0878 8077 4762 [email protected]

Orang yang Berpuasa Akan Dipanggil dari Pintu ArRayan

Allah swt mewajibkan umat Islam berpuasa di bulan Ramadan serta menjanjikan pahala yang berlimpah bagi orang-orang yang berpuasa.
Karena pahala puasa sangat agung, Allah tidak menentukan jumlah pahalanya, akan tetapi Allah berfirman dalam hadits qudsi;
إلا الصوم فإنه لِي وأنا أجزي به
“Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Saya yang akan memberi pahalanya.”
Keutamaan bulan Ramadan banyak sekali, di antaranya Allah sediakan bagi orang-orang puasa pintu Ar-Rayyan.
Nama ini yang ada dalam hadits muttafaq alaihi, dari hadits Sahl radhiallahu anhu dari Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, beliau bersabda:

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ يُقَالُ أَيْنَ الصَّائِمُونَ فَيَقُومُونَ لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga ada pintu yang dinamakan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa di hari kiamat masuk dari pintu itu. Tidak dibolehkan seorang pun memasukinya selain meraka.
Lalu dikatakan, ‘Dimana orang-orang yang berpuasa?’ Mereka pun bangkit, tidak ada seorang pun yang masuk kecuali dari mereka. Ketika mereka telah masuk, (pintunya) ditutup dan tidak seorang pun masuk lagi.” (HR. Bukhari, 1763. Muslim, 1947)
Kenapa Allah bisa menghadiahi amalan puasa? Karena di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya.
Ar-Rayyan secara bahasa berarti puas, segar dan tidak haus. Ar Rayyan ini adalah salah satu pintu di surga dari delapan pintu yang ada yang disediakan khusus bagi orang yang berpuasa.
Nama ini sesuai dengan keadaan orang-orang berpuasa terutama di bulan Ramadhan yang menahan diri dari makan, minum dan hawa nafsu. Rasa dahagalah yang lebih dirasakan oleh orang yang berpuasa berbanding lapar.
Zain Ibnu al-Munir berkata: “Rasulullah mengatakan pintu ar-Rayyan ada ‘di dalam syurga’. Sehingga orang-orang yang melalui pintu ini akan merasa kenikmatan syurgawi.
“Siapa yang memasukinya (memasuki pintu ar-Rayyan), maka akan meminum darinya. Dan sesiapa meminum darinya, maka tidak akan dahaga selamanya.” (Hadis Riwayat al-Nasa’I dan Ibnu Khuzaimah dari Sa’id Ibn ‘Abdurrahman, dan lainnya).
Ini merupakan penghormatan dari Allah swt kepada orang yang berpuasa. Sekaligus merupakan balasan bagi mereka atas keikhlasan menjalankan ibadah. Allah swt juga akan menanggung pahala orang-orang yang berpuasa.
 
