by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Feb 16, 2016 | Artikel, Ringkasan Taklim
Ringkasan Tadabbur Al-Qur’an Surat Al Mumtahanah Ayat 12-13
Baiat Para Wanita
Ahad, 14 Februari 2016
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan
Bersama:
Ust. Fauzi Bahreisy
Surat Al Mumtahanah Ayat 12
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلا يَسْرِقْنَ وَلا يَزْنِينَ وَلا يَقْتُلْنَ أَوْلادَهُنَّ وَلا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٢)
Artinya: “Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan mukmin datang kepadamu untuk mengadakan bai’at (janji setia), bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dosa yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Surat Al Mumtahanah Ayat 13
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ (١٣)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan orang-orang yang dimurkai Allah sebagai penolongmu, sungguh, mereka telah putus asa terhadap akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur juga berputus asa.”
Tadabbur Ayat 12-13
1. Ayat ini dimulai dengan panggilan penghormatan atas kedudukan dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
2. Nabi-nabi yang lain dipanggil langsung dengan namanya. Hal ini mengisyaratkan kepada kita untuk selalu memuliakan Rasulullah SAW dengan adab/akhlak yang baik.
3. Kaum wanita yang datang kepada Nabi untuk berbai’at, menandakan bahwa beliau adalah pemimpin yang dekat dengan rakyat, baik laki/perempuan.
4. Islam mengangkat dan memuliakan kedudukan kaum wanita, salah satunya ada surat khusus tentang wanita namanya “An Nisaa” dalam Al-Qur’an.
5. Pada zaman Rasul pernah beberapa kali wanita datang kepada Rasul, diantaranya tentang “protes” mereka atas kelebihan kaum lelaki. Lalu Rasul mencerahkan dengan kalimat “Bakti kalian kepada suami adalah bagian dari jihad”.
6. Isi baiat para wanita kepada Rasulullah yaitu:
– Tidak berbuat syirik
– Tidak mencuri
– Tidak berzina
– Tidak membunuh anak
– Tidak dusta
– Tidak membangkang
7. Ayat terakhir menerangkan agar kita memiliki loyalitas kepada Allah, Nabi, dan orang-orang beriman.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Feb 13, 2016 | Artikel, Kajian, Ringkasan Taklim
Ringkasan Kajian Tadabbur Al-Qur’an Surat Al-Mumtahanah ayat 10-11.
Ahad, 31 Januari 2016
Pukul 18.00-19.30
Di Majelis Ta’lim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan
Bersama: Ustadz Fauzi Bahreisy
Ayat ke-10 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا جَاءَكُمُ الْمُؤْمِنَاتُ مُهَاجِرَاتٍ فَامْتَحِنُوهُنَّ ۖ اللَّهُ أَعْلَمُ بِإِيمَانِهِنَّ ۖ فَإِنْ عَلِمْتُمُوهُنَّ مُؤْمِنَاتٍ فَلَا تَرْجِعُوهُنَّ إِلَى الْكُفَّارِ ۖ لَا هُنَّ حِلٌّ لَهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّونَ لَهُنَّ ۖ وَآتُوهُمْ مَا أَنْفَقُوا ۚ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ أَنْ تَنْكِحُوهُنَّ إِذَا آتَيْتُمُوهُنَّ أُجُورَهُنَّ ۚ وَلَا تُمْسِكُوا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ وَاسْأَلُوا مَا أَنْفَقْتُمْ وَلْيَسْأَلُوا مَا أَنْفَقُوا ۚ ذَٰلِكُمْ حُكْمُ اللَّهِ ۖ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
10. “Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana“.
Allah Swt membuka ayat ini dengan Nida’ (Panggilan Allah kepada orang-orang yang beriman), ini adalah sebuah bentuk keistimewaan yang dikhusus untuk orang-orang yang beriman, karena konten setelah seruan tersebut berbeda dengan konten yang seruannya kepada seluruh manusia.
Jika seruannya kepada seluruh manusia maka kontennya berkaitan dengan perintah ibadah secara umum, sedangkan untuk orang-orang yang beriman maka kontennya adalah berkaitan dengan hal-hal yang detil tentang syari’at agama, yang menjadi rambu-rambu syari’at bagi orang-orang yang beriman, karena mereka sudah siap menjalankan taklif (hukum agama).
Adapun diantara taklif yang di sebutkan di dalam ayat ini adalah perintah untuk menguji keimanan orang-orang yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah.
