by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 17, 2016 | Artikel, Dakwah
Kita bisa memahami dengan baik bagaimana kita bisa hidup di bawah naungan firman Allah Jalla Jalaluhu,
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’am: 162)
Tidak masuk akal jika manusia seluruh waktu umurnya hanya melakukan shalat, puasa dan membaca al Quran, tanpa terputus di malam atau siang hari, agar seluruh hidupnya untuk Allah.
Nabi Muhammad saw, dalam hidupnya berpuasa namun juga berbuka (makan), menunaikan shalat namun juga tidur dan menikahi perempuan.
Dengan demikian maka seorang mukmin harus menghimpun antara dunia dan akhirat, menjadikan keduanya satu jalan, agar bisa menjadikan seluruh hidupnya semuanya untuk Allah Ta’ala.
Bila Anda telah memahami definisi menyeluruh tentang arti ibadah ini; Anda tahu bagaimana umat kita ini kalah dan menjadi pengekor bagi bangsa-bangsa lain, karena ketika tercerai berai antara dua kelompok ini.
Antara kelompok yang mengabaikan dunia dengan dalih ingin konsentrasi dan totalitas untuk akhirat, dengan kelompok yang mengabaikan akhirat dan berusaha untuk menggenggam dunia, bukan untuk merealisasikan ridha Allah, namun untuk mendapatkan kenikmatan dan kelezatannya.
Selama anda bekerja atau belajar berarti anda ada dalam ibadah.
Anda dilarang melakukan hal-hal yang membatalkan ibadah Anda. Anda harus menjaga lisan Anda dari berbuat bohong, ghibah, mengumpat dan berkata sia-sia.
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 15, 2016 | Artikel, Dakwah
Duduklah hingga syuruq (pertama terbitnya matahari menandakan berakhirnya waktu Subuh) setiap hari, membaca dzikir.
Tapi jika itu tidak memungkinkan, bisa juga kita lakukan setelah fajar pada hari Sabtu atau Minggu. Karena pada saat itu mayoritas pegawai dan pelajar libur.
Dari Juwairiyah (ummul mukminin), ia mengisahkan bahwa
Suatu hari saat subuh tiba, ia sudah (duduk berdzikir) di tempat sholat dalam rumahnya dan Nabi -shollallohu alaihi wasallam-meninggalkannya keluar (untuk sholat di masjid), kemudian beliau kembali ketika sudah masuk waktu dhuha, sedangkan dia masih tetap duduk (ditempat sholat itu sambil dzikir).
Maka Nabi SAW bertanya, “Kamu masih seperti itu, sejak kutinggal tadi?!” Juwairiyah menjawab, “Ya.” Lalu Nabi SAW bersabda, “Aku akan membaca empat kalimat sebanyak tiga kali, seandainya ia ditimbang dengan dzikir yang kamu ucapkan hari ini, tentu akan melebihi dzikirmu hari ini.”
Lalu beliau membaca dzikir
سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ، عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ، وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Maha suci Allah, aku memuji-Nya dengan pujian sebanyak makhluk-Nya, sejauh kerelaan-Nya, seberat timbangan arsy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya. (HR. Muslim)
Baik kamu kembali ke rumahmu dan tidur kemudian keluar atau kamu keluar dari masjid lansung untuk bekerja atau ke kampus atau ke sekolah, jangan lupa untuk shalat dhuha.
Shalat dhuha ini dilaksanakan sebanyak dua rakaat sampai 8 rakaat ketika sudah tiba waktunya.
At Tirmidzi meriwayatkan hadits yang dishahihkan oleh Albani, bahwasanya Allah Azza wa Jalla berfirman,
“Wahai anak Adam, ruku’lah kepada-Ku sebanyak empat rekaat dari awal siang niscaya Aku jamin kamu di akhir hari.”
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 14, 2016 | Artikel, Dakwah
Perbarui niat, maka pekerjaan yang Anda lakukan akan bernilai ibadah. Dan itu artinya, pekerjaan yang dilakukan akan menjadi jembatan Anda ke surga.
Jangan pergi ke tempat belajar atau tempat kerja dengan jiwa yang tidak bersih dan malas.
Berangkat dan melangkahlah dalam kondisi serius, semangat dan optimis karena sekali lagi, Anda dalam kondisi beribadah, sebagaimana Anda melakukan shalat.
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 14, 2016 | Artikel, Dakwah
Teguran dan hukuman Anda lakukan setelah setiap kali mengevaluasi diri atas dosa yang Anda lakukan, atau pahala yang Anda sia-siakan, atau amal kebaikan yang Anda lakukan dan belum diperbarui niatnya sehingga pahalanya hilang dari Anda.
Maka lakukanlah teguran pada saat itu dengan, misalnya, mencegahnya darimelakukan beberapa hal yang mubah atau menekannya untuk melakukan beberapa sunnah.
Misalnya, dengan melakukan wirid di malam hari lebih banyak dari wirid biasa yang Anda lakukan, atau membaca satu juz al Quran pada siang hari yang tidak biasa dibaca, atau hal-hal yang sejenisnya.
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 12, 2016 | Artikel, Dakwah
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Memaksa dan membiasakan jiwa untuk taat kepada Allah membutuhkan waktu. Dan perlu tegar menghadapi potensi penyimpangan nafsu.
Maka itu, bersungguh-sungguh selalu dan ikatlah agar tidak berontak. Jiwa dan setan serta hawa nafsu adalah musuh kalian. Deklarasikan perang atas mereka.
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At Taubah: 123)
Jangan letakkan senjata taubat dan istigfar yang kita miliki.
Abu Muslim Al-Khaulani menyediakan sebuah cambuk di mihrabnya. Ia gunakancambuk itu untuk memukul kedua kakinya jika lelah berdiri dan melakukan ketataan dan dikatakan kepadanya,
“Bangun, demi Allah akan aku hasung engkau kepada Allah dengan kuat sampai engkau yang lelah dan bukan aku yang lelah.”