by Danu Wijaya danuw | May 28, 2017 | Artikel, Ramadhan
Ramadhan merupakan bulan bersejarah, penuh histori kejayaan Islam. Penaklukan di berbagai wilayah, hingga kemenangan dalam beberapa peperangan yang menjadi kejayaan Islam.
Berikut ada 8 peristiwa penaklukan yang terjadi di bulan Ramadhan:
1. Fathu Makkah
Pada tahun 630 tepatnya pada tanggal 10 Ramadan 8 H, Rasulullah SAW beserta 10 ribu pasukan bergerak dari Madinah menuju Makkah, dan kemudian menguasai Makkah secara keseluruhan, tanpa pertumpahan darah sedikit pun.
Kemudian Rasul saw menyucikannya dengan memusnahkan 360 patung di sekeliling Ka’bah. Lima hari sebelum berakhirnya Ramadhan tahun ke-9 H, Rasul saw mengirim Khalid bin Walid untuk musnahkan patung al ‘Uzza di Nakhla. Menurut kepercayaan Arab jahiliyah, al ‘Uzza adalah patung dewi terbesar di daerah tersebut.
2. Perang Badr
Perang ini melibatkan tentara Islam sebanyak 313 anggota berhadapan dengan 1 ribu tentara musyrikin Makkah yang lengkap bersenjata. Dalam perang ini, tentara Islam memenangkan pertempuran, dengan 70 tentara musyrikin terbunuh, 70 lagi ditawan. Sisanya melarikan diri.
3. PengIslaman Yaman
Yaman terletak di selatan semenanjung tanah Arab. Nabi Muhammad mengutus Ali bin Abi Thalib dengan membawa surat beliau untuk penduduk Yaman khususnya suku Hamdan. Dalam periode satu hari, semua mereka memeluk agama Islam secara aman. Peristiwa bersejarah itu terjadi pada bulan Ramadan tahun ke-10 hijrah
4. Penyerahan Kota Taif
Kota Taif pernah mencatat sejarah ketika penduduknya mengusir Rasul saw saat berdakwah di sana. Setelah beliau dan umat Islam berhasil bebaskan Makkah, kaum Bani Thaqif bersikeras tidak mau tunduk kepada Rasul saw.
Rasul saw dan tentara Islam lalu maju ke Taif dan mengepungnya dalam waktu lama. Akhirnya kaum Bani Thaqif datang ke Makkah di bulan Ramadan tahun ke-9 H dengan serahkan kota Taif.
5. Menaklukkan Andalusia
Andalus adalah nama Arab yang diberikan kepada wilayah-wilayah bagian semenanjung Liberia yang diperintah oleh orang Islam selama beberapa abad, mulai tahun 711 M sampai 1492 M.
Pada 28 Ramadhan tahun ke-92 H, panglima Islam bernama Tariq bin Ziyad dikirim pemerintahan Bani Umayyah untuk menawan Andalus. Dan akhirnya islam pun menang dalam pelerangan tersebut.
6. Peperangan Zallaqah
Peristiwa terjadi setelah subuh hari Jumat Ramadhan tahun 459 H. Ketika itu, terjadi kebangkitan dinasti Murabit di Afrika Utara. Gubernur Cordova, Al Muktamin minta bantuan Sultan Dinasti Murabit, Yusuf bin Tasyifin untuk memerangi Raja Kastilia Alfonso VI.
Tentara Alfonso VI yang berjumlah 80 ribu tentara berhasil dikalahkan. Dalam waktu yang singkat Sultan Yusuf berhasil menguasai seluruh dataran Spanyol.
7. Mengalahkan Mongol
Di 1258, tentara pimpinan jenderal Hulagu Khan menyerbu Baghdad yang menjadi kemegahan Dinasti Abbasiah. Kaum muslim banyak yang terbunuh, kira-kira jika korban islam dicelupkan ke sungai Dajlah sampai menghitam.
15 Ramadan 658 H atau 1260 M, tentara Islam bangkit membuat serangan balas. Dipimpin Sultan Qultuz dari dinasti Mamluk serang Mongol di Palestina yang dikuasainya, mereka bertemu di Ain Jalut, dan Islam menang.
8. Perang Yakhlis
Pada 15 Ramadan 1294 H, tentara Islam dari Dinasti Ottoman yang dipimpin oleh Ahmad Mukhtar Basya dengan jumlah 34 ribu anggota mengalahkan tentara Rusia yang berjumlah 740 ribu.
