by Danu Wijaya danuw | Sep 30, 2017 | Artikel, Dakwah
Syiah menganggap bahwa melukai diri untuk mengenang Husain dengan melakukan niyahah, berpakaian hitam, adalah suatu ibadah mulia. Itulah yang didapati pada mereka di hari Asyura tanggal 10 Muharram yang dilakukan di masjid atau tempat ajaran Syiah.
Dalam kitab Syiah sendiri disebutkan,
إن اللطم والتطبير ولبس السواد في عاشوراء والنياحة من أعظم القربات للحسين بل هذه الأفعال من الأعمال الممدوحة
“Sesungguhnya menampar, memainkan pisau ke badan, dan mengenakan pakaian hitam di hari Asyura, juga bentuk niyahah bersedih hati saat itu merupakan di antara bentuk ibadah dalam rangka mengenang Husain.
Bahkan amalan seperti ini termasuk amalan terpuji.” (Lihat: Fatawa Muhammad Kasyif Al Ghitho war Ruhaani wat Tibriziy wa Ghoirihim min Maroji’il Imamiyah)
Syiah Kecewa atas Pembunuhan di Hari Asyura
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Setiap muslim seharusnya bersedih atas terbunuhnya Husain radhiyallahu ‘anhu karena ia adalah sayyid-nya (penghulunya) kaum muslimin, ulamanya para sahabat dan anak dari putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Fathimah yang merupakan puteri terbaik beliau. Husain adalah seorang ahli ibadah, pemberani dan orang yang murah hati.
Akan tetapi kesedihan yang ada janganlah dipertontokan seperti yang dilakukan oleh Syi’ah dengan tidak sabar dan bersedih yang semata-mata dibuat-buat dan dengan tujuan riya’ (cari pujian, tidak ikhlas).
Padahal ‘Ali bin Abi Tholib lebih utama dari Husain. ‘Ali pun mati terbunuh, namun ia tidak diperlakukan dengan dibuatkan ma’tam (hari duka) sebagaimana hari kematian Husain. ‘Ali terbunuh pada hari Jum’at ketika akan pergi shalat Shubuh pada hari ke-17 Ramadhan tahun 40 H.
Begitu pula ‘Utsman, ia lebih utama daripada ‘Ali bin Abi Tholib menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah. ‘Utsman terbunuh ketika ia dikepung di rumahnya pada hari tasyriq dari bulan Dzulhijjah pada tahun 36 H. Walaupun demikian, kematian ‘Utsman tidak dijadikan ma’tam (hari duka).
Begitu pula ‘Umar bin Al Khottob, ia lebih utama daripada ‘Utsman dan ‘Ali. Ia mati terbunuh ketika ia sedang shalat Shubuh di mihrab ketika sedang membaca Al Qur’an. Namun, tidak ada yang mengenang hari kematian beliau dengan ma’tam (hari duka).
Begitu pula Abu Bakar Ash Shiddiq, ia lebih utama daripada ‘Umar. Kematiannya tidaklah dijadikan ma’tam (hari duka). Kuat dugaan karena Husain menikah dengan wanita persia Iran. Sehingga lebih dimuliakan oleh ajaran Syiah yang berpusat di Iran.
Hadits berikut pun menjelaskan bahwa yang dilakukan orang Syiah di hari Asyura termasuk kesesatan.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّة
“Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang menampar pipi (wajah), merobek saku, dan melakukan amalan Jahiliyah.” (HR. Bukhari no. 1294 dan Muslim no. 103).
Semoga kita dijauhi dari paham sesat yang melenceng dari ajaran Islam. Sejatinya ritual syiah ini tidak diajarkan Rasulullah dan bukan dalam ajaran Islam. Dan diberikan hidayah bahwa syiah bukanlah termasuk Islam yang benar.
by Danu Wijaya danuw | Sep 30, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
JAKARTA – Massa Aksi 299 yang sebagian besar dari ormas HTI mengusung dua agenda, yaitu : menolak Perppu Nomor 2 Tahun 2017 tentang Ormas dan menolak kebangkitan PKI berlangsung (jumat, 2/9/17) hingga sore hari.
