0878 8077 4762 [email protected]

Merasakan Manisnya Iman

Iman punya rasa.
Rasa iman adalah manis dan nikmat.
Namun ia terasa pahit bagi orang yang jiwanya sedang sakit dan hatinya berkarat.
Siapa yg bisa merasakan manisnya iman?
Rasul saw bersabda “Merasakan manisnya iman orang yang ridho Allah sebagai Rabb-nya, Islam sebagai agamanya, serta Muhammad sebagai Nabi dan Rasulnya” (HR Muslim).
Dari hadits di atas jelas bahwa diantara syarat bisa merasakan manisnya iman:
Ridho dan mau diatur oleh Rabb karena percaya bahwa segala ketentuan dan perintah-Nya pasti mengandung kebaikan.
Yakin dan melaksanakan semua ajaran Islam.
Menerima Nabi Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul yg dikirim oleh Allah untuk menjadi guru, contoh, dan teladan.
Manakala iman sudah terasa nikmat, pantang utk ditukar dan dijual dengan dunia dan segala isinya.
Itulah yang ditunjukkan oleh orang-orang besar dan mulia. Semoga kita termasuk di dalamnya.
Alfaqir ilallah
Fauzi Bahreisy
***
Majelis Taklim Al Iman
Infaq kegiatan dakwah dapat disalurkan melalui rekening an. Yayasan Telaga Insan Beriman
BSM 703.7427.734
BNI 1911.203.63
Semoga Allah membalas dengan yang lebih baik dan memberikan keberkahan di dunia dan akhirat.
Kegiatan dakwah dapat dilihat di web www.alimancenter.com dan fanpage facebook: alimancenter
Silahkan disebarkan tanpa merubah isinya, semoga bermanfaat dan menjadi amal sholeh. Jazakumullah khairan

Kepemimpinan dalam Islam

Oleh: Fauzi Bahreisy
 
Islam adalah agama yang komprehensif. Tidak ada satupun aspek dalam kehidupan ini kecuali telah diatur oleh Islam. Minimal dalam bentuk rambu-rambu umum yang menjadi pijakan dan landasan dalam mengambil keputusan. Allah befirman,
Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. (QS an-Nahl: 89).
Apabila konsep sekuler Barat cenderung memisahkan antara urusan agama dan dunia, maka Islam menjadikan urusan dunia sebagai bagian dari agama. Apabila sebagian mereka berkata, agama adalah milik Allah sementara negara adalah milik manusia sehingga mereka bebas mengurus negara sesuai dengan keinginan mereka, maka Islam menegaskan bahwa agama dan negara semuanya merupakan milik Allah sehingga harus diurus sesuai dengan tuntunan-Nya. Bahkan kehidupan dan kematian kita juga merupakan milik Allah sehingga harus dipersembahkan untuk-Nya.
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.  (QS an-Nahl: 162-163).
Oleh karena itu, masalah negara, kekuasaan, dan kepemimpinan tidak bisa dipisahkan dari spirit dan nilai-nilai ajaran Islam. Nash Al Qur’an, sejumlah riwayat hadits, pandangan para ulama serta realitas sejarah membuktikan hal tersebut. Di antara nash Al Qur’an yang membahas tentang masalah kekuasaan dan kepemimpinan adalah:
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (pemimpin) di antara kamu”. (QS an-Nisa: 59).
Dalam hadits, Nabi saw bersabda,
Jika tiga orang berada dalam sebuah perjalanan, hendaknya mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai pemimpin”. (HR Abu Daud, Abu Ya’la dll).
Lalu sejarah juga membuktikan bagaimana ketika Nabi SAW wafat, hal yang menyibukkan para sahabat adalah memilih pemimpin. Bahkan masalah memilih pemimpin ini membuat proses penguburan jasad beliau menjadi tertunda.
Demikian sejumlah dalil dari begitu banyak dalil  dan riwayat menunjukkan perhatian Islam terhadap masalah kekuasaan dan kepemimpinan. Sampai-sampai Ibnu Taimiyyah dalam buku as-Siyasah asy-Syar’iyyah berkata, “Harus diketahui bahwa al-Wilayah (perwalian dan kepemimpinan) urusan manusia merupakan kewajiban agama yang paling besar. Bahkan tidak ada artinya penegakan penegakan agama dan dunia tanpa adanya kepemimpinan (al-wilayah)…”
Imam al-Ghazali juga menegaskan, “Kekuasaan dan agama adalah anak kembar. Agama adalah dasar dan sultan (kekuasaan) merupakan penjaga.” (Ihya Ulumuddin I/71).
Jadi, kepemimpinan dan kekuasaan merupakan sebuah keniscayaan dan keharusan. Kepemimpinan adalah sesuatu yang inheren dalam Islam dan tidak bisa dipisahkan. Sebab tanpa adanya kepemimpinan, yang muncul adalah kekacauan dan ketidakteraturan. Tanpa adanya kekuasaan yang mengayomi, maka yang akan lahir adalah berbagai anarki dan kerusakan.
Apalagi pada masa sekarang saat kerusakan, kemaksiatan, dan kemungkaran merajalela. Untuk memberantas korupsi yang sudah menggurita, narkoba dan miras yang beredar luas dari kota hingga ke desa-desa, pornografi dan pornoaksi yang demikian masif dipertontonkan di mana-mana, kejahatan dan penyimpangan seksual yang dilakukan tanpa mengenal batas dan norma susila, serta untuk menghadapi berbagai kemungkaran lainnya, dibutuhkan sebuah kepemimpinan yang kuat. Kepemimpinan dan kekuasaan bisa menjadi senjata yang ampuh untuk melakukan pengendalian, memberikan pengarahan, dan memberikan pencerahan kepada umat.
Wallahua’lam.
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 367 – 8 April 2016. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Penghalang Turunnya Hidayah

