0878 8077 4762 [email protected]

Ada 3 Amal Sunnah Puasa yang Tidak Boleh Dilewatkan

Penting bagi muslimin untuk memperbanyak amal sunnah disaat puasa, diantaranya sebagai berikut :
1. Berdo’a ketika berbuka
Doa amat penting sebelum makan. Agar syautan tidak ikut makan dan .engambil keberkahan makanan kita. Waktu berbuka puasa adalah salah satu waktu terkabulnya do’a.
“Sesungguhnya orang yang berpuasa memiliki doa yang tidak akan ditolak ketika berbuka.” (HR. Ibnu Majah 1753, Al-Hakim 1/422, Ibnu Sunni 128, dan At-Thayalisi 299 dari dua jalur. Al-Bushiri mengatakan (2/81): ‘Sanad hadis ini shahih, perawinya tsiqqah’.
2. Memberi makan pada orang yang berbuka.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga,”( HR. Tirmidzi no. 807, Ibnu Majah no. 1746, dan Ahmad 5/192, dari Zaid bin Kholid Al Juhani. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
3. Lebih banyak berderma dan beribadah di bulan Ramadhan
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling gemar melakukan kebaikan. Kedermawanan (kebaikan) yang beliau lakukan lebih lagi di bulan Ramadhan yaitu ketika Jibril ‘alaihis salam menemui beliau.
Jibril ‘alaihis salam datang menemui beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Apabila Jibril ‘alaihi salam datang menemuinya, beliau adalah orang yang lebih cepat dalam kebaikan dari angin yang berhembus,” (HR. Bukhari no. 1902 dan Muslim no. 2308).
 
Sumber : Islampos

Ramadhan, Saatnya Berdoa Untuk Pemimpin

SEBAGAIMANA dengan hadits Rasulullah SAW, “Pemimpin terbaik bagi kalian adalah mereka yang kalian cintai dan mereka pun mencintai kalian. Mereka mendoakan kalian dan kalian pun mendoakan mereka. Pemimpin terburuk bagi kalian adalah mereka yang kalian benci dan mereka membenci kalian,” (HR. Muslim).
Dapat dilihat dari kutipan hadits di atas, bahwa hubungan di antara pemimpin dan rakyat harus ada sebuah ikatan kasih sayang, dan diperlukannya kerjasama yang solid agar terciptanya sistem pemerintahan yang dapat menyejahterakan semua rakyat di sebuah negara tertentu. Tidak terkecuali dengan Indonesia. Akan damai negeri ini jika didalamnya terdapat orang-orang yang saling membangun hubungan dengan dilandasi cinta, kasih sayang, keikhlasan, dan saling mendoakan. Nah, inilah yang selama ini sering kita lupakan, rakyat dan pemimpin seolah menafikan campur tangan Tuhan dalam menuju bangsa yang lebih baik lagi.
Padahal, bila saja pemimpin dan seantero rakyat ini saling mendoakan dan bersama-sama saling memohon ampun, maka tidak lama lagi akan terwujud perbaikan dari berbagai lini kehidupan. Allah berfirman, “Maka Aku katakan kepada mereka: Mohon ampunlah kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai,” (QS. Nuh [71]: 10-12).
Menilik dari ayat Allah tersebut, bahwa terdapat solusi dari berbagai masalah yang menimpa negeri ini, yakni dengan berdoa pada Allah dan senantiasa memohon ampun kepada-Nya. Dengan seperti itu, insyaAllah akan segera terbuka pintu-pintu rezeki. Baik rezeki berupa uang dan harta, rezeki perdamaian, rezeki kerukunan, rezeki kesejahteraan, rezeki keamanan, rezeki kebahagiaan, rezeki saling mempercayai satu dengan yang lainnya, dan rezeki pemimpin yang mampu memberikan jalan keluar atas krisis multidimensi yang telah lama mendera kita.
Di bulan yang suci ini, mari kita bersama-sama mendoakan untuk para pemimpin kita sebuah doa yang baik agar mereka semua dapat mengemban amanah dengan penuh rasa tanggung jawab.
Dan juga agar mereka tidak mengalami nasib seperti yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, “Apabila seorang manusia yang diberikan kekuasaan memimpin rakyat mati, sedangkan di hari matinya dia telah mengkhianati rakyat, maka Allah mengharamkan surga kepadanya,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada bulan yang dikabulkan segala doa ini mari kita saling mendoakan yang baik satu sama lain. Perlu disadari bahwa kita semua adalah bersaudara. Begitu pula dengan pemimpin kita, dia juga adalah saudara kita.
Apabila kita diam-diam mendoakan kebaikan bagi mereka, maka diam-diam pula malaikat mendoakan kebaikan pada kita. Akhirnya kita semua berada pada kebaikan, kebahagiaan, dan penuh kasih sayang.
Dalam QS. Al-Hasyr [59]: 10 Allah telah menuntun kita dalam berdoa,
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.”
 
