by Danu Wijaya danuw | Jul 30, 2018 | Artikel, Berita, Sejarah
JIKA kita banyak membaca sejarah, maka kita akan menemukan bahwa nabi dan rasul yang terpilih banyak yang lahir dari Jazirah Arab. Lalu timbul pertanyaan, “Mengapa Arab?” “Mengapa tanah gersang dengan orang-orang nomad di sana dipilih menjadi tempat diutusnya Rasul terakhir ini?”
Tidak sedikit umat Islam yang bertanya-tanya penasaran tentang hal ini. Mereka berusaha mencari hikmahnya. Ada yang bertemu. Ada pula yang meraba tak tentu arah.
Para ulama mencoba menyebutkan hikmah tersebut. Dan dengan kerendahan hati, mereka tetap mengakui hakikat sejati hanya Allah-lah yang mengetahui.
Para ulama adalah orang yang berhati-hati. Jauh lebih hati-hati dari seorang peneliti. Mereka jauh dari mengedepankan egoisme suku dan ras. Mereka memiliki niat, yang insya Allah, tulus untuk hikmah dan ilmu.
Dikutip dari Zaid bin Abdul Karim az-Zaid dalam Fiqh as-Sirah menyebutkan di antara latar belakang diutusnya para rasul, khusunya rasul terakhir, Muhammad saw, di Jazirah Arab adalah:
Pertama: Jazirah Arab adalah tanah merdeka.
Jazirah Arab adalah tanah merdeka yang tidak memiliki penguasa. Tidak ada penguasa yang memiliki kekuasaan politik dan agama secara absolut di daerah tersebut. Berbeda halnya dengan wilayah-wilayah lain. Ada yang dikuasai Persia, Romawi, dan kerajaan lainnya.
Kedua: Jauh dari peradaban besar.
Mengapa jauh dari peradaban besar merupakan nilai positif? Karena benak mereka belum tercampuri oleh pemikiran-pemikiran lain. Orang-orang Arab yang tinggal di Jazirah Arab atau terlebih khusus tinggal di Mekah, tidak terpengaruh pemikiran luar.
Jauh dari ideologi dan peradaban majusi Persia dan Nasrani Romawi. Bahkan keyakinan paganis juga jauh dari mereka. Sampai akhirnya Amr bin Luhai al-Khuza’i kagum dengan ibadah penduduk Syam. Lalu ia membawa berhala penduduk Syam ke Jazirah Arab.
Jauhnya pengaruh luar ini, membuat jiwa mereka masih polos, jujur, dan lebih adil menilai kebenaran wahyu.
Ketiga: Mereka berkomunikasi dengan satu Bahasa yaitu bahasa Arab.
Jazirah Arab yang luas itu hanya memiliki satu bahasa untuk komunikasi di antara mereka, yaitu Bahasa Arab. Adapun wilayah-wilayah lainnya memiliki banyak bahasa. Saat itu, di India saja sudah memiliki 15 bahasa resmi (as-Sirah an-Nabawiyah oleh Abu al-Hasan an-Nadawi, Cet. Jeddah: Dar asy-Syuruq. Hal: 22).
Bayangkan seandainya di Indonesia, masing-masing daerah berbeda bahasa, bahkan ada sampai ratusan bahasa. Komunikasi akan terhambat dan dakwah sangat lambat tersebar, karena kendala bahasa saja. Sehingga bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu sangatlah tepat.
Keempat: Banyaknya orang-orang yang datang ke Mekah.
Mekah telah menjadi tempat istimewa sejak masa Nabi Ibrahim dan Ismail ‘alaihimassalam. Oleh karena itu, banyak utusan dari wilayah Arab lainnya datang ke sana. Demikian juga jamaah haji. Pedagang, para ahli syair dan sastrawan.
Keadaan ini mempermudah untuk menyebarkan risalah kenabian. Mereka datang ke Mekah, lalu kembali ke kampung mereka masing-masing dengan membawa berita risalah kerasulan.
Kelima: Memiliki agama dan kepercayaan yang beragam.