Peserta aksi dari berbagai ormas, termasuk mantan anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang menjadi ‘korban’ Perppu tersebut.
Juru Bicara HTI, Ismail Yusanto, sempat naik ke mobil untuk melakukan orasi. Dalam orasinya, Ismail menyerukan penolakan terhadap Perppu Ormas dan kebangkitan PKI.
“Tidak ada alasan yang bisa dibenarkan secara hukum untuk diterbitkan Perppu itu. Dinyatakan harus ada kepentingan memaksa. Kenyataannya tidak ada alasan memaksa itu,” kata Ismail Yusanto.
Dia mempermasalahkan pembubaran HTI baru dilaksanakan selama 10 hari setelah Perppu diterbitkan. Argumentasi yang diberikan pemerintah sangat rapuh.
Salah satu alasan memaksa yang digunakan untuk membubarkan HTI adalah pertemuan yang dilakukan pada 2014. Padahal, tidak ada teguran yang diberikan kepolisian saat itu. Polisi terkesan mendukung acara hingga selesai.
Sekelompok orang peserta aksi 299 di depan komplek gedung MPR/DPR RI bersama-sama mengangkat bendera raksasa, lalu, membawa mengelilingi kumpulan peserta aksi.
Mereka membawa dua bendera raksasa yang masing-masing berwarna putih dan hitam itu, mereka menyerukan kata khilafah berkali-kali. “Khilafah, khilafah!” teriak mereka.
Empat Fraksi yang Janji Perjuangkan Aspirasi Aksi 299
Wakil Ketua DPR Fadli Zon, langsung menyinggung perihal isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) kepada para perwakilan peserta aksi. Ia menyampaikan bahwa TAP MPRS nomor XXV tahun 1966 tentang Pembubaran PKI sudah final dan tidak dapat dicabut.
“Kita memang perlu menyampaikan kembali kepada masyarakat yang dilakukan PKI itu jelas karena penyelewengan. Jelas seperti pemberontakan Nazi di jerman,” katanya.
Fadli juga meyakinkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) nomor 20 tahun 2017 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) tidak sesuai dengan Undang-UU Dasar 1945. “Atas nama partai Gerindra kami menolak perpu ini,” tegasnya
Namun, ia tak yakin siapa saja anggota dewan yang setuju dan menolak upaya pencabutan Perppu tersebut. Akan dibahas pada masa sidang ini ada di Komisi II.
Anggota DPR lainnya yang menemui perwakilan massa berasal Partai amanat Nasional (PAN) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Pendapat mereka hampir serupa dengan Gerindra dan Demokrat.
Soal PKI, Fraksi PKS bahkan secara khusus akan meminta agar film Penumpasan Penghianatan G30S/PKI diputar dalam momentum 30 September dan 1 Oktober mendatang.
Sementara terkait Perppu, “Kami menginstruksikam Pak Muzamil di Komisi II (untuk segera bahas), karena Perpu ini tidak susia dengan demokrasi,” ujar ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini.
Fraksi PAN yang diwakili Daeng Muhammad, setali tiga uang. “Saya akan sampaikan. Yakin betul, Ketua Umum PAN menolak kebangkitan PKI dan saya bilang jangan buat perpu sepeeti kacang goreng,” kata anggota komisi III tersebut.
Sumber : Cnn/Tirto
by Danu Wijaya danuw | Sep 30, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Jodoh adalah sebuah misteri. Kalimat tersebut rasanya bukanlah sebuah pepatah belaka. Dengan siapa kita akan menikah hingga bagaimana proses awal bertemunya benar-benar sebuah misteri.
Hal itulah yang dialami oleh Taqiyuddin Malik (Taqy) dan Salmafina Khairunnisa Putri Sunan (Alma) yang baru saja menikah pada tanggal 16 September 2017 lalu.
Pasangan ini menjadi sorotan karena background mereka yang punya jalan cerita berbeda. Yang laki-laki seorang hafiz Quran, yang perempuan dulunya nggak berhijab, sering clubbing, dan juga teman main selebgramAwkarin.