Sumber : Buku The Power of Ramadhan, penerbit Haqiena Media
Oleh : Ust. Muhammad Arifin Ilham dan Ustadz. Dr. H. S. Suryani Taher

Sunnah Berbuka dengan Kurma dan yang Manis-manis

Bagi umat muslim buka puasa dengan makanan atau minuman manis disunnahkan. Sayangnya, nafsu makan yang besar saat berbuka puasa sering kali berujung pada konsumsi yang salah, seperti memakan pedas yang membuat perut sakit.
Ketika berpuasa, tubuh tidak mendapatkan asupan makanan atau minuman selama kurang lebih 13-14 jam. Dalam durasi yang cukup lama ini, hipoglikemi mungkin saja terjadi. Beberapa gejala yang mungkin dirasakan oleh orang yang berpuasa.
“Jadi kita harus berbuka dengan yang manis,” ungkap dokter spesialis gizi klinik Fiastuti Witjaksono.
Ada banyak makanan atau minuman manis yang bisa menjadi pilihan menu berbuka. Beberapa di antaranya ialah kolak, kurma hingga jus buah.
Konsumsi makanan atau minuman manis saat berbuka diharapkan cepat menggantikan kadar gula yang menjadi rendah saat berpuasa.
Berbuka dengan Kurma dan Air Putih
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Apabila diantara kalian berpuasa, berbukalah dengan kurma, jika tidak ada kurma, maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci”.
(H.R. Abu Daud, Al-Baihaqi dan Al-Hakim. Menurut Al-Hakim, hadits ini shahih berdasarkan kriteria persyaratan Imam Al-Bukhari)
Nabi Muhammad saw juga bersabda tentang keberkahan Kurma

إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ , فَإِنَّهُ بَرَكَةٌ , فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَمَاءٌ , فَإِنَّهُ طُهُورٌ

“Apabila diantara kalian berbuka puasa, maka berbukalah dengan tamr (kurma), sebab kurma itu barokah, namun jika tidak ada maka berbukalah dengan air, sebab air itu suci” [HR. Ibnu Khuzaimah didalam Shahihnya]
Meskipun berbuka puasa dengan kurma diperintahkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alayhi wa Sallam, namun hukumnya hanya sunnah (mustahab), bukan wajib.
Menjauhi Makanan Syubhat
Imam An-Nawawi didalam kitabnya Al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab, bahkan ada juga yang mengatakan seperti berikut:
“Al-Qadli Husain berkata, yang utama dizaman kami adalah berbuka puasa dengan apa yang diambil sendiri dari sungai (air), sebab itu jauh dari perkara yang syubhat”.
Ada hikmah yang bisa diambil dibalik perkataan Al-Qadli Husain, yaitu pentingnya memperhatikan sesuatu yang  masuk kedalam tubuh kita khususnya dibulan puasa, perkataan beliau juga menunjukkan betapa beliau sangat hati-hati dalam persoalan makanan bahkan terhadap yang syubhat sekalipun.
Mungkin saja dizaman Al-Qadli Husain begitu banyak syubhat bertebaran sehingga perlu kehati-hatian terhadap setiap yang hendak dimakan.
Apalagi dizaman sekarang, makanan tanpa logo halal MUI bertebaran dan sering kita asal makan tanpa memperhatikannya.
Wallahu A’lam.

Perkara yang Wajib Dijauhi oleh Orang yang Berpuasa

Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan minumnya (puasanya).” (HR. Bukhari).
Jadi dalam berpuasa kita harus meninggalkan perkataan dusta dan bersabar jika ada yang mencelamu sebagaimana riwayat lain,
Rasulullah saw bersabda, “Puasa bukanlah (menahan diri) dari makan dan minum (semata), akan tetapi puasa itu menahan diri dari perbuatan sia-sia dan keji, jika ada orang yang mencelamu atau berlaku jahil atasmu, katakanlah : “Aku sedang puasa, aku sedang puasa.” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Al-Hakim dengan sanad shahih).
Jangan sampai kita berpuasa hanya mendapat lapar dan haus saja.
“Banyak orang yang puasa, bagiannya dari puasa hanyalah lapar dan dahaga.”_
(HR. Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ahmad dan Al-Baihaqi dengan sanad shahih).
Puasa adalah sarana yang menyampaikan seseorang kepada derajat taqwa, oleh sebab itu hendaklah orang yang sedang berpuasa turut mempuasakan semua anggota tubuhnya dengan menjauhi segala yang dilarang oleh Allah Ta’ala dan RasulNya – yakni :

  1. Mempuasakan lisan.
  2. Mempuasakan mata.
  3. Mempuasakan telinga.
  4. Mempuasakan perut.
  5. Mempuasakan syahwat.
  6. Mempuasakan tangan.
  7. Mempuasakan kaki.
  8. Mempuasakan hati, dll.