Ringkasan Kajian Tadabbur Al Quran Surat Ash-Shaff Ayat 5 (bagian 1)
Penghalang Turunnya Hidayah (bagian 1)
Ahad, 27 Maret 2016
Pukul 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan (belakang Apotik Prima Farma)
Bersama:
Ustadz Fauzi Bahreisy
 
Surat Ash Shaff ayat 5
وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ لِمَ تُؤْذُونَنِي وَقَدْ تَعْلَمُونَ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu?” Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. 
Tadabbur Ayat 5
Ayat 5 berbicara tentang kisah Nabi Musa ketika diutus kepada kaumnya dan bagaimana respon dari mereka kepadanya, dan itu menjadi pelajaran bagi Nabi kita Muhammad ﷺ dan kepada kita semua selaku umatnya.
Umat yang sukses adalah umat yang bisa mengambil pelajaran dari pengalaman sebelumnya
Ketika Nabi Musa berbicara kepada kaumnya dengan kata-kata : “Wahai Kaumku! Mengapa kamu menyakitiku”, memberikan gambaran kepada kita bahwa Nabi Musa mendapatkan perlakuan buruk dari kaumnya.
Ayat ini menjadi pelipur lara bagi Rasulullah, karena pada fase Makkah Rasulullah. Juga mendapatkan perlakuan buruk dari kaumnya. Maka di sini Allah  ﷻ memberikan pelajaran bahwa jika Nabi Muhammad disakiti oleh kaumnya maka demikian juga Rasul-Rasul terdahulu juga telah disakiti oleh kaumnya, maka bersabarlah.
Sudah menjadi sunnatullah bahwa siapa saja yang menempuh jalan dakwah maka akan banyak mendapatkan hambatan dan ujian. Jangankan kita selaku manusia biasa, Nabi dan Rasul saja yang memilki kedudukan yang tinggi disisi Allah ﷻ juga mendapat berbagai macam ujian dan cobaan, oleh karena itu tetaplah istbat, istiqamah dan tetaplah memiliki harapan dan tekad besar bahwa dibalik ujian dan cobaan yang kita alami di jalan dakwah, kita akan mendapatkan kemenangan dan kebahagian dari Allah ﷻ.
Sebuah ungkapan Ulama mengatakan: “Ibadah dengan berbagai kesulitan, sebentar kesulitannya akan hilang maka yang tersisa hanyalah pahala, sedangkan perbuatan dosa dengan berbagai kenikmatan, sebentar kenikmatannya akan hilang maka yang tersisa hanyalah dosa”
Nabi Musa adalah Nabi yang paling banyak kisahnya disebutkan di dalam Al-Qur’an karena banyak ibrah (pelajaran) yang dapat diambil dari kisah tersebut.
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya“. Mengingatkan Nabi kita Muhammad ﷺ
ketika ada salah satu sahabat mengeluh kepada beliau ﷺ di dalam sebuah persoalan, maka beliau berkata: “Sungguh Allah telah merahmati Musa, ketika dia disakiti lebih besar dari ini, dia tetap bersabar.”
Nabi Musa memanggil kaumnya dengan kata-kata “wahai kaumku” padahal kaumnya sudah melampaui batas, namun yang namanya dakwah tidak boleh dengan cara-cara kasar dan kata-kata yang tidak baik.
Demikian  juga ketika Allah memerintahkan Nabi Musa untuk mendakwahkan fir’aun : “Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS. Thaha : 43-44)
Dakwah tidak bisa masuk dengan cara yang kasar, akan tetapi haruslah dengan cara yang lembut yang dapat menembus hati. Allah berfirman yang artinya : ”Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.” (QS. Fussilat : 34).
Tampilkan bahwa kita adalah seorang da’i dan orang yang memiliki ilmu pengetahuan, Allah berfirman yang artinya :
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam,“ (QS. Al-Furqan : 63)
Kata-kata ”Wahai kaumku! Mengapa kamu menyakitiku”. menunjukkan bahwa Nabi Musa sangat banyak mendapatkan perlakuan buruk dari kaumnya, mereka menyakiti Nabi Musa dengan berbagai macam tuduhan-tuduhan buruk, yang tidak pantas disampaikan kepada seorang Nabi dan Rasul.  Sebab mereka mengatakan bahwa Nabi Musa punya cacat/penyakit  supak, namun Allah membersihkan Nabi Musa dengan tuduhan-tudahan yang mereka lontarkan dengan menampakkan bahwa Nabi Musa tidak seperti yang mereka tuduh. Allah ﷻ berfirman yang artinya :
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan. Dan dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah“. (QS. Al-Ahzab : 69).
Kata-kata ”padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu”, menggunakan kata-kata ”qod” sebagai tahqiq (pembenaran) bahwa sesungguhnya mereka benar-benar tahu bahwa Nabi Musa adalah utusan Allah untuk mereka, namun mereka mengingkarinya.
Inilah yang disampaikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an surat Al-Fatihah  ayat  7 yang sering kita ulang-ulang di dalam Shalat, agar tidak termasuk ke dalam dua golongan :

  1. Ghairil Maghdhuubi ’alaihim (golongan orang yang di murkai Allah), dikarenakan mereka tahu tetapi mereka mengingkari, inilah golongan orang-orang yahudi.
  2. Waladh-dhaalliin (golongan orang yang sesat), dikarenakan mereka tidak tahu tetapi tidak mau mencari tahu dan belajar, inilah golongan orang-orang Nashrani.

Diantara bentuk pengingkaran mereka kepada Nabi Musa adalah seperti yang telah disampaikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an yang artinya :
Mereka berkata, “Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.” (QS. Al-Maidah : 24)
Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas,” maka halilintar menyambarmu, sedang kamu menyaksikan. (QS. Al-Baqarah : 55).
Allah menyampaikan kisah Nabi Musa ini agar kita umat Islam tidak mencontoh mereka yang menyakiti Nabi mereka.
Ketika turun ayat ini kita melihat bagaimana respon para Sahabat dan kesetian mereka kepada Rasulullah  ﷺ Mereka mencintainya, mengikutinya, ta’at kepadanya, sampai kepada hal-hal yang terkecil yang kita anggap remeh sekalipun. Jauh bedanya antara keta’atan umat Nabi Muhammad ﷺ dengan umat-umat yang lain, kaum Nabi Muhammad selalu siap berjuang bersama beliau.
Maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka”.
Allah memberikan balasan yang sama sesuai perbuatan mereka. Maka jangan salahkan Allah jika Allah memalingkan hati mereka dari kebenaran, karena kesalahannya ada pada diri mereka sendiri yang suka melakukan perbuatan dosa dan penyimpangan.  Allah ﷻ berfirman yang artinya :
Dalam hati mereka ada penyakit lalu Allah menambah penyakitnya itu; dan mereka mendapat azab yang pedih, karena mereka berdusta“. (QS. Al-Baqarah : 10).
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik”.
Makna hidayah di sini adalah Hidayah At-Taufiq. Karena hidayah terbagi dua :

  1. Hidayah Al-Irsyad : bisa membedakan antara yang baik dan yang buruk.
  2. Hidayat At-Taufiq : kemampuan untuk melaksanakan apa yang diketahui.

Sedangkan kaum Nabi Musa tidak mendapatkan hidayah at-taufiq.
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Nama dan Sifat-sifat Allah

Ringkasan Kajian Qur’an Surat Al Hasyr ayat 22-24 (Akhir)
Nama dan Sifat-sifat Allah
Ahad, 28 September 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman
Bersama:
Ust. Fauzi Bahreisy (Pengasuh Rubrik Konsultasi AlimanCenter.com)
 
1. Hadits-hadits yang terkait degan fadhilah ayat terakhir Surat Al Hasyr adalah dhoif. Namun boleh dilakukan karena ia adalah fadhail amal.
2. Nama-nama Allah yang diajarkan kepada kita ada 99 nama. Jumlah ini bukan berarti hanya 99 nama saja yang dimiliki oleh Allah, masih ada nama-nama lainnya yang hanya diketahui oleh-Nya.
3. Barang siapa yang membaca 99 nama diatas maka dia masuk surga. Atau memenuhi hak-haknya dan mengetahui serta mengamalkannya.
4. Para ulama berbeda pendapat terkait nama-nama Allah yang berjumlah 99.
5. Berdoa dengan menggunakan Asmaul Husna dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
6. Rahman bersifat umum meliputi mukmin dan kafir. Sedangkan Rahim hanya diberikan kepada orang mukmin di akhirat.
7. Diantara cara untuk mendapatkan rahmat Allah ialah dengan mengasihi sesama makhluk.
8. Al Malik ialah Raja. Allah memiliki kekuasaan yang tak terbatas.
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
1. Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
2. Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
3. Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Taklim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Menghayati Keagungan Al-Qur'an

Ringkasan Kajian Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 21
Menghayati Keagungan Al-Qur’an
Ahad, 20 September 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Ta’lim Al-Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan (Belakang Apotik Prima Farma)
Bersama:
Ustadz Fauzi Bahreisy
 
Hubungan surat Al-Hasyr ayat 21 dengan ayat sebelumnya:  “Kalau kita tidak ingin menjadi orang-orang yang lalai dan fasiq, maka jangan jauh-jauh dari Al-Qur’an, karena orang yg jauh dari Al-Qur’an besar kemungkinan menjadi orang lalai.
Pelajaran yang bisa di ambil dari surat Al-Hasyr ayat 21 :

  • Semua makhluk Allah juga bisa merasakan (punya perasaan), termasuk gunung
  • Tunduk dan terbelahnya gunung ketika menerima amanah Al-Qur’an menunjukkan bahwa Al-Qur’an itu agung. Dengan demikian orang-orang yang besar dan hebat adalah orang yang dekat dengan Al-Qur’an.
  • Kalau gunung saja bisa tunduk sampai terbelah karena keagungan Al-Qur’an, maka semestinya begitu juga dengan manusia.
  • Orang yang tidak bisa merasakan keagungan Al-Qur’an adalah orang yang menutup hatinya.

Kiat-kiat agar hati kita tersentuh ketika membaca Al-Qur’an:

  • Hendaklah membaca Al-Quran dalam kondisi suci (berwudhu)
  • Hendaknya membaca dengan porsi yang sesuai, jangan terlalu berlebihan, karena yang paling penting adalah kualitasnya & bacaan yang paling ideal buat kita adalah 1 juz setiap hari
  • Membaca Al-Qur’an dengan tartil
  • Bacalah Al-Qur’an dan menangislah, kalau tidak bisa berusahalah untuk bisa menangis.

***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
1. Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
2. Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
3. Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Taklim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!