Mereka memang orang-orang pagan penyembah berhala. Namun berhala mereka berbeda-beda. Ada yang menyembah malaikat. Ada yang menyembah bintang-bintang. Dan ada pula yang menyembah patung –ini yang dominan-.
Patung yang mereka sembah pun bermacam ragam. Setiap daerah memiliki patung jenis tertentu. Keyakinan mereka beragam. Ada yang menolak, ada pula yang menerima.
Di antara mereka juga terdapat orang-orang Yahudi dan Nasrani. Dan sedikit yang masih berpegang kepada ajaran Nabi Ibrahim yang murni.
Keenam: Kondisi sosial unik memiliki jiwa fanatik kesukuan (ashabiyah).
Orang Arab hidup dalam tribalisme, kesukuan. Pemimpin masyarakat adalah kepala kabilah. Mereka menjadikan keluarga sendiri yang memimpin suatu koloni atau kabilah tertentu. Dampak positifnya kentara saat Nabi saw memulai dakwahnya. Kekuatan bani Hasyim menjaga dan melindungi beliau dalam berdakwah.
Apabila orang-orang Quraisy menganggu pribadi beliau, maka paman beliau, Abu Thalib, datang membela. Hal ini juga dirasakan oleh sebagian orang yang memeluk Islam. Keluarga mereka tetap membela mereka.
Ketujuh: Secara geografi, Jazirah Arab terletak di tengah dunia.
Memang pandangan ini terkesan subjektif. Tapi realitanya, Barat menyebut mereka dengan Timur Tengah. Geografi dunia Arab bisa berhubungan dengan belahan dunia lainnya. Sehingga memudahkan dalam penyampaian dakwah Islam ke berbagai penjuru dunia. Terbukti, dalam waktu yang singkat, Islam sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia. Ke Eropa dan Amerika.
Kedelapan: Faktor penduduknya.
Penduduk Arab adalah orang-orang yang secara fisik proporsional; tidak terlalu tinggi dan tidak pendek. Tidak terlalu besar dan tidak kecil. Demikian juga warna kulitnya. Serta akhlak dan agamanya.
Sehingga kebanyakan para nabi diutus di wilayah ini. Tidak ada nabi dan rasul yang diutus di wilayah kutub utara atau selatan.
Para nabi dan rasul secara khusus diutus kepada orang-orang yang sempurna secara jenis (tampilan fisik) dan akhlak. Kemudian Ibnu Khaldun berdalil dengan sebuah ayat:
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia…” (QS. Ali Imran: 110). (Muqaddimah Ibnu Khaldun, Cet. Bairut: Dar al-Kitab al-Albani. Hal: 141-142).
Namun Allah Ta’ala lebih hikmah dan lebih jauh kebijaksanaannya dari hanya sekadar memandang fisik. Dia lengkapi orang-orang Kaukasia yang ada di Timur Tengah dengan perangai yang istimewa.
Hal ini bisa kita jumpai di buku-buku sirah tentang karakter bangsa Arab pra-Islam. Mereka jujur, polos, berkeinginan kuat, dermawan, dan lain-lain. Kemudian Dia utus Nabi-Nya, Muhammad saw di sana
Sumber : Kisahmuslim
by Danu Wijaya danuw | Jul 2, 2018 | Artikel, Berita, Internasional
TURKI sekuler lahir dari jatuhnya kesultanan Ottoman, yang menyebabkan penghapusan kekhalifahan Islam.
Kemal Ataturk sebagai pendiri Turki Modern, memperkenalkan sejumlah reformasi yang mengurangi peranan Islam di negara itu.
Madrasah ditutup, jilbab dan pakaian keagamaan dilarang, adzan dirubah dari bahasa arab ke bahasa turki, dan penerapan undang-undang sekuler lainnya.
Disarikan dari ilmfeed, Turki menjadi negara sekuler untuk beberapa dekade, dan berlanjut hingga dewasa ini.
Namun berkuasanya Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) dibawah pimpinan Recep Tayyip Erdogan, mantan perdana menteri yang sekarang menjadi Presiden Turki, memutarbalik berbagai undang-undang yang di terapkan oleh Ataturk. Erdogan kembali membumikan Islam di Turki.
Berikut 8 langkah Erdogan mengembalikan kejayaan Islam di Turki:
1. Pembangunan Ribuan Masjid
Menurut (The Atlantic), sekitar 30 ribu masjid baru telah dibangun oleh pemerintah Turki antara tahun 2002 hingga tahun 2017.
Selain itu banyak masjid lainnya yang saat ini sedang dikembangkan di seluruh Turki, sejumlah masjid peninggalan era Ottoman juga tengah diperbaiki.
2. Larangan Pemakaian Hijab Dihapuskan
Hijab dilarang digunakan di sektor publik. Para guru, pengacara, anggota parlemen dan setiap perempuan yang bekerja di lembaga-lembaga negara, dilarang memakainya.
Dalam beberapa tahun terakhir, Erdogan bersama partai AKP menghapuskan larangan pemakaian hijab di sekolah-sekolah dan berbagai lembaga negara.
Pada bulan November 2015, seorang hakim perempuan menggunakan hijab untuk pertama kalinya sepanjang sejarah (Al Arabiya).
Pada bulan Agustus 2015, Aysen Gurcan menjadi menteri yang pertama kali menggunakan hijab (Al Arabiya).
3. Satu Juta Siswa Terdaftar di Sekolah Islam Imam Hatip

Imam Hatip Lisesi, atau sekolah Imam Hatip adalah sebuah lembaga pendidikan yang dirancang untuk memberikan pendidikan agama dan melatih calon imam-imam di Turki.
Pemerintah Turki menunjuk masjid-masjid agar mengirimkan calon imam-imamnya, untuk dilatih di sekolah itu. Sekolah Imam Hatip didirikan setelah keberadaan madrasah dilarang dibawah kepemimpinan reformasi Ataturk.
Pada tahun 2002, sejumlah 65 ribu siswa belajar di sekolah Imam Hatip. Jumlah tersebut meningkat menjadi 658 ribu pada tahun 2013.
Bilal Erdogan, anak ketiga dari Recep Tayip Erdogan, yang merupakan tokoh utama dibalik kemajuan sekolah itu, baru-baru ini mengumumkan bahwa jumlah siswa telah mencapai satu juta (The Turkey Analyst).
4. Wajib Belajar Pendidikan Agama Diperkenalkan
Pemerintah Turki telah mengintruksikan sekolah-sekolah untuk memperkenalkan wajib belajar pendidikan agama. Kursus mengenai “kehidupan Nabi Muhammad,” dan “Al-Qur’an” juga diperkenalkan (The Turkey Analyst).
Erdogan mengatakan:
“Kami hendak membangkitkan pemuda-pemudi religius,”
“Apakah Anda mengharapkan AKP akan meningkatkan generasi Ateis? Ya mungkin itu tujuan bisnis Anda, misi Anda, tetapi itu bukan tujuan Kami. Kami akan meningkatkan generasi konservatif dan demokratis yang merangkul nilai-nilai dan prinsip-prinsip bangsa.”
5. Batasan Usia untuk Belajar Al-Qur’an Dihapus
Turki menghapuskan peraturan dimana anak-anak harus berusia minimal 12 tahun, untuk mempelajari Al-Qur’an.
Pada tahun 2013 Turki meluncurkan sebuah program, dimana anak-anak pra sekolah diperkenalkan dan diajarkan Al-Qur’an (The Turkey Analyst).
6. Pembatasan Penjualan dan Iklan Alkohol
Turki Sekuler melegalkan penjualan alkohol di negara itu. Erdogan lewat partai AKP pada tahun 2013 mengintruksikan larangan iklan dan penjualan alkohol dengan jarak radius 100 meter dari masjid dan atau sekolah.
Setiap iklan, penggambaran maupun film yang terafiliasi dengan alkohol, wajib disamarkan penayangannya (Reuters).
Asrama mahasiswa, lembaga kesehatan, klub olahraga, lembaga pendidikan dan SPBU dilarang menjual alkohol, di tempat-tempat yang menjual alkohol dilarang untuk menjual produk tersebut diatas jam 10 malam (Hurriyet Daily News).
7. Perluasan Perbankan Islam (Bank Syariah)

Perbankan Islam mengalami pertumbuhan signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Ziraat Islamic Bank, bank syariah milik pemerintah Turki memiliki rencana membuka cabang sebanyak 170 kantor cabang hingga tahun 2018 (Daily Sabah)
Dalam pidatonya baru-baru ini, Erdogan mengatakan bahwa sistem perbankan berbasis bunga sangat kejam. Ia kemudian berbicara banyak mengenai manfaat perbankan syariah:
“Perbankan syariah adalah sistem yang sama sekali berbeda dengan sistem perbankan saat ini. Saya percaya bahwa sistem ini akan menjadi kekuatan yang mendorong ekonomi Turki.”
8. Lembaga Kemanusiaan Turki Membantu Jutaan Pengungsi
Lembaga seperti IHH, TIKA, dan lainnya dari Turki telah banyak membantu pengungsi muslim mulai dari Afrika, Asia, dan termasuk Suriah. Turki dibawah pemimpin Erdogan telah menerima dan menampung 3 juta pengungsi Suriah di Turki, dengan tenda mukim yang layak dan tercukupinya kebutuhan makan minum. Turki menjadi mercusuar dalam membantu dunia Islam.
Sumber : Islamfeed
by Danu Wijaya danuw | Feb 20, 2018 | Artikel, Berita, Internasional
Jakarta – Mohamed Salah bisa jadi akan membuat orang-orang Liverpool lebih tertarik soal Islam. ‘Kami ingin pergi ke masjid seperti Salah’, nyanyi fans Liverpool riang.
Dalam waktu singkat Mohamed Salah sudah menjadi pujaan baru publik Anfield.
Gol-gol yang tak berhenti dia lesakkan untuk kemenangan Liverpool membuat seolah klub Liverpool bangkit dari keterpurukan sejak ditinggal era Michael Owen.
Striker punggung nomor 10 asal Liverpool ini digadang-gadang menjadi pesepakbola muslim asal Mesir sebagai salah satu pemain depan terbaik Premier League musim ini.
Fans Liverpool yang dengan mudah jatuh hati padanya melontarkan banyak sanjungan dan puja-puji. Lewat chant yang dinyanyikan di berbagai tempat, nama Salah dielu-elukan dengan penuh gembira.
Jelang lawatan ke FC Porto di babak 16 besar Liga Champions dinihari tadi, suporter Liverpool punya nyanyian baru untuk Salah. Nyanyian tersebut membawa serta status Salah sebagai muslim.
This new Mo Salah song is class ?
?: @seangriff123 & @sportbiblepic.twitter.com/YCrRALdxfL
— ODDSbible (@ODDSbible) February 14, 2018 “Mo Salah-lah-lah-lah, Mo Salah-lah-lah-lah.”
“Jika dia cukup baik untukmu, dia cukup baik untukku. Jika dia mencetak beberapa gol lagi, maka aku akan menjadi seorang muslim juga.”
“Jika dia cukup baik untukmu, dia cukup baik untukku. Duduk di Masjid, itulah tempat di mana aku ingin berada.”
Itu bukan satu-satunya fans dan suporter Liverpool untuk Mohamed Salah.
Ada juga nyanyian lain yang mendengungkan Salah sebagai ‘The Egyptian King’.
Sumber : Reuters
by Danu Wijaya danuw | Feb 20, 2018 | Artikel, Berita, Nasional
Adzan Ashar mulai berkumandang di Distrik Agats, Kabupaten Asmat. Umat Islam, khususnya kaum pria mulai pergi ke Masjid An-Nur yang letaknya tidak jauh dari pelabuhan Agats.
Ternyata di daerah yang berpenduduk mayoritas non muslim ini banyak juga yang melakukan shalat berjamaah di masