Orang yang mengkhayal, pikirannya melayang ke mana-mana, bahkan memikirkan sesuatu yang buruk, shalatnya masih dihukumi sah.
Meskipun sah, shalatnya dianggap makruh, karena hatinya tidak hadir dan dia tidak meresapi bacaan yang dilafalkannya sendiri atau mendengar lafal Imam.
Lalu apakah diterima shalatnya? Wallahu a’lam. Kita tidak pernah tahu shalat yang kita kerjakan tersebut apakah diterima atau tidak.
Namun Allah SWT menerangkan dalam sebuah hadits Qudsi tentang Shalat yang Ia terima:
Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku hanya akan menerima shalat orang-orang yang merendahkan dirinya-karena kebesaran-Ku, menahan dirinya dari hawa nafsu karena Aku, yang mengisi sebagian waktu siangnya untuk berdzikir kepada-Ku, yang melazimkan hatinya untuk takut kepada-Ku, yang tidak sombong terhadap makhluk-Ku, yang memberi makan pada orang yang lapar, yang memberi pakaian pada orang yang telanjang, yang menyayangi orang yang terkena musibah, yang memberikan perlindungan kepada orang yang terasing. Kelak cahaya orang itu akan bersinar seperti cahaya matahari.
Aku akan berikan cahaya ketika dia kegelapan. Aku akan berikan ilmu ketika dia tidak tahu. Aku akan lindungi dia dengan kebesaran-Ku. Aku akan suruh Malaikat menjaganya.
Kalau dia berdoa kepada-Ku, Aku akan segera menjawabnya. Kalau dia meminta kepada-Ku, Aku akan segera memenuhi permintaannya. Perumpaannya dihadapan-Ku seperti perumpamaan surga Firdaus”.
Kekhusyukan memang tidak menjadi kewajiban di dalam shalat, namun bukan berarti kita mengabaikannya. Kita mesti mengupayakan dan mengusahkannya. Minimal kita berusaha merenungi dan meresapi setiap bacaan yang dilafalkan ketika shalat.
Setelah berniat dan melakukan takbir, seharusnya pikiran dan hati kita fokus untuk beribadah dan tertuju pada Allah SWT.
Wallahu A’lam.
by Danu Wijaya danuw | Aug 11, 2017 | Artikel, Dakwah
SADAR ataupun tidak, dalam keseharian kita maksiat sangatlah dekat dengan kita. Tak sedikit dari kita yang belum mampu untuk menguasai dirinya sehingga terjerumus ke dalam maksiat.
Bagi sebagian orang yang menginginkan keluar dari kemaksiatan, ternyata inilah hal yang bisa membentengi diri Anda dari kemaksiatan.
Ilmu ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam membentengi maksiat.
Karena semakin seseorang berilmu dan makin mengenal agungnya Rabb yang telah menciptakan dan memberikan berbagai nikmat untuknya, maka tentu ia akan semakin punya rasa takut pada Allah.
Rasa takut inilah yang dapat membentengi dari maksiat.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Seorang hamba bisa menerjang yang haram karena dua sebab:
1- Suuzhon (berprasangka jelek) pada Allah. Karena seandainya seseorang mentaati dan mendahulukan perintah Allah, tentu ia hanya mau melakukan yang dihalalkan.
2- Hawa nafsunya mengalahkan sifat sabar dan menutupi akal, dalam keadaan ia tahu yang dilakukan itu haram. Padahal jika seseorang meninggalkan sesuatu karena Allah, Dia akan mengganti yang lebih baik.
Sebab yang pertama di atas disebabkan karena sedikitnya ilmu. Sedangkan yang kedua dikarenakan kurangnya akal dan bashiroh (cara pandang),” (Al Fawaid karya Ibnul Qayyim, hal. 78).
Itulah yang terjadi di saat kita mudah berbuat maksiat. Itu semua disebabkan karena kurangnya ilmu dan kurangnya akal. Karena ilmu itulah yang dapat membuat kita punya rasa takut pada Allah, sebagaimana disebutkan dalam ayat, “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama,” (QS. Fathir: 28).
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Sesungguhnya yang paling takut pada Allah dengan takut yang sebenarnya adalah para ulama (orang yang berilmu).
Karena semakin seseorang mengenal Allah Yang Maha Agung, Maha Mampu, Maha Mengetahui dan Dia disifati dengan sifat dan nama yang sempurna dan baik, lalu ia mengenal Allah lebih sempurna, maka ia akan lebih memiliki sifat takut dan akan terus bertambah sifat takutnya,” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 308).
Para ulama berkata, “Siapa yang paling mengenal Allah, dialah yang paling takut pada Allah.”
Semakin seseorang berilmu, semakin ia memiliki rasa takut pada Allah. Rasa takut inilah yang membentengi seseorang dari maksiat. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu dalam mengenal Rabbnya.
Seringkali pula para ulama berkata -di antaranya Imam Asy Sya’bi-, “Orang yang berilmu, itulah yang punya rasa takut pada Allah.”
Ibnu Mas’ud pernah berkata, “Cukup rasa takut pada Allah disebut ilmu dan cukup orang yang terbuai dengan karunia Allah disebut bodoh.” (Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 3: 333).
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Jika orang yang takut pada Allah adalah para ulama, lalu mereka inilah yang terpuji dalam Al Qur’an dan mereka pun tidak dicela, maka merekalah yang biasa menjalankan kewajiban,” (Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 21).
Sumber: Rumaysho
by Danu Wijaya danuw | Aug 10, 2017 | Artikel, Berita, Internasional
SINGAPURA – Ketua DPR Singapura Halimah Yacob menjadi favorit kuat untuk mengukir sejarah sebagai presiden pertama wanita di negeri Singa.
Halimah yang sudah lama digadang-gadang akan maju akhirnya mengumumkan kesiapannya pada Minggu (6/8/2017).
Wanita berusia 62 itu menyatakan, jabatan presiden adalah posisi dengan kewajiban yang sangat berat.
Seperti dikutip Channel News Asia disebutkan, Halimah percaya dengan dukungan warga Singapura, dia dapat menjalankan tugas itu dengan baik.
Dia mengaku telah berkonsultasi secara berhati-hati dengan keluarga, kolega, dan teman baiknya untuk keputusan itu.
Halimah juga telah mengajukan pengunduran dirinya sebagai Ketua DPR, anggota DPR, dan anggota partai berkuasa, Partai Aksi Rakyat (PAP).
Pengunduran diri Halimah telah diterima Perdana Menteri Lee Hsien Loong, Senin sore ini (7/8/2017).
Sosok yang juga merupakan Ketua DPR pertama wanita Singapura ini merupakan politisi veteran yang banyak menghabiskan karirnya di serikat buruh Singapura.
Dia resmi terjun ke dunia politik setelah terpilih sebagai anggota DPR di pemilu tahun 2001.
Setelah menjabat sebagai menteri muda sosial dan urusan keluarga, Halimah terpilih sebagai Ketua DPR di tahun 2013.
Sejauh ini, belum ada penantang yang berpotensi mengalahkan Halimah. Nama-nama lain yang juga telah menyatakan kesiapannya maju adalah dua pengusaha, Farid Khan Kaim Khan dan Mohamed Salleh Marican.
Ada pun pemilihan presiden Singapura tahun ini khusus hanya akan diikuti oleh warga Singapura bersuku Melayu.
Perubahan konstitusi dilakukan tahun lalu di mana pemilu “khusus” akan digelar jika ada suku tertentu yang belum menjabat sebagai Presiden Singapura selama lima periode atau 30 tahun.
Ada pun masa jabatan Presiden Singapura adalah enam tahun.
Sosok Melayu satu-satunya terakhir yang memegang posisi ini adalah Yusof Ishak, yang juga presiden pertama Singapura dari 1965-1970.
Pilpres diperkirakan akan digelar di pekan kedua September mendatang.
Etnis Melayu di Singapura adalah penduduk asli negara pulau tersebut. Namun, sebagai tuan rumah justru mereka “tak berdaya”. Singapura mulai didominasi dan dikuasai keturunan Cina.
Dalam tulisan New Straits Times, mengutip sebuah survei pada kebutuhan, keprihatinan dan aspirasi warga Melayu di Singapura, telah mengungkapkan adanya sikap sentimen terhadap kelompok melayu tersebut.
Survei tersebut menunjukkan, bahwa orang-orang Melayu yang identik dengan etnis yang sangat mencintai budayanya, agama, dan negara, justru merasa tak sepenuhnya diterima sebagai bagian dari negara mereka sendiri. Termasuk minimnya partisipasi orang Melayu di Angkatan Bersenjata Singapura (SAF).
Sumber : Kompas/Chanel News
by Danu Wijaya danuw | Aug 10, 2017 | Artikel, Berita, Internasional
NEW YORK – Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menegaskan, Komisi PBB yang menyelidiki kejahatan perang di Suriah harus terus bekerja, meskipun Ketua panel, Carla Del Ponte mengundurkan diri.
Del Ponte berhenti dari tugasnya, sebagai luapan protes atas minimnya tindak lanjut Dewan Keamanan PBB terhadap lusinan laporan yang telah dihasilkan.
Laporan itu menyangkut dugaan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan perang yang serius selama konflik enam tahun di Suriah.
“Guterres menyesalkan keputusan Del Ponte, namun menekankan pentingnya pertanggungjawaban atas kejahatan terhadap warga sipil selama konflik.”
Demikian diungkapkan Jurubicara PBB Stephane Dujarric di New York, seperti dikutip AFP, Senin (7/8/2017).
“Guterres mendukung kerja lanjutan komisi tersebut sebagai bagian penting dan tidak terpisahkan dari proses akuntabilitas,” kata Dujarric lagi.
Sebelumnya, Del Ponte telah menangani komisi tersebut sejak September 2012.
Warga Swis berusia 70 tahun itu juga telah bekerja untuk mengungkap kejahatan perang di Rwanda dan di wilayah bekas Yugoslavia.
Komisi tersebut didirikan oleh Dewan Hak Asasi Manusia PBB, yang bertugas untuk melaporkan pelanggaran HAM dan kejahatan perang di Suriah.
Diperkirakan, lebih dari 330.000 orang telah terbunuh sejak dimulainya perang pada bulan Maret 2011.
Komisi tersebut berulang kali mendesak Dewan Keamanan PBB untuk meminta Pengadilan Pidana Internasional (ICC) membuka penyelidikan atas kejahatan perang di Suriah.
Sebuah tawaran oleh DK PBB pada tahun 2014 untuk membawa Suriah ke pengadilan ICC digagalkan oleh veto ‘berdarah’ China dan Rusia, yang menjadi sekutu Suriah.
“Saya tidak dapat tetap berada di komisi ini yang sama sekali tidak melakukan apa pun,” kata Del Ponte kepada surat kabar Swis Blick.
Del Ponte lantas menuduh anggota DK PBB tidak ingin menegakkan keadilan.
“Awalnya ada yang baik dan buruk -oposisi di sisi baik dan pemerintah dalam peran buruk,” kata dia.
“Tapi hari ini, semua orang di Suriah berada di sisi yang buruk.”
“Pemerintah Bashar al Assad telah melakukan kejahatan mengerikan terhadap kemanusiaan dan menggunakan senjata kimia.”
“Dan oposisi sekarang terdiri dari ekstremis dan teroris,” tegas Del Ponte.
Perempuan itu menambahkan, dia belum pernah melihat kejahatan semacam itu dilakukan di tempat lain, bahkan di bekas Yugoslavia atau pun Rwanda.
Didasari rasa frustrasi atas lambannya DK PBB terkait Suriah, Majelis Umum PBB tahun lalu membentuk sebuah panel internasional.
Panel itu bertugas membantu mengumpulkan bukti yang akan digunakan dalam kasus-kasus penuntutan kejahatan perang di masa depan.
Selanjutnya, Catherine Marchi-Uhel, seorang hakim Perancis akan mulai bekerja sebagai kepala panel baru di Jenewa mulai Selasa (8/8/2017).
Catherine Marchi-Uhel telah berpengalaman menangani kasus internasional di Kosovo, Kamboja, dan bekas wilayah Yugoslavia.
Sumber : Kompas