Bagaimana sampai akhirnya mereka justru bisa menikah? Simak ulasan berikut ini.
Taqy dikenal sebagai hafiz Quran yang eksis di media sosial. Dia bahkan bisa meniru suara 40 syekh imam-imam besar.
Saat usianya 17 tahun, Taqy sudah merampungkan hafalan 30 juz Alquran. Selain itu, dia juga bisa menirukan sekitar 40 suara syekh yang merupakan imam-imam besar di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi.

Taqy juga tergabung dalam The Bros Team bersama dua hafiz Quran lainnya yakni Muzammil Hasbalah dan Ibrohim Elhaq. Suara merdunya dalam melantunkan ayat-ayat suci Alquran bisa dinikmati pada akun YouTube-nya.
Anak pengacara Sunan Kalijaga
Alma merupakan putri pengacara kondang Sunan Kalijaga. Awalnya dikenal sebagai teman main Awkarin, sering pergi clubbing dan tentunya nggak berhijab
Anak sulungnya, Alma, dikenal dengan kehidupannya yang glamor. Menjadi anak perempuan satu-satunya membuat dia selalu dimanjakan oleh sang ayah. Alma dikenal kerap mengenakan barang-barang branded. Selain itu, dia ternyata juga jadi salah satu sahabat Awkarin. Keluar masuk bar sudah jadi rutinitasnya tiap akhir pekan.
Mengaku lelah dengan kehidupannya selama ini, Alma akhirnya mantap mengenakan hijab dan menghapus semua foto-fotonya terdahulu
Tanggal 25 Juli 2017 menjadi momen di mana Alma untuk kali pertama mengunggah fotonya mengenakan hijab. Tentu ini jadi kabar yang lumayan mengejutkan jika menengok sepak terjang Alma ke belakang.
Namun katanya, hidayah Allah bisa datang kapan saja dan itulah yang dialaminya. Dia merasa lelah dengan kehidupan bebasnya selama ini. Setelah memutuskan berhijab, dia merasa lebih tenang.
“Dan akhirnya aku coba untuk balik ke Allah, akhirnya ya sudah mantap hijrah.” tutur Alma pada grid.id
Apa yang menjadi alasan Taqy hingga akhirnya bersedia meminang Alma menjadi istrinya?

Ketika orang masa lalunya buruk dan dia berhijrah, itu sebenarnya fitrahnya dia, dia akan menjadi orang yang lebih suci lagi, asalkan dia salat tobat, minta ampun sama Allah. Sebesar apapun dosa manusia tapi ampunan Allah seluas samudra,” ujar Taqy Malik,
Menurut Taqy, setiap orang pastilah punya masa lalu masing-masing, termasuk dengan apa yang Alma lalui di masa silam. Namun, baginya itu nggak jadi soal karena jika sudah mantap untuk berhijrah, ampunan Yang Maha yang kita terima akan lebih luas lagi.
Ternyata Alma duluan yang kirim sinyal pada Taqy untuk memulai proses taaruf, dengan kirim DM ke instagram Taqy.
Setelah berhijrah, Alma kerap berdoa untuk didekatkan dengan jodohnya. Melalui perantara mimpi, nggak disangka bahwa wajah Taqy-lah yang mendatanginya. Sudah lama memang Alma menjadi pengagum Taqy. Sayangnya, pesan awal lewat Direct Message (DM) ke Instagram Taqy nggak direspons. Untuk lebih meyakinkan lagi, dia kembali berdoa, dan jika benar Taqy jawabannya, Alma meminta untuk didatangkan lagi ke dalam mimpinya.
Sepertinya Tuhan benar-benar sedang sangat berbaik hati pada Alma. Untuk kali kedua, Taqy muncul lagi ke dalam mimpinya. Dari situ, dia makin yakin untuk kembali mengirim pesan pada Taqy dan kali ini mendapatkan balasan. Usut punya usut, ternyata Taqy mengakui bahwa banyak sekali pesan berupa CV dari perempuan yang masuk lewat akun sosial media Taqy yang meminta untuk dijadikan istri.
“Alma beda, dia langsung ngirim CV ke Allah. Insya Allah saya siap membimbing dia sampai dia menjadi orang yang mulia di mata manusia hingga mulia di mata Allah SWT,” kata Taqy Malik
Mereka akhirnya menikah di usia Alma yang baru 18 tahun dan Taqy 20 tahun.
Dengan proses perkenalan yang begitu singkat, mereka akhirnya menikah di usia yang sangat muda, Alma 18 tahun dan Taqy 20 tahun. Mereka juga dikabarkan melakukan perjanjian pranikah yang isinya antara lain menunda memperoleh momongan hingga masa studi kuliah selesai dan juga menjalani pernikahan monogami.
Sedihnya, seminggu setelah menikah, Taqy harus terbang ke Cairo untuk kuliah, sehingga mau nggak mau mereka harus menjalani pernikahan jarak jauh.
Akhirnya, jodoh memang sebuah misteri yang sama sekali nggak bisa ditebak. Pun dengan melihat latar belakang seseorang bukan jadi jatah kita untuk menilai. Kalau memang ada orang yang berniat baik untuk mengubah jalan hidupnya, biasanya kebaikan yang lainnya akan mengikuti, termasuk urusan jodoh.
Sumber : Tribun/Dream/Hipwee
by Danu Wijaya danuw | Sep 30, 2017 | Artikel, Dakwah
Semakin banyaknya masyarakat yang masuk Islam pada masa ketiga tahun Umar bin Khaththab menjabat sebagai Khalifah. Masjid Nabawi senantiasa dipenuhi oleh umat Islam untuk beribadah.
Dengan banyaknya umat Islam yang melaksanakan ibadah di Masjid Nabawi menyebabkan Masjid Nabawi dirasa sempit karena tak kuasa lagi menampung jamaah yang jumlahnya semakin meningkat.
Umar bin Khaththab bermaksud memperluas masjid tersebut. Namun, dia menghadapi kendala dalam pemugaran dan perluasan masjid, karena keberadaan rumah Abbas bin Abdul Muththalib di samping masjid.
Maka, suatu hari, Umar pun menemui paman Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, tersebut. Selepas berbagi sapa beberapa lama dengan Abbas bin Abdul Muththalib, sang khalifah kemudian berucap kepada Abbas,
“Wahai Abbas! Saya pernah mendengar Rasulullah, menjelang wafat, bermaksud akan memperluas masjid Kota Madinah ini. Tapi, rumahmu yang berada di dekat masjid ini menghalangi perluasan tersebut. Karena itu, kini, serahkanlah rumah ini kepada kami, sehingga kami bisa memperluas masjid itu. Kami akan menggantinya dengan lahan yang lebih luas.”
“Tidak, wahai Amirul Mukminin! Saya tidak akan menyerahkannya,” jawab Abbas lugas.
“Kalau begitu, kami terpaksa menggusurnya!” ucap Umar tak kalah lugas.
“Engkau tak berhak melakukan hal itu, wahai Amirul Mukminin!” kata Abbas dengan tegas. “Tetapi, sebaiknya kita tunjuk seseorang yang akan mengadili persoalan kita ini berdasarkan kebenaran.”
“Siapa yang engkau pilih?” tanya sang khalifah.
“Hudzaifah bin Al-Yaman!” jawab Abbas
Mereka berdua kemudian mengundang Hudzaifah bin Al-Yaman yang kala itu menjabat Ketua Mahkamah Agung.
Selepas mendengar penuturan kedua belah pihak, Hudzaifah berucap, “Saya pernah mendengar kisah yang sama dengan ini, suatu saat Daud ‘Alaihi sallam bermaksud akan memperluas Bait Al-Maqdis. Kebetulan dia mendapati sebuah rumah di samping tempat beribadah itu. Rumah itu milik seorang anak yatim. Daud pun meminta izin kepada anak itu untuk menyerahkan rumahnya. Tetapi, anak yatim itu menolak permintaan Daud, hingga Daud bermaksud mengambil rumah itu dengan paksa. Maka Allah mewahyukan kepadanya, “Sungguh, rumah yang paling layak terhindar dari keaniayaan adalah rumah-Ku.” Mendengar wahyu itu, Daud pun membatalkan rencananya dan membiarkan rumah itu seperti sediakala.”
Selepas mendengar uraian Hudzaifah bin Al-Yaman tersebut, Abbas bin Abdul Muththalib pun memandangi Umar bin Khaththab seraya bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau masih bermaksud akan mengambil rumah saya ini demi perluasan Masjid Nabawi?”
“Tidak!” jawab Umar dengan tegas.
“Jika demikian, saya akan menyerahkan rumah saya ini kepadamu untuk memperluas masjid itu,” Ucap Abbas.
Sumber : JalanSirah
by Danu Wijaya danuw | Sep 29, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali mengingatkan bahwa pada tahun 1957 para ulama se-Indonesia di Palembang, Sumatera Selatan, telah mengeluarkan fatwa haram terkait ideologi komunisme. Umat Islam yang mengikuti ideologi komunisme sama saja telah murtad.
“Umat Islam yang mengikuti ideologi komunisme murtad, keluar dari Islam. Haram masuk PKI. Jadi PKI partai haram yang sudah difatwakan oleh ulama tahun 1957. Bahkan fatwa itu menyampaikan dilarangnya perkawinan seorang Muslim dengan keluarga PKI,” kata Ketua Dewan penasihat MUI Cholil Ridwan.
Paham Komunis menurut Ulama
Syekh Yusuf Qaradhawi dalam Fiqih Kontemporer menjelaskan, komunisme merupakan paham materialis yang tidak mengakui sesuatu kecuali bersifat kebendaan dan terjangkau bagi pancaindra. Komunisme juga tidak mengakui sesuatu yang ada di balik materi (immateri). Mereka tidak beriman kepada Allah, tidak percaya kepada akhirat, dan perkara gaib lainnya.
Syekh Qaradhawi pun berpendapat, seorang Muslim berpaham komunis adalah murtad atau keluar dari Islam. Meski, jika si komunis itu hanya mengambil sisi sosial dan ekonomi dari sisi komunisme, bukan dari sisi agama. Menurut Qaradhawi, yang demikian itu sudah cukup menjadikan orang tersebut murtad.
Syekh Qaradhawi beralasan, Islam memiliki ajaran-ajaran yang tegas dan jelas dalam mengatur kehidupan ekonomi. Prinsip ini ditentang oleh komunisme. Contohnya, kepemilikan pribadi, kewarisan, zakat, dan hubungan lelaki dengan perempuan. Hukum-hukum ini merupakan bagian dari prinsip agama di dalam Islam.
Ulama kenamaan Saudi, Syekh Muhammad Salih Al Munajjid menjelaskan, tidak mungkin seorang Muslim bisa menjadi komunis dalam waktu bersamaan. Dua paham ini saling bertentangan. Tidak bisa ada pada satu individu tanpa salah satunya dieliminasi. Barang siapa yang menjadi komunis maka dia bukanlah Muslim.
Menurut Syekh Muhammad Salih, komunisme termasuk bentuk kekafiran yang nyata, karena seorang komunis tidak mengakui keberadaan Allah SWT. Mereka pun tidak mengakui adanya du nia yang tidak terlihat. Komunisme juga kerap melecehkan agama Allah dan mencemooh aturan dan nilai-nilai moral di dalamnya.
Akhirul kalam, mengutip dari pernyataan KH Salahuddin Wa hid, komunisme hanya bisa tum buh dan hidup dalam masyarakat yang subur untuk paham itu. Ma sya rakat yang penuh dengan ketidakadilan, kemunafikan, kemiskinan, kebodohan, keterbelakang an, dan berbagai penyakit sosial lainnya.
Untuk memberantas komunisme, kita harus menjawab tantangan itu dengan berjuang menghilangkan lahan yang subur untuk tumbuhnya paham tersebut. Karena itu, umat Islam harus berjihad menghilangkan ketidakadilan, korupsi, kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, dan penyakit masyarakat lainnya. Wallahu’alam.
Disadur : Republika/Viva
Foto : Ulama-ulama palembang, jakarta dan lainnya