0878 8077 4762 [email protected]

Ketika Allah Perlihatkan Usia Nabi Daud kepada Nabi Adam

 
Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda, “Ketika Allah menciptakan Adam dan meniupkan ruh padanya, dia bersin, dia berkata ‘Alhamdulillah’, dia memuji Allah dengan izin-Nya.
Maka Tuhannya berfirman kepadanya, ‘Semoga Allah merahmatimu, wahai Adam. Pergilah kepada para Malaikat itu, sebagian mereka yang sedang duduk. Katakanlah, ‘Assalamu’alaikum!’
Mereka menjawab, ‘Wa’alaikassalamu warahmatihi’.
Lalu Adam kembali kepada Tuhannya, dan Allah berfirman, ‘Sesungguhnya itu adalah penghormatanmu dan penghormatan anak-anakmu di antara mereka.’
Allah berfirman kepada Adam, sementara kedua tangan-Nya mengepal, ‘Pilih satu dari keduanya yang kamu kehendaki.’
Nabi Adam menjawab, ‘Aku memilih tangan kanan Tuhanku dan kedua tangan Tuhanku adalah kanan yang penuh berkah.’
Kemudian Allah membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat Adam dan anak cucunya.
Adam bertanya, ‘Ya Robbi, siapa mereka?’
Allah menjawab, ‘Mereka adalah anak cucumu.’
Ternyata umur semua manusia telah tertulis di antara kedua matanya. Di antara mereka terdapat seorang laki-laki yang paling cerah cahayanya atau termasuk yang paling terang cahayanya. Adam bertanya, ‘Ya Rabbi, siapa ini?’
Allah menjawab, ‘Ini adalah anakmu Daud dan Aku telah menulis umurnya empat puluh tahun.’
Adam berkata, ‘Ya Robbi, tambahkan umurnya.’
Allah berfirman, ‘Itu yang telah Aku tuliskan untuknya.’
Adam berkata, ‘Ya Rabbi, aku memberikan umurku enam puluh tahun kepadanya.’
Allah berfirman, ‘Itu urusanmu.’
Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lalu Adam diminta tinggal di Surga sekehendak Allah, kemudian dia diturunkan darinya. Maka Adam as menghitung sendiri umurnya. Manakala Malaikat maut datang, Adam berkata kepadanya, ‘Kamu telah tergesa-gesa. Aku telah diberi umur seribu tahun.’
Malaikat menjawab, ‘Tidak, tetapi kamu telah memberikan enam puluh tahun umurmu kepada anakmu Dawud.’
..Nabi Adam lupa, maka anak cucunya lupa. Dia berkata, ‘Sejak saat itu diperintahkan untuk menulis dan saksi-saksi.”
 
Sumber : Jalan Sirah
Hadis ini diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Sunannya dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Al-A’raf, 4/267. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi, 3/52, no. 3282.
Hadis kedua diriwayatkan oleh Tirmidzi di dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Muawwidzatain, 4/453. Lihat Shahih Sunan Tirmidzi, 3/137, no. 3607.

Chef Harada Meninggal, Ternyata Sudah Lama Jadi Muallaf

Chef Harada Meninggal, Ternyata Sudah Lama Jadi Muallaf

Senyum lucu dan sikap humoris dari Chef Harada tidak akan terlihat lagi di layar kaca. Sebab Chef asal Jepang yang kerap memandu acara memasak di stasiun televisi telah meninggal dunia.
Mungkin banyak yang mengira Chef Harada merupakan seorang non-Muslim. Padahal, dia sudah menjadi mualaf
Chef bernama lengkap Hirumitsu Harada itu meninggal dunia di Rumah Sakit Puri Cinere pada Senin (19/3/2018).
Menurut penuturan istri Chef Harada, Dewi, suaminya meninggal karena sakit seusai operasi otot virus lambung. Chef Harada berada di rumah sakit sejak 15 Februari 2018.
Dewi menjelaskan, kondisi suaminya sempat membaik pasca operasi. Namun, tidak lama kemudian, kondisi Harada semakin memburuk hingga akhirnya meninggal dunia.
Selama menjadi presenter di sebuah acara televisi swasta, Chef Harada dikenal humoris.
Ia selalu memakai kimono khas Jepang dalam acara tersebut.
Bilamana ditelusuri, fakta hidup Chef Harada begitu menarik untuk disimak.
1. Datang ke Indonesia
Chef Harada pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1987.
Saat itu, ia menjadi chef di sebuah restoran Jepang di kawasan Blok M, Jakarta.
2. Jadi Mualaf
Pada tahun 1989, Chef Harada memutuskan untuk jadi mualaf.
Screenshot_2018-03-19-16-50-35_com.android.chrome_1521512893551
Ia masuk Islam sebelum menikahi istrinya. Sejak itulah namanya berganti menjadi Muhammad Hirumitsu Harada.
3. Dekat dengan Anak
Harada diketahui begitu dekat dengan salah satu putrinya, Ayumi Harada.
Baik di media sosial Harada atau Ayumi, keduanya kerap terlihat memamerkan kebersamaan.
Screenshot_2018-03-20-08-56-00_com.android.chrome_1521512875684
Bahkan, saat Harada tengah sakit, Ayumi beberapa kali menceritakan kondisi terbaru ayahnya ke media sosial.
Jenazah Chef Harada dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan pada Senin siang. Pemakaman berlangsung tanpa menunggu kedatangan anak kedua Harada, Hikaru, yang saat itu sedang dalam perjalanan dari Jepang menuju Indonesia.
 
Sumber : Tribunnews

Lupa Jumlah Rakaat Ketika Shalat, Bagaimana?

Adakalanya di dalam shalat, seorang muslim lupa jumlah rakaat yang sudah dikerjakannya. Nah, bagaimana jika begitu?
Sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah menceritakan, suatu ketika Rasulullah SAW lupa jumlah rakaat ketika shalat. Seusai shalat, beliau ditanya para sahabat, apakah ada perubahan jumlah rakaat shalat?
Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Saya hanyalah manusia biasa. Saya bisa lupa sebagaimana kalian lupa. Jika saya lupa, ingatkanlah saya. Jika kalian ragu tentang jumlah rakaat shalat kalian, pilih yang paling meyakinkan, dan selesaikan shalatnya. Kemudian lakukan sujud sahwi.” (HR. Bukhari & Muslim)
Sebagian ulama berpendapat bahwa ragu-ragu dalam meninggalkan rukun, seperti ragu-ragu dalam meninggalkan jumlah raka’at. Maka hendaknya dia memilih apa yang diyakininya, yaitu; yang lebih sedikit jika salah satunya tidak ada yang lebih dominan, kemudian melaksanakan sujud sahwi sebelum salam.
Imam Al Mawardi –rahimahullah- berkata: ‘Pendapat yang menyatakan: ‘Barang siapa yang ragu-ragu dalam melaksanakan rukun sama dengan meninggalkannya’, mayoritas dari teman-teman kami menyatakan pendapat seperti ini dan meyakininya. Dikatakan bahwa hal itu sama halnya dengan meninggalkan raka’at secara analogi, maka hendaknya dia berjaga-jaga dan mengamalkan keragu-raguan yang lebih dia yakini’,” (Al Inshaaf: 2/150).
Rasulullah ketika lupa jumlah rakaat dalam shalat. Rasul memerintahkan untuk melakukan sujud sahwi.
Apa itu sujud sahwi?
Kata sahwi artinya lupa. Disebut sujud sahwi karena sujud ini dilakukan ketika lupa rakaat dalam shalat. Sujud sahwi disyariatkan dalam rangka menutup kekurangan ketika shalat disebabkan lupa.

Fadhilah Merutinkan Surat Al Kafirun dan Surat Al Ikhlas

TERDAPAT banyak hadits yang menunjukkan rutinitas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat al-Ikhlas dan al-Kafirun.
Diantaranya hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau mengatakan,

أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ، وَالرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ، بِضْعًا وَعِشْرِينَ مَرَّةً أَوْ بِضْعَ عَشْرَةَ مَرَّةً: قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ

Lebih dari 2 kali (dalam riwayat lain) belasan kali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat al-Ikhlas dan al-Kafirun di 2 rakaat sebelum subuh, dan 2 rakaat setelah maghrib. (HR. Ahmad 4763 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Ibnu Umar juga mengatakan,
رَمَقْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِشْرِينَ مَرَّةً، يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ ، وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ : قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Aku memperhatikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selama 20 kali, membaca surat al-Kafirun dan al-Ikhlas di 2 rakaat setelah maghrib dan 2 rakaat sebelum subuh. (HR. Nasai 992 dan dihasankan al-Albani).
Kemudian, keterangan sahabat Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
مَا أُحْصِي مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ المَغْرِبِ ، وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلَاةِ الفَجْرِ : بِقُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُونَ، وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
Tak terhitung aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca surat al-Kafirun dan al-Ikhlas ketika shalat 2 rakaat setelah maghrib dan 2 rakaat sebelum subuh. (HR. Tumurdzi 431 dan dishahihkan al-Albani).
Juga keterangan dari A’isyah radhiyallahu ‘anha,

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ الصُّبْحِ وَالرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ: قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terbiasa membaca surat al-Kafirun dan al-Ikhlas ketika mengerjakan 2 rakaat sebelum subuh  dan 2 rakaat setelah maghrib. (HR. Thabrani dalam al-Ausath 7304).
Kesimpulannya, dianjurkan untuk merutinkan membaca surat al-Kafirun ketika shalat qabliyah subuh dan surat al-Ikhlas bakdiyah maghrib.
Rahasia Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam Merutinkan  Surat al-Ikhlas dan al-Kafirun
Shalat qabliyah subuh adalah shalat sunah yang mengawali waktu pagi, dan bakdiyah maghrib adalah shalat sunah yang mengawali waktu malam.
Sementara surat al-Kafirun dan al-Ikhlas adalah dua surat yang mengajarkan prinsip-prinsip tauhid.
Surat al-Ikhlas mengajarkan tauhid rububiyah dan asma wa shifat, artinya apa saja yang harus kita yakini tentang Allah. Keyakinan bahwa Allah satu-satunya yang berhak diibadahi, tidak beranak dan tidak ada orang tua, dan tidak ada yang serupa dengan Allah.
Sementara surat al-Kafirun mengajarkan tentang kewajiban kita kepada Allah, bahwa kita harus beribadah kepada Allah, dan tidak boleh beribadah kepada selain-Nya. Dan pelajaran tentang prinsip kepada siapa kita harus loyal dan anti-loyal.
Kita menyatakan, “Hai orang kafir…” ini panggilan yang menunjukkan bahwa saya dan anda wahai kafir, adalah saling bertentangan. Sehingga tidak mungkin kita saling mendukung.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membacanya di awal pagi dan awal malam sebagai ikrar tauhid setiap pagi dan petang. (Bada’i al-Fawaid, 1/145 – 146)
Allahu a’lam
 
Sumber: konsultasisyariah

Maher Zain Kunjungi Pengungsi Rohingya di Bangladesh

COXS BAZAR – Maher Zain, musisi berdarah Lebanon yang terkenal di dunia karena lagu religinya, berpartisipasi  dalam kegiatan bantuan kemanusiaan yang dilakukan oleh Bulan Sabit Merah Turki dengan mengunjungi pengungsi Muslim Arakan di Bangladesh.
Menurut Bulan Sabit Merah Turki, Maher Zain berkunjung ke Cox’s Bazar, Rabu (7/3/2108) dalam rangka mengunjungi pengungsi Muslim Arakan yang menyelamatkan diri ke Bangladesh akibat adanya kekerasan di Myanmar.
Sebagai relawan Bulan Sabit Merah Turki, Maher Zain mengikuti kegiatan membagi-bagikan makanan dan peralatan kebersihan kepada orang-orang yang membutuhkan di kamp Balukhali.
Maher Zain mengatakan bahwa dirinya sangat senang menjadi perantara untuk menyampaikan kepada masyarakat dunia, mengenai kegiatan bantuan kemanusiaan oleh Bulan Sabit Merah Turki yang penuh dengan pengabdian.
Dari informasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diketahui ada sekitar 688.000 jiwa pengungsi Rohingya yang menyelamatkan diri ke Bangladesh sejak 25 Agustus 2017.
Kegiatan kemanusiaan tersebut bukan yang pertama kalinya dilakukan Maher Zain. Pada Mei 2017 lalu, dia juga sempat mendatangi Somalia untuk mendukung upaya bantuan kemanusiaan internasional dan menarik perhatian masyarakat dunia pada bencana kelaparan dan kemiskinan di sana.
 
Sumber : Anadoulu