by Danu Wijaya danuw | Aug 31, 2018 | Artikel, Dakwah
“BARANG siapa yang melakukan pekerjaan haji dengan tidak berbuat dan berkata hal kotor serta tidak melakukan perbuatan yang fasik (zina, kejahatan), maka ia akan kembali seperti baru dilahirkan dari perut ibunya,” (HR. Bukhari)
Orang yang haji mabrur dalam hadist diatas akan mendapat ganjaran terhapusnya dosa-dosa seperti baru lahir. Kriteria haji mabrur (diterima oleh Allah), yaitu
- Yang melakukan ibadah hajinya berdasarkan manasik haji
- Meninggalkan dirinya dari dosa, nafsu dan keinginan jelek
- Mencintai kebaikan
- Suka berdamai
- Berniat yang ikhlas
- Bertobat sungguh-sungguh
- Berbelanja dari harta yang halal, dan tidak mengambil hak orang lain
- Menjalankan syarat, rukun, sahnya dan etika berhaji serta menjauhi yang dilarang
Tetapi dosanya antar sesama manusia belum dapat terhapuskan kecuali jika diberi maaf oleh orang yang diganggu haknya. Dan jika dalam bentuk hutang, maka hutangannya telah dibayar.
Sedangkan di akhirat akan terjadi tuntutan-tuntutan selagi di dunia belum dimaafkan. Dengan demikian maka hak yang kelihatannya dibiarkan di dunia tetapi di akhirat tidak akan lepas dari tuntutan.
Dan Allah akan mengambilkan hak orang lain yang tersiksa atau yang dirampas dikala hidupnya digantikan berupa kebaikan-kebaikan.
“Jika orang itu memiliki amal kebaikan, maka akan diambillah amal kebaikannya sekedar (menutupi) kedzalimannya, dan jika tidak mempunyai kebaikan maka diambillah kejahatan orang itu (yang dizalimi) guna dilimpahkan pada orang itu (yang menzalimi),” (HR. Bukhari).
Dengan demikian dosanya orang syahid dan orang haji kepada Allah akan dihapus dosanya oleh Allah, kecuali dosa-dosanya antar sesama manusia termasuk hutang-hutangnya yang belum dibayar atau belum dimaafkan kesalahannya ketika hidupnya.
Sumber : Jawaban Islam/Karya: Hussein Khalid Bahreisj/Penerbit:Al-Ikhlas
by Danu Wijaya danuw | Jul 9, 2017 | Artikel, Dakwah
Apabila dosa-dosa kita Allah perlihatkan, mungkin akan menandingi tinggi dan besarnya kumpulan gunung di seluruh dunia.
Akan tetapi Allah yang Maha Pemaaf memberikan kita kesempatan untuk menghapus dosa-dosa tersebut tiap harinya dengan amalan-amalan sederhana yang berdampak luar biasa, apa sajakah amalan yang dimaksud?
1. Berdzikir
“Sesungguhnya ucapkan kalimat, Subhanallahu walhamdulillahi walaa ilaaha illallaahu wallaahu akbar itu menggugurkan kesalahan-kesalahan seperti pepohonan menggugurkan dedaunan.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Ahmad)
2. Bersabar terhadap ujian dari Allah
Rasullullah s.a.w: “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman, ‘Sesungguhnya apabila Aku menguji seorang hamba-Ku yang mukmin, lalu ia memuji-Ku atas ujian yang Aku timpakan kepada-Nya, maka ia bangkit dari tempat tidurnya (dalam keadaan) bersih dari dosa seperti hari ibunya melahirkannya.” (Hadis Riwayat Ahmad)
3. Bersedekah
Rasullullah s.a.w: “Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah baik sekali. Dan jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan pada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih baik bagimu.
Dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Baqarah ayat 271)
Rasullullah s.a.w: “Sedekah menghapus dosa seperti air memadamkan api.” (Hadis Riwayat Ahmad, Tirmidzi dan selainnya)
4. Memperbanyak bersujud
Sabda Rasulullah yang bermaksud : “Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada Allah, karena tidaklah kamu sekali sujud kepada-Nya, melainkan Dia mengangkatmu satu derajat dan menghapus satu kesalahan (dosa) darimu.” (Hadis Riwayat Muslim)
5. Menyempurnakan wudhu
“Jika seseorang berwudhu’ lalu menyempurnakan wudhu’nya kemudian berangkat solat dengan niat hanya untuk solat, maka tidak melangkah satu langkah kecuali Allah angkat satu derajat dan hapus satu dosa.” (Riwayat At-Tirmidzi)
6. Shalat 5 waktu
Melakukan sholat, dengan dalil sabda Rasulullah, “Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di pintu yang digunakan untuk mandi setiap hari lima kali, apa yang kalian katakan apakah tersisa kotorannya?
Mereka menjawab, “Tidak ada sisa kotorannya sedikitpun.”” Beliau bersabda, “Sholat lima waktu menjadi sebab Allah menghapus dosa-dosa.” (Riwayat Al-Bukhari).
Sumber : Ummi
by Danu Wijaya danuw | Aug 11, 2016 | Artikel, Dakwah
Ditanya Hasan Al Bashri, “Tak malukah seorang dari kami pada Allah jika dia berdosa lalu bertaubat, lalu berdosa dan bertaubat lagi?”
Beliau menjawab, “Betapa senangnya syaitan bila mengalahkan kalian hingga menghentikan istighfar. Jangan pernah berhenti memohon ampunan.”
Sahut beliau, “Apa semalam kau menunaikan qiyamul lail?”
“Tidak” ujarnya
“Begitulah. Hukuman terberat atas maksiat mungkin bukan terputusnya rezeki, tapi terputusnya munajat.” jelas Sang Imam.
Di zaman Umar, seorang pencuri dihukum potong tangan setelah tertangkap, terbukti dan tersaksi. Maka ibunya datang dan berkata, “Maafkanlah dia, ini baru pertama kali dia mencuri!”
Jawab Umar, “Wahai ibu, Allah pasti tak hanya sekali memperingatkan seorang hamba yang melakukan dosa.”
Maknanya, Allah Maha Santun. Jika seseorang sampai tertangkap dan terhukum, besar kemungkinan dosanya telah berulang dan tak ditaubati dengan segera.
Semoga Allah mudahkan kita bertaubat dari setiap dosa kala Dia masih menutup aibnya, mengampuni dan melapangkan ke surga.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Penerbit Pro-U Media
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 3, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Hampir setiap rumah kita punya alat atau mesin cuci untuk pakaian, bukankah Begitu?
Karena itu, tidak ada salahnya sama sekali kalau di rumah kita ada mesin pencuci dosa-dosa.
Jangan kaget, mesin cuci dosa ini bisa berupa kotak celengan kecil yang Anda masukkan kedalamnya sedikit uang setiap kali Anda mengumpat atau memfitnah seseorang dari kaum muslimin, atau melalaikan kasih sayang Anda, atau setiap kali Anda lalai atau terlewatkan dari shalat berjamaah.
Mesin pencuci dosa ini ada di lokasi yang nampak di rumah, di tempat yang bisa dijangkau siapapun. Tutup mesin pencuci dosa tersebut dan jangan dibukakecuali pada malam hari raya idul fitri.
Siapa saja yang ada di dalam rumah, setiap kali melakukan dosa, memasukkan beberapa lembar uang receh ke dalamnya.
Siapa yang melihat wanita yang tidak halal baginya di televisi atau di jalan memasukkan uang, sedikit atau banyak, ke dalam mesin pencuci dosa (kotak celengan).
Siapa yang tidak menyelesaikan wirid Al-Quran yang telah ditetapkan untuk dirinya sendiri juga memasukkan uang ke dalamnya, demikian seterusnya.
Sampai datang akhir malam bulan Ramadhan, bukalah kotak tersebut dan keluarkan isinya, kemudian sedekahkan kepada orang-orang fakir dan miskin.
Dari Anas bin Malik ra dia berkata, ada yang bertanya kepada Rasulullah saw, “Sedekah apa yang paling utama?” Rasulullah menjawab, “Sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. Baihaqi)
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Harta tidak akan berkurang karena sedekah.” (HR. Muslim)
At Tirmidzi meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda,
“Puasa itu adalah perisai dan sedekah itu memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api.”