Sebanyak 10 ribu tentara Rusia tewas dalam pertempuran itu. Itu menjadi kebanggaan umat Islam mempertahankan agama yang diancam oleh pemerintah Tzar di Rusia.
Sumber : pusat data Islampos.com
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 11, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Awasi diri Anda. Periksa selalu tindakan dan perilaku Anda sepanjang hari.
Jabir bin Abdullah berkata, jangan sampai harimu seperti hari biasa. Namun hendaklah jaga pendengaran dan penglihatan kalian.
Apakah Anda seperti itu?
“Sekali-kali tidak, sesungguhnya manusia itu terhadap dirinya sendiri melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 14)
Ingatkan diri Anda sendiri selalu bahwa Anda mensyaratkan kepada diri sendiri untuk meninggalkan yang haram jika jiwa itu mengajak maksiat.
Sumber
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 11, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang menunaikan shalat fajar (subuh) dengan berjamaah, kemudian ia berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia shalat dua rakaat maka dia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan dan umrah, dengan pahala sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi, dan disahihkan oleh Al-Albani)
Tentu saja yang disampaikan di sini adalah pahala akhirat, namun dianalogikan oleh Rasulullah SAW seperti ganjaran dengan angka-angka di dunia.
Dari Abu Hurairah ra dia berkata, “Rasulullah SAW mengutus utusan. Ternyata orang tersebut mendapatkan banyak harta rampasan dan sangat cepat dalam meraih kemenangan dalam pertempuran.”
Seorang laki-laki dari sahabat Nabi bertanya, “Wahai Rasulullah, kami tidak melihat utusan kaum yang lebih cepat meraih kemenangan dan banyak memperoleh harta rampasan melebih utusan ini.”
Maka Rasulullah SAW bersabda, “Maukah aku beri tahu kalian orang-orang yang sangat cepat dalam berperang dan paling banyak memperoleh harta rampasan melebihi utusan ini?
Mereka adalah orang yang berwudhu di rumahnya dan memperbaiki wudlu kemudia dia pergi ke masjid dan shalat subuh (fajar), kemudian dia ikut dengan shalat dhuha, maka dia telah bergegas dan cepat dalam meraih kemenangan dan mendapatkan harta rampasan yang banyak.” (Dishahihkan oleh Al-Albani)
Apakah kita bisa meraih kebaikan ini dan kebajikan yang kita lakukan yang bisa mengejar kebaikan dan kedudukan orang-orang yang meraih kesyahidan?
Dengan satu jam saja kita duduk di masjid berdzikir kepada Allah membaca Al-Qur’an, itu pahalanya lebih baik dari peperangan dan jihad di jalan Allah dan kembali dengan harta rampasan perang yang banyak.
Jika Anda seorang Muslimah, Anda juga bisa dan memungkinkan pergi ke masjid atau duduk membaca Al-Qur’an dan dzikir sampai terbit matahari.
Jika ini dilakukan, Anda akan mendapatkan pahala serupa.
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by Danu Wijaya danuw | Jul 10, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Sabda Nabi SAW “Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satukebaikan dan satu kebaikan dilipatkan 10 kali semisalnya.” (HR. Tirmidzi, Hakim dan disahihkan Al-Albani)
Al-Qur’an terdiri dari sekitar 300.000 huruf. Artinya, satu kali khatam Al-Qur’an maka yang membaca akan diganjar dengan 3 juta kebaikan. Dan, kemurahan Allah jauh lebih besar dari hitung-hitungan itu.
Menghitung angka pahala seperti itu, tujuannya hanya memberikan motivasi agar kita lebih terdorong untuk melakukannya.
Jika kebaikan itu dilipatgandakan pahalanya hingga 700 kali, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an, siapa yang mampu menghitungnya?
Tips Mengkhatamkan Al Qur’an
Belilah dua mushaf Al-Qur’an. Mushaf pertama, berukuran kecil yang selalu kita bawa kemanapun. Jangan pernah berjalan kecuali Anda membawanya.
Bacalah mushaf pertama sebagai wirid Al-Qur’an kita dalam perjalanan, di stasiun, halte, masjid, terutama saat antara adzan dan iqamah. Kobarkan syiar dalam hatimu, “Aku akan hidup dengan Al-Qur’an”
Mushaf kedua, bagikan kepada orang yang tidak memilikinya. Jika dia khatam, kita akan mendapatkan bagian pahala dalam timbangan kebaikan kita dari bacaan orang tersebut.
Dalam sebuah hadits shahih, disebutkan sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa yang mengajak kepada ‘petunjuk’ (kebaikan) maka dia mendapatkan pahala orang yang mengikutinya. Pahala itu tidak dikurangi sedikitpun sampai hari kiamat”
Pasanglah mushaf itu dalam handphone atau smartphone Anda, di mobil, dan di komputer kita.
Setiap saat, kita usahakan harus mendengar bacaan murattal audio dari para qori yang kita sukai.
Jangan lupa terus kobarkan syiar “aku akan hidup dengan Al-Qur’an”. Jangan lupa untuk selamanya bahwa membaca satu juz Al-Qur’an umumnya tidak akan memakan waktu kita lebih dari setengah jam.
Lakukan evaluasi setiap saat jika ada waktu yang hilang dari usia kita. Jangan sampai kita termasuk yang mengatakan seperti orang-orang meninggalkan kewajiban;
“Harta dan anak-anak kami telah me-nyibukkan kami.” (QS. Al-Fath: 11)
by Danu Wijaya danuw | Jul 10, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Selama jeda antara adzan dan iqamah, shalatlah dua rakaat. Ini adalah sunah sebagaimana disabdakan Nabi saw,
“Dua rakaat sebelum shalat subuh lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)
Ini adalah pahala shalat nafilah (sunnah)nya, bagaimana dengan shalat wajibnya.
Kemudian setelah itu segeralah mengangkat panah yang tidak salah, yaitu doa.
Rasulullah SAW telah bersabda,
“Do’a antara adzan dan iqamah tidak tertolak.” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Albani)
Berdo’alah apa yang Anda inginkan di waktu ini. Alangkah baiknya jika Anda khususkan doa-doa yang Anda minta, di saat-saat seperti ini karena ini adalah rentang waktu do’a dikabulkan Allah.
Ibnu Atha mengatakan, “Sungguh Allah telah menjamin dikabulkan untukmu pada apa yang Dia pilih untukmu dan bukan pada apa yang kamu pilih untuk dirimu, di waktu yang Dia kehendaki dan bukan di waktu yang engkau kehendaki.”
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 9, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Ibnul Qayyim di dalam kitabnya, Zadul Ma’ad, mengatakan, “Adapun petunjuk Nabi SAW dalam dzikir ketika adzan dan setelahnya, maka disyariatkan kepada umatnya untuk melakukan lima macam.
Pertama: Agar orang yang mendengar dan mengucapkan seperti apa yang diucapkan oleh muadzin.
Kecuali pada lafadz “hayya‘alas shalah hayya ‘alal falah”, diganti dengan ucapan “laahaula walaa quwata illa billah”.
Kedua: Agar mengucapkan, “Saya bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Allah dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Saya ridha Allah sebagai tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.”
Dikabarkan bahwa orang yang mengucapkan tersebut diampuni dosanya.
Ketiga: Bershalawat kepada Nabi SAW dan dilengkapkan dengan shalawat kepada Nabi Ibrahim, tidak ada shalawat yang lebih sempurnanya dari itu.
Keempat: Agar setelah bershalawat dia mengucapkan doa,
“Ya Allah, Tuhan pemilik seruan yang sempurna ini, dan shalat yang akan didirikan! Berikanlah junjungan kami, Nabi Muhammad wasilah, keutamaan dan kemuliaan. Dan angkatlah ia ke tempat (kedudukan) yang terpuji, yang telah Engkau janjikan kepadanya.”
Buah dari doa ini adalah bahwa orang yang mengucapkannya layak mendapatkan syafaat Nabi saw.
Kelima: Setelah itu, berdoa untuk diri sendiri dan meminta keutamaan dari Allah.
Karena waktu tersebut termasuk waktu-waktu dikabulkannya doa. Sebagaimana diriwayatkan, ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah saw, laki-laki itu bertanya kepadanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya para muadzin mendapatkan keutamaan lebih dibandingkan kami.”
Rasulullah menjawab, “Aku tunjukkan kepada suatu perantaraan pengganti pahala yang terlewatkan. Ucapkan sebagaimana mereka mengucapkan, apabila kamu Sudah selesai mintalah (kepada Allah) pasti diberinya.” (HR. Abu Dawud dan yang lainnya)