Ayat ini berkaitan dengan perjanjian (shulhu hudaibiyah) antara Rasul Saw. dengan kafir Quraisy, adapun isi perjanjian tersebut adalah “Apabila ada penduduk Mekkah yang lari ke Madinah walaupun mereka seorang mukmin maka harus di kembalikan ke Mekkah, namun jika ada penduduk Madinah yang lari ke Mekkah, maka mereka tidak boleh di kembalikan ke Madinah” Walaupun perjanjian ini kelihatannya seperti tidak adil namun Rasulullah Saw menyetujui perjanjian tersebut.
Adapun hikmah di balik perjanjian tersebut adalah : Kesempatan yang sangat berharga bagi penduduk Mekkah yang telah beriman untuk tetap tinggal dan bebas beragama di Mekkah karena mereka di kembalikan lagi ke Mekkah, sedangkan jumlah penduduk Mekkah yang masuk Islam pada saat itu sangat banyak dan ini merupakan kemenangan besar bagi kaum Muslimin.
Tapi semenjak turun ayat ini orang-orang yang masuk Islam dan lari ke Madinah tidak boleh di kembalikan lagi ke Mekkah, sehingga timbul pertanyaan : apakah ini sebuah bentuk pelanggaran dari perjanjian tersebut ?
- Sebagian Ulama mengatakan tidak, karena pasalnya adalah berlaku buat laki-laki bukan perempuan.
- Sebagian lagi mengatakan bahwa ayat ini menasakh sunnah (perjanjian hudaibiyah).
Allah memerintahkan kepada Rasul Saw untuk menguji keimanan mereka, karena jangan sampai tertipu dengan masuk Islamnya mereka, dan itu banyak terjadi sampai sekarang.
“Famtahinuuhunna” maksudnya tanyakan/introgasi kenapa mereka masuk Islam, apakah karena ada persoalan lain”.
“Wallahu A’lamu biimananihinna” maksudnya adalah kita hanya menilai seseorang dari dhahirnya saja, namun Allah yang mengetahui hakikat sebenarnya. Setelah kita berusaha menilai dari zhahirnya namun ternyata tidak seperti itu maka serahkan lah kepada Allah, karena yang penting adalah usaha kita, setelah kita berusaha ternyata salah maka in-syaa Allah, Allah mengampuni.
Setelah di uji dan masuk Islam maka wanita-wanita tersebut tidak boleh di kembalikan kepada suami-suami mereka yang kafir, karena wanita-wanita tersebut tidak halal bagi mereka dan demikian juga sebaliknya.
Jika terjadi perceraian karena masuk Islam maka keduanya harus di pisah, namun di berikan kesempatan untuk mengajak suaminya masuk Islam, apabila suaminya tidak bersedia maka dia harus menunggu selesai masa iddah baru boleh menikah dengan laki-laki lain, tapi kalau suaminya bersedia masuk Islam maka mereka bisa langsung bercampur sebagai suami istri yang sah tanpa harus menunggu masa iddah, akad dan mahar baru.
Jika perceraian itu terjadi maka Islam memerintahkan kepada wanita-wanita tersebut untuk mengembalikan mahar yang pernah di berikan kepada mereka oleh suami-suami mereka yang kafir. inilah contoh keadilan di dalam Islam walau dengan orang kafir sekalipun.
Wanita-wanita yang sudah masuk Islam dari mereka boleh dinikahi dengan syarat memberikan mahar dan memperhatikan nafkahnya.
Jumhur ulama mengatakan bahwa mahar bukan rukun dan syarat sah nikah, nikah tetap sah tanpa mahar jika wanitanya bersedia, yang menjadi rukun dan syarat sah nikah adalah wali dan dua orang saksi.
Pemberian mahar adalah sebagai simbol bahwa seorang suami siap memberikan nafkah kepada istrinya.
Menikahi wanita-wanita yahudi dan Nasrani dibolehkan di dalam Islam asalkan dia wanita yang baik-baik (muhsanat), kalau selain itu (wanita musyrik) tidak boleh sama sekali.
Seorang Muslim boleh meminta kembali mahar yang pernah mereka berikan, jika istri-istri mereka lari dari Islam menuju ke negeri kafir. dan jika ada wanita-wanita yang masuk Islam maka biarkanlah suami-suami mereka (yang masih kafir) meminta kembali mahar yang pernah mereka berikan. itulah hukum-hukum Allah.