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda,
“Orang yang dermawan dan murah hati itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Orang yang bakhil dan pelit itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka.” (HR. Tirmidzi)
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, M. Lili Nur Aulia
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Mar 11, 2016 | Konsultasi, Konsultasi Keluarga
Assalamualaikum wr.wb. Nama saya Saddam, saya tinggal di banjarmasin. Saya mau nanya tentang permasalahan orang tua saya (Bapak). Bapak saya itu bisa di bilang seorang pemain judi berat, namun untuk masalah sholat beliau tidak pernah lalai. Beliau itu ego dan tingkat emosinya tinggi dan sangat sering menjelek jelek kan ibu saya. Yang saya tanya kan:
- Apakah saya berdosa apabila membiarkan orang tua saya tetap melakukan permainan judi tersebut? Saya pernah mengingatkan beliau namun saya selalu di marahi dan dimaki.
- Apa yang harus saya lakukan agar saya tidak mendapat dosa?
- Apa yang harus saya perbuat jika beliau menyuruh saya berbelanja dengan uang hasil judi dari beliau atau menerima uang hasil judi beliau?
- Apa yang harus saya lakukan apabila bapak saya memaksa untuk melakukan sesuatu yang ada hubungan nya dengan perjudian bapak saya?
- Saya sering sekali marah apabila beliau menghina ibu saya, dosa kah saya dan apa yang harus saya perbuat agar beliau tidak menghina ibu saya lagi?
- Apa hukumnya untuk ayah saya menurut islam?
Terima kasih, wassalamualaikum wr.wb
Jawaban
Assalamu alaikum wr.wb.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbih ajmain. Amma ba’du:
Pertama perlu diketahui bahwa meminum khamar termasuk dosa besar. Dalam sejumlah nas jelas bahwa khamar diharamkan. Bahkan Rasulullah melaknat sepuluh orang terkait dengan khamar. Di antaranya yang meminum, yang menuangkan, yang memeras, yang menjual, yang mengantarkan, yang membelikan dan seterusnya.
Kedua, Terkait dengan shalat yang dikerjakan, maka Rasul saw bersabda, “Siapa yang meminum khamar shalatnya tidak diterima selama 40 hari. Jika ia bertobat maka Allah terima tobatnya. Jika ia kembali melakukan, Allah tidak menerima shalatnya selama 40 hari. Jika bertobat Allah terima tobatnya. Jika pada kali yang keempat ia kembali minum khamar Allah tidak menerima shalatnya selama 40 hari. Lalu jika bertobat, tidak Allah terima tobatnya… ” (HR at-Tirmidzi).
Ketiga, karena itu siapapun yang melihat perbuatan dosa yang dilakukan oleh orang lain, ia harus menegur, mengingatkan, dan memberikan nasihat. Meskipun ia adalah orang tuanya sendiri. Namun tentu saja nasihat tadi dilakukan dengan cara yang baik dan penuh hikmah.
Keempat, terkait dengan nafkah dari hasil judi, maka apabila nafkah tersebut murni dari uang judi maka jelas haram. Namun kalau masih ada pendapatan lain di luar judi, maka masih diperkenankan untuk menerima, meskipun sebagian ulama lain mengatakan makruh karena adanya percampuran antara yang halal dan haram.
Kelima, seorang anak memang harus berkhidmah, menghormati, dan berbakti kepada orang tua. Sehingga ketika seorang ibu dihinakan oleh ayahnya, anak harus menghibur ibunya dan di sisi lain mengingatkan atau menasihati ayahnya dengan baik.
Dengan kata lain, jika ada tindakan buruk dilakukan oleh ibu atau ayah, maka kewajiban anak untuk meluruskan dan memberikan nasihat dengan cara yang baik, tanpa mutuskan hubungan apalagi sampai berbuat durhakan kepada mereka.
Wallahu a’lam.
Wassalamu alaikum wr.wb.
Ustadz Fauzi Bahreisy
Ingin konsultasi seputar ibadah, keluarga, dan muamalah? Kirimkan pertanyaan Anda kesini