Sumber : Islamqa/shafiqolbu

Di Hari Kiamat, Ada Umat Islam yang Diusir Rasulullah

KITA tentu merasa bangga menjadi umat Rasulullah saw, bukan? Mengingat, Nabi kita itu sangat menyayangi kita. Ia lebih peduli terhadap umatnya daripada dirinya sendiri. Ia selalu memikirkan kesejahteraan umatnya.
Meski begitu, tak semua umat Nabi Muhammad saw memperoleh keselamatan. Bahkan, ada sekelompok umatnya yang diusir olehnya pada hari kiamat. Siapakah mereka?
Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu mengisahkan, pada suatu hari Nabi saw mendatangi kuburan. Lalu beliau mengucapkan salam, “Semoga keselamatan senantiasa menyertai kalian wahai penghuni kuburan dari kaum mukminin, dan kami insyaAllah pasti akan menyusul kalian.”
Selanjutnya beliau bersabda, “Aku sangat berharap untuk dapat melihat saudara-saudaraku.”
Mendengar ucapan ini, para sahabat keheranan. Sehingga mereka bertanya, “Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?”
Rasulullah menjawab, “Kalian adalah sahabat-sahabatku, sedangkan saudara-saudaraku adalah umatku yang akan datang kelak.”
Kembali para sahabat bertanya, “Wahai rasulullah, bagaimana engkau dapat mengenali umatmu yang sampai saat ini belum terlahir?”
Beliau menjawab, “Menurut pendapat kalian, andai ada orang yang memiliki kuda yang di dahi dan ujung-ujung kakinya berwarna putih dan kuda itu berada di tengah-tengah kuda-kuda lainnya yang berwarna hitam legam, tidakkah orang itu dapat mengenali kudanya?”
Para sahabat menjawab, “Tentu saja orang itu dengan mudah mengenali kudanya.
Maka Rasulullah menimpali jawaban mereka dengan bersabda, “Sejatinya umatku pada hari kiamat akan datang dalam kondisi wajah dan ujung-ujung tangan dan kakinya bersinar pertanda mereka berwudhu semasa hidupnya di dunia.
Aku akan menanti umatku di pinggir telagaku di alam mahsyar. Dan ketahuilah bahwa akan ada dari umatku yang diusir oleh Malaikat.
Sebagaimana seekor unta yang tersesat dari pemiliknya dan mendatangi tempat minum milik orang lain, sehingga ia pun diusir.
Melihat sebagian orang yang memiliki tanda-tanda pernah berwudhu, maka aku memanggil mereka, “Kemarilah.”
Namun para Malaikat yang mengusir mereka berkata, “Sejatinya mereka sepeninggalmu telah mengubah-ubah ajaranmu.
Mendapat penjelasan semacam ini, maka aku (Rasulullah) berkata, “Menjauhlah, menjauhlah wahai orang-orang yang sepeninggalku mengubah-ubah ajaranku,
Diriwayatkan oleh : Al Bukhari dan Muslim
Sumber : Islampos

Tadabbur Makna Alhamdulillah

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Segala pujian hanya milik Allah. Dia yang layak dipuji, karena sifat dan perbuatan-Nya.
Kalau kita memiliki kebaikan atau kelebihan, tidak lain itu karena karunia Allah.
Kalau ada manusia yang berbuat baik kepada kita, itupun karena Allah yang menggerakkan.
Sehingga pujian tetap harus diberikan pada-Nya, sebelum berterima kasih kepada si pemberi.
Pujian layak diberikan kepada Allah, karena Dia yang mengatur seluruh alam. Tidak ada yang bergerak sendiri.
Buah dari ayat di atas adalah rasa syukur dan ridha.
Kita bersyukur dan ridha karena Allah, dengan segala sifat baiknya, yang mengatur alam ini.
Sebab, tidak ada aturan dan ketentuan Allah yg buruk.
Karena itu, kita disuruh banyak memuji-Nya.
Pujian kepada Allah di samping mendatangkan ketenangan, juga mendatangkan pahala yang besar.

Inilah Hukuman Pelaku Homoseksual dalam Islam

Homoseksual bisa kita didefenisikan sebagai hubungan seksual antara dua orang laki-laki. Perbuatan tak terpuji ini telah terjadi jauh sebelum Allah Swt mengutus Rasulullah Saw, yaitu pada kaum nabi Luth A.S.
Allah mengutus nabi Luth A.S kepada kaumnya untuk mengajak mereka kejalan yang benar dan agar mereka meninggalkan perbuatan homoseksual ini. Tetapi mereka menolak sehingga Allah memusnahkan mereka dari muka bumi.
Kisah nabi Luth A.S ini bisa kita temukan di beberapa surat didalam al-Qur’an. Agama Islam secara jelas telah mengharamkan praktek homoseksual dan mengancam pelakunya dengan hukuman yang sangat berat. Dan ini juga telah diyakini oleh sahabat-sahabatnya dan seluruh kaum muslimin selama berabad-abad.
Eropa dan Amerika Negeri Pendosa Pelegalan Homoseksual
Setelah kaum nabi Luth A.S musnah dari muka bumi berabad-abad yang lalu, pada saat ini muncul generasi penerus mereka yang secara mati-matian memperjuangkan praktek homoseksual. Amerika dan Eropa berdiri di barisan terdepan.
Maka tidak heran jika perkawinan ala homoseksual menjadi perkawinan yang sah yang di akui oleh Negara dibeberapa Negara Eropa dan Amerika.
Kita patut prihatin, tetapi yang lebih memprihatinkan adalah sikap beberapa cendekiawan muslim yang dikategorikan Jaringan Islam Liberal (JIL) malah ikut-ikutan membela praktek ini.
Entah itu merupakan keyakian mereka atau memang terkena pengaruh paham liberalisme barat yang sekarang ini sedang menggerogoti umat islam.
Azab Pelaku Homoseksual
Seluruh umat islam sepakat bahwa homoseksual termasuk dosa besar. Oleh karena itu Allah swt memusnahkan kaum nabi Luth A.S dengan cara yang sangat mengerikan.
{فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِينَ}
Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit.” (Q.S. Al Hijr ayat 73)

{فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ}

Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.” (Q.S. Al Hijr ayat 74)
Hukuman Mati Pelaku Homoseksual
Bahkan Homoseksual jauh lebih menjijikkan dan hina daripada perzinahan. Dan mendapat hukuman tegas.
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

( مَنْ وَجَدْتُمُوهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ وَالْمَفْعُولَ بِهِ )

“ Barangsiapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth, maka bunuhlah pelaku dan pasangannya” [HR Tirmidzi dan yang lainnya, dishahihkan Syaikh Al-Albani]
أقتلوا الفاعل والمفعول به
“Bunuhlah fa’il dan maf’ulnya (kedua-duanya).” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Oleh karena itu, ancaman hukuman terhadap pelaku homoseksual jauh lebih berat dibandingkan dengan hukuman bagi pelaku pezina.
Didalam perzinahan, hukuman dibagi menjadi dua yaitu bagi yang sudah menikah dihukum rajam, sedangkan bagi yang belum menikah di cambuk 100 kali dan diasingkan selama satu tahun.
Adapun dalam praktek homoseksual tidak ada pembagian tersebut. Asalkan sudah dewasa dan berakal (bukan gila), maka hukumannya sama saja (tidak ada perbedaan hukuman bagi yang sudah menikah atau yang belum menikah).
Syekh Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa seluruh sahabat Rasulullah SAW sepakat bahwa hukuman bagi keduanya adalah hukuman mati.
Perbedaan Pendapat : Cara Eksekusi Hukuman Mati Pelaku HomoSeksual
Hanya saja para sahabat berbeda pendapat tentang cara ekskusinya.
Sebagian sahabat mengatakan bahwa kedua-duanya harus dibakar hidup-hidup, sehingga menjadi pelajaran bagi yang lain. Pendapat ini diriwayatkan dari khalifah pertama Abu Bakar As-Shiddiq.
Sahabat yang lain berpendapat bahwa cara ekskusinya sama persis dengan hukuman bagi pezina yang sudah menikah (rajam).
Adapun pendapat yang ketiga adalah keduanya dibawa kepuncak yang tertinggi di negeri itu kemudian diterjunkan dari atas dan dihujani dengan batu. Karena dengan demikianlah kaum nabi Luth A.S dihukum oleh Allah SWT.
Yang terpenting kesemua pendapat harus dihukum mati, karena ini adalah penyakit yang sangat berbahaya dan sulit di deteksi.
Jika seorang laki-laki berjalan berduaan dengan seorang perempuan mungkin seseorang akan bertanya : “Siapa perempuan itu?”.
Tetapi ketika seseorang laki-laki berjalan dengan laki-laki lain akan sulit di deteksi karena setiap laki-laki berjalan dengan laki-laki lain.
Tentunya tidak semua orang bisa menjatuhkan hukuman mati, hanya hakim atau wakilnyalah yang berhak, sehingga tidak terjadi perpecahan dan kezaliman yang malah menyebabkan munculnya perpecahan yang lebih dahsyat. Wallohu A’lam.
 
Disadur :  Superdaus/Muslim.or.id

Hadist Shahih, Kenapa Harus Bukhari dan Muslim?

Banyaknya hadis palsu yang beredar membuat para ahli hadis menyaringnya. Para ulama sepakat bahwa hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim mempunyai kadar shahih atau kebenaran yang tinggi.
Hal itu dikarenakan kedua imam tersebut telah melakukan penyaringan yang sangat ketat terhadap hadis-hadis yang beredar. Hadist yang diriwayatkan oleh salah satu dari kedua imam itu saja sudah diakui oleh para ulama akan kebenarannya.
Apalagi hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari yang juga diriwayatkan oleh Muslim, tentu tingkat kebenarannya lebih tinggi. Sehingga para ulama sepakat bahwa Hadis yang diriwayatkan oleh kedua imam itu benar-benar berasal dari perkataan Nabi.
Adalah Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, dua orang ulama ahli hadits yang pertama kali menyusun kitab hadits yang hanya berisikan hadits-hadits shahih sesuai dengan syaratnya.
Metode yang ditempuh dalam penyusunan kitab tersebut adalah dengan memilih periwayat-periwayat yang harus memenuhi persyaratan hadits shahih yaitu

  1. Sanadnya bersambung sampai Rasulullah
  2. Dinukil dari periwayat yang takwa, kuat hafalannya
  3. Tidak mudah lupa
  4. Tidak ganjil (menyelisihi hadits shahih yang lebih kuat)
  5. Dan tidak cacat.

Adapun Al-Imam Al-Bukhari dalam penyusunan kitabnya menentukan persyaratan lagi yang lebih ketat.
Diantaranya periwayat-periwayat (rawi) haruslah sejaman dan mendengar langsung dari rawi yang diambil hadits darinya.
Kelebihan kitab Shahih Al-Bukhari adalah terdapat pengambilan hukum fiqih, perawinya lebih terpercaya dan memuat beberapa hikmah dimana unsur-unsur ini tidak ada pada Shahih Muslim.
 
Sumber : inspiradata

3 Bekal Menyambut Ramadhan

Rasulullah selalu memberi kabar gembira kepada para Sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu juga dibukakan pintu Surga serta ditutupnya pintu-pintu Neraka…” (Riwayat Ahmad).
Demikian halnya para Sahabat dan tabi’in di zaman Rasulullah maupun sesudahnya, mereka senantiasa bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan.
Sebagaimana Mulla bin al-Fadhel pernah menyatakan bahwa perilaku para salaf sholeh terhadap kemuliaan Ramadhan adalah mereka selalu berdoa dan memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat bertemu Ramadhan dan agar amal ibadahnya selama Ramadhan diterima Allah Subhanahu Wata’ala.
Banyak hal yang mesti dipersiapkan sebelum kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, agar ibadah puasa kita tidak percuma. Sebagaimana peringatan dari Rasulullah, bahwa: “Banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga.”(HR. Ahmad).
Beberapa hal yang semestinya kita prioritaskan sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan di antaranya:
1. Berniat dan Berdoa
Sesungguhnya baik buruknya amal seseorang terletak pada niatnya. Dengan niat yang benar dan ikhlas karena mengharap ridho Allah maka insya Allah puasa kita akan berkualitas.
Setelah memiliki niat yang benar, maka berdoalah kepada Allah, memohon untuk dijaga hati dan diri kita agar benar-benar siap menyambut bulan Ramadhan.
2. Meningkatkan Khazanah Keilmuan
Setiap Muslim diwajibkan membekali diri dengan ilmu ketika hendak beribadah kepada Allah. Harapannya agar amal ibadah yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan Islam.
Demikian halnya ibadah di bulan Ramadhan terutama puasa, kita harus mengetahui rukun dan hal-hal yang dapat merusak ibadah puasa. Perintah berilmu juga merupakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Anbiya’ [21]: 7,
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Artinya:  “Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”
3. Mensucikan Diri 
Logikanya, ketika seseorang menyambut tamu penting misalnya pejabat atau orang-orang yang dihormati. Tentu ia harus bersih diri, tempat dan lingkungan sekitarnya.
Demikian halnya Ramadhan, bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulullah tersebut. Seharusnya kita membersihkan diri dari segala dosa dan meninggalkan segala maksiat untuk menyambut kedatangan Ramadhan, bulan penuh berkah ini.
Betapa rugi orang-orang yang berpuasa menahan lapar dan dahaga, tetapi dirinya masih berbuat maksiat. Sebagaimana dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, ”Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya maka tidak ada bagi Allah kepentingan terhadap puasa (yang sekedar meninggalkan makan dan minum.” (Riwayat Bukhari).
Demikianlah beberapa hal yang semestinya menjadi etika kita ketika menyambut datangnya bulan penuh berkah ini. Tujuannya semata-mata demi meraih ridho Allah karena kita dapat mengisi bulan Ramadhan dengan amal ibadah yang maksimal dan dapat mengambil manfaatnya.
Semoga kita dapat menyelesaikan ibadah di bulan Ramadhan ini dengan predikat terbaik di hadapan Allah swt.