Ayat ke-11 :
وَإِنْ فَاتَكُمْ شَيْءٌ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ إِلَى الْكُفَّارِ فَعَاقَبْتُمْ فَآتُوا الَّذِينَ ذَهَبَتْ أَزْوَاجُهُمْ مِثْلَ مَا أَنْفَقُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
11. “Dan jika seseorang dari isteri-isterimu lari kepada orang-orang kafir, lalu kamu mengalahkan mereka maka bayarkanlah kepada orang-orang yang lari isterinya itu mahar sebanyak yang telah mereka bayar. Dan bertakwalah kepada Allah Yang kepada-Nya kamu beriman”
Bagi lelaki (muslim) yang istrinya lari kepada orang-orang kafir, maharnya bisa di kembalikan dari hasil rampasan perang.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
- Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
- Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
- Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Feb 12, 2016 | Artikel
Oleh : Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc, Al Hafidz
Berbicara tentang menghafal Al Qur’an merupakan tema yang sangat dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya karena sangat terkait dengan bagaimana kita memiliki hubungan yang akrab dengan Al Qur’an. Mereka yang akan ditolong oleh Al Qur’an adalah yang berstatus shahibul Qur’an.
Rasulullah saw bersabda “Bacalah Al Qur’an karena sesungguhnya dia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang bersahabat dengannya” (HR. Muslim).
Di dalam hadits diatas disebutkan bahwa yang mendapat pertolongan di hari akhir nanti adalah para sahabat Al Qur’an, bukan pembacanya, karena kalau pembacanya mungkin sekali atau dua kali membaca Al Qur’an, tetapi kalau sahabat membacanya seumur hidup. Mereka yang bersama Al Qur’an seumur hidupnya insya Allah akan ditolong oleh Al Qur’an.
Allah menegaskan bahwa Al Qur’an merupakan sesuatu yang mudah dikerjakan. Hal ini Allah katakan dalam firman-Nya
“Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?” (QS. Al Qamar: 17)
Oleh karena itu, sebelum membahas tema tentang menghafal, marilah terlebih dahulu kita benahi sikap kita terhadap Al Qur’an yang belum sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah SWT. Sebagian dari kita melihat hubungan dengan Al Qur’an itu adalah hubungan yang sifatnya boleh-boleh saja, yang mau silahkan yang tidak mau juga tidak apa-apa, ada lagi yang melihat Al Qur’an hanya sebagai pelengkap acara-acara yang harus ada di forum-forum resmi, misalnya saja pada acara resepsi (walimah) yang mengharuskan ada bacaan Al Qur’an.
Padahal sesungguhnya Allah SWT menginginkan kita untuk memahami Al Qur’an itu dengan pemahaman yang menyeluruh. Misalnya ketika kita sudah memahami bahwa kita harus beribadah semata-mata kepada Allah maka Allah mengingatkan kepada kita pentingnya peran Al Qur’an dalam hidup ini sebagaimana firman-Nya
“Sesungguhnya Kami menurunkan kitab (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan (membawa) kebenaran maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta’atan kepadaNya.” (QS. Az-Zumar : 2)
Beberapa faktor yang mengharuskan kita untuk bersahabat dengan Al Qur’an ialah
Pertama, agar ibadah kita kepada Allah terjaga kemurniannya, tidak mencong apalagi sampai mengarah kepada syirik kepada Allah SWT. Ibadah yang senantiasa diiringi oleh Al Qur’an maka ibadah tersebut akan merasakan peran Allah SWT di dalam kehidupannya. Bahkan setiap fenomena alam pun akan selalu mengingatkan diri manusia kepada Allah SWT, melihat atau merasakan angin yang berhembus saja akan merasa disitu ada peran Allah, wa huwalladzi yursilu arriyaahafatutsiiru assahaaba (Dialah yang mengirim angin berhembus).
Anginnya saja bisa mengingatkan manusia kepada Allah SWT, kalau manusia itu senantiasa baca Al Qur’an. Ini yang harus kita benahi persepsi (tashawwur) diri kita dan ummat ini dalam hubungannya dengan Al Qur’an.
Kedua, karena kita harus shalat, terlebih kalau Allah tambah hidayah kepada kita maka kita akan butuh shalat malam, saat shalat malam itulah peran Al Qur’an sangat dibutuhkan min ahlil kitaabi ummatun qaaimatun yatluuna aayaatillahi (diantara ahli kitab itu ada yang membaca Al Quran), yatluuna aayaatillaahi ana allaili (dalam malam yang panjang), wahum yasjuduun (saat mereka melaksanakan shalat).