والله أعلم بالصواب
Oleh : MQM Membangun Pribadi Qur’ani

Tangis Imam Malik Saat Berbuka

Dalam sebuah riwayat, Sayidinal-Imam Malik ibn Anas atau nama lengkapnya: Mālik ibn Anas bin Malik bin ‘Āmr bin `Abd Allah al-Humyari al-Asbahi al-Madani, lahir di Madinah pada tahun 714M/93H, dan meninggal pada tahun 800M/179H, beliau adalah pakar ilmu fiqh dan hadits (pengarang kitab al-Muwatha’) serta pendiri Madzhab Maliki, dalam sebuah riwayat di bulan Ramdhan pada saat berbuka puasa beliau menangis hingga bercucuran air matanya membasahi janggutnya, lalu salah satu muridnya bertanya.
Murid: ”Wahai guruku yang mulia, kenapakah engkau menangis sedemikian sedih serta menyayat hati kami? Apakah ada di antara kami yang membuat hatimu sedih, atau hidangan ini kurang berkenan?”
Imam Malik: ”Tidak, tidak wahai murid-muridku. Sungguh, kalian adalah murid-murid terbaikku dan sangat khidmah padaku, bahkan hidangan ini teramat nikmat buatku.”
Murid: ”Lalu kenapakah wahai guru kami yang tercinta?”
Imam Malik: ”Sungguh, aku pernah berbuka dengan guruku (Sayidinal-Imam Ja’far ash-Shadiq, cucu Baginda Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam), dalam makanan yang nikmat seperti saat ini, dan beliau (Sayidina Ja’far ash-Shadiq) berkata sambil terisak,
”Wahai ibnu Anas (Imam Malik) tahukah engkau, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terkadang berbuka dengan 3 buah kurma dan air. Tapi beliau merasa sangat nikmat penuh syukur.
Bahkan seringkali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya berbuka sebutir kurma dibagi dengan Sayyidatuna Aisyah, tapi sungguh beliau merasa sangatlah nikmat, beliau (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) sedikit sahur dan bukanya, tapi sangatlah banyak ibadah dan syukurnya, dan beliau selalu mendoakan kita umatnya yang selalu lalai kepada Baginda.”
“Sedang hari ini, kita di penuhi makanan nikmat dalam berbuka, tapi kita sangatlah jauh dari ibadah dan rasa syukur?”
Lanjut Imam Malik, “Dan tahukah kalian setelah berkata itu, maka guruku manusia yang mulia (Sayidinal-Imam Ja’far ash-Shadiq) pingsan, karena tiada mampu terkenang akan Rasulillah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Masya Allah Tabarakallah.
Setelah Imam Malik ibn Anas menceritakan hal itu sambil terisak tangis kepada murid-muridnya, maka tiba-tiba ruangan tersebut menjadi haru dengan isak pilu kerinduan kepada Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (Allah… Allah… Ya Rasulallah SAW).
Mari tataplah santapan sahur dan berbuka kita, lalu telaah amal ibadah kita. Bersyukurkah kita atau kufurkah kita?
Wallahu A’lam. Insyaa Allah Istiqamah

Kisah Pelajaran Mengambil Sebanyak-banyaknya di Bulan Ramadhan

Pada suatu masa, Raja Iskandar Zulkarnain beserta pasukannya hendak berangkat menaklukkan suatu daerah. Pagi hari sebelum berangkat, Iskandar Zulkarnain berpesan kepada pasukannya:
“Dalam perjalanan, nanti malam kita akan melintasi sungai. Ambillah apa pun yang terinjak yang ada di sungai itu.”
Ketika malam tiba dan pasukan Iskandar Zulkarnain melintasi sungai, ada 3 golongan prajurit.
Golongan yang pertama tidak mengambil apa pun yang terinjak di sungai karena yakin itu hanya batu.
Golongan yang kedua mengambil alakadarnya yang terinjak di sungai, sekedar mengikuti perintah raja.
Golongan yang ketiga mengambil sebanyak-banyaknya yang terinjak di sungai sehingga tasnya penuh dan kepayahan meneruskan perjalanan karena penuhnya bawaan.
Setelah melanjutkan perjalanan dan tiba pagi hari, Iskandar Zulkarnain bertanya kepada pasukannya, apa yang kalian dapatkan semalam?
Ketika para prajurit memeriksa tasnya, ternyata isinya intan berlian. Prajurit yang tidak mengambil apa-apa sangat menyesalinya. Prajurit yang mengambil ala kadarnya ada perasaan senang bercampur penyesalan. Prajurit yang sungguh-sungguh mengambil merasa sangat bahagia.
Cerita tersebut dikutip dari buku Tasawuf Modern karya Buya Hamka.
Begitu pula bulan Ramadhan. Di dalamnya banyak sekali keberkahan. Dan kita memiliki 3 pilihan:

  1. Melewati Ramadhan tanpa mengambil keberkahannya sedikit pun.
  2. Atau melewati Ramadhan dengan mengambil keberkahan ala kadarnya.
  3. Atau melewati Ramadhan dengan bersungguh-sungguh mengambil keberkahannya, dengan cara memperbanyak ibadah dan amal kebaikan lainnya.

Semoga kita termasuk golongan yang mengambil sebanyak-banyaknya kesempatan untuk mendapat magfirah, rahmah dan keberkahan Ramadhan.