Jadi, ketika kita sudah sadar pentingnya shalat, nikmatnya shalat, dan kerinduan kepada shalat seharusnya menyadarkan kita betapa pentingnya diri kita memiliki hubungan yang spesial dengan Al Qur’an. Tidak bisa hubungan ala kadarnya, atau secukupnya, tapi Rasulullah menginginkan agar hubungan yang sampai pada status shahibul Qur’an (sahabatnya Al Qur’an) bahkan di hadits lain harus berstatus Ahlul Qur’an (keluarganya Al Quran).
Ketiga, karena Al Qur’an dapat memberi petunjuk dan kabar gembira kepada sahabatnya. Berulang-ulang Allah menyebut Al Qur’an dengan Hudaw wa Busyra (petunjuk dan pemberi kabar gembira). Siapapun yang mendengar kabar gembira, pasti bahagia dan senang tetapi, kalau kita belum merasa bahagia dan senang dengan Al Qur’an berarti kita belum memiliki hubungan spesial dengan Al Qur’an. Jadi kalau kita sudah tahu bahwa Al Qur’an membahagiakan pasti kita selalu merindukan.
Al Qur’an dapat memberi petunjuk dan kabar gembira kepada orang-orang yang:
1. Berislam (berserah diri kepada Allah)
Hal ini disebutkan dalam Surat An Nahl ayat 102: “Katakanlah: “Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)“.
2. Beriman
Hal ini disebutkan dalam Surat An Naml ayat 2:”Untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman”
Rasulullah mengajak kita untuk senantiasa berdo’a “Allahumma innii asaluka an taj’ala quraana rabii’al qalbi” (ya Allah aku mohon kepadamu agar Al Qur’an ini menjadi sesuatu yang membahagiakan diriku).
Kalau perasaan bahagia ini ada, maka otomatis setiap hari kita akan berusaha untuk bertemu dengan Al Qur’an. Kita akan menghindari hubungan dengan Al Qur’an yang sifatnya tahunan, atau hubungan yang sifatnya hanya pada momen-momen tertentu saja misalnya pada saat ada orang yang meninggal. *bersambung
*disarikan dari Ceramah Ust. Abdul Aziz Abdur Rauf, Lc, Al Hafidz di Majelis Ta’lim Al Iman
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Feb 8, 2016 | Artikel
Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Berdakwah dengan Akhlak
Ahad, 7 Februari 2016
Pukul 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan
Bersama:
Habib DR. Salim Segaf Al Jufri, MA.
Mukmin yang punya akhlaq yang mulia akan dekat kedudukannya dengan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya” (HR. Tirmidzi)
Seorang mukmin harus berakhlaq mulia kepada Allah, Rasulullah, kedua orang tua, mukmin dan manusia pada umumnya.
1. Akhlaq kepada Allah
Bersyukur kepada Allah
Allah telah memberikan banyak nikmat yg tak terhitung jumlahnya.
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)“. (QS. Ibrahim:34)
Maka orang yang mudah mengeluh rezeki sempit, hidup sulit, berarti dia tidak bersyukur kepada Allah, berarti pula dia tidak berakhlaq kepada Allah. Padahal jika diberikan padanya uang milyaran, tapi matanya diambil misalnya, maka ia pun tiak akan mau.
Jika kita bersyukur kepada Allah, maka kita akan mudah menjalankan perintahNya. Seandainya balasan setiap ibadah misalnya shalat diberikan balasannya dalam nominal uang yang besar pastilah semua manusia siap melakukannya. Padahal yang sudah Allah berikan kepada manusia itu tak ternilai, dan Allah memberikan balasan dari setiap ibadah yang kita lakukan lebih baik dari dunia dan seisinya.
Pesan Lukman kepada anaknya: “Wahai anakku jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu, ia berkokok di akhir malam sementara engkau tidur pulas”.
2. Berdakwah di jalanNya.
Setiap muslim adalah da’i bukan hakim. Tugas kita adalah mengajak manusia ke jalan Allah. Bukan menghakimi, mengadili atau menvonis manusia.
Allah tidak membutuhkan ibadah kita, dakwah kita, jihad kita, infaq kita. Allah menyampaikan perintah-perintahNya kepada kita karena sayang kepada kita agar kita beruntung. Jika kita tidak mau melakukan perintah Allah, maka Allah akan menggantikan kita dengan kaum lain yang mau melakukannya.
Jika burung Hud-hud saja yang tidak terkena beban dakwah, dia sangat semangat sampai terbang ribuan mil membantu Nabi Sulaiman dalam berdakwah, bagaimana dengan kita manusia.
Semangat yang luar biasa dengan disertai akhlaq mulia yang bisa menyebabkan risalah Islam ini tersebar.
Islam tidak mengajarkan teori, tapi praktek atau amal. Rasulullah tidak pernah bertanya apa keutamaan suatu amalan, tapi to the point, siapa yang hari ini melakukan kebaikan-kebaikan.
Berdakwah tidak harus dengan ceramah, tetapi bisa dengan apa saja yang kita miliki untuk membantu orang lain mengajak kebaikan, atau menjadi penghubung bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Hidup ini tentang berbagi. Jangan menjadi pribadi yang egois. Berbagilah dengan apa yang kita miliki. Berbagilah dengan kebahagiaan, kita akan semakin bahagia. Berbagilah dengan ilmu kita akan semakin mendapatkan ilmu. Berbagilah dengan senyum, berbagilah apapun yang kita miliki.
3. Akhlaq kepada orangtua
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
“Perlakukanlah kedua orang tua di dunia dengan baik..” (QS. Luqman: 15)
Seorang muslim harus berakhlaq mulia kepada kedua orang tua sekalipun orang tua non muslim. Terlebih ketika mereka sudah tua renta semakin butuh perhatian anaknya.
Berbakti kepada orang tua adalah kunci sukses bagi anak, dunia dan akhirat. Sebaliknya, durhaka kepada orang tua celaka dunia dan akhirat, bahkan akan disegerakan adzabnya di dunia.
Memilih jodoh harus dengan ridho orang tua sehingga pasangan kita nantinya tidak menjadi penghalang kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita.
رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أَحَدُ هُمَا أَوكِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
“Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga” [HR. Muslim]
قَالَ ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا ثَلَاث آيَات نزلت مقرونة بِثَلَاث لَا تقبل مِنْهَا وَاحِدَة بِغَيْر قرينتها أَي
(إِحْدَاهمَا) قَول الله تَعَالَى {أطِيعُوا الله وَأَطيعُوا الرَّسُول} فَمن أطَاع الله وَلم يطع الرَّسُول لم يقبل مِنْهُ
(الثَّانِيَة) قَول الله تَعَالَى {وَأقِيمُوا الصَّلَاة وَآتوا الزَّكَاة} فَمن صلى وَلم يزك لم يقبل مِنْهُ
(الثَّالِثَة) قَول الله تَعَالَى {إِن اشكر لي ولوالديك} فَمن شكر الله وَلم يشْكر لوَالِديهِ لم يقبل مِنْهُ وَلذَا قَالَ النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم رضى الله فِي رضى الْوَالِدين وَسخط الله فِي سخط الْوَالِدين
Berkata Ibnu Abbas ra ada 3 ayat yang memuat perintah bergandengan (merupakan 1 paket). Tidak diterima jika salah satunya tidak dilaksanakan:
1. {أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ} [النساء: 59]
“Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasulullah“.
Barangsiapa siapa yang menta’ati Allah tapi tidak menta’ati Rasul maka ia tidak diterima keta’atannya.
2. {وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ} [البقرة: 43
“Tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat“.
Barangsiapa siapa yang shalat tapi tidak menunaikan zakat maka tidak diterima shalatnya.
3. {اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ} [لقمان: 14]
“Bersyukurlah kepada Allah dan bersyukurlah (berterima kasihlah) kepada kedua orang tua“.
Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah tapi tidak bersyukur / berterima kasih kepada orang tua maka itu pun juga tidak diterima, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda “Keridhaan Allah tergantung keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan kedua orang tua.”
وَ اللهُ أَعْلَمُ بِالصَّواب
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Jan 24, 2016 | Info

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Hadirilah
Kajian Kitab Riyadhush Shalihin Bab ke-75 dengan tema:
“Memaafkan dan Berpaling dari Orang-orang Bodoh”
Bersama dengan:
Ustadz Rasyid Bakhabazy
In-syaa Allah akan diselenggarakan pada:
Hari Ahad, 24 Januari 2016
Pukul 18.00-19.30 WIB
Bertempat di Majelis Ta’lim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jaksel (Belakang Apotik Prima Farma)
Agar semakin bermanfaat, jangan lupa ajak keluarga dan sahabat agar mereka juga bisa merasakan manfaat dari majelis ini.
Terima kasih banyak bagi yang sudah menyebarkan info pengajian ini ke keluarga dan sahabat. Semoga amal yang sederhana ini menjadikan kita bisa masuk surga bareng-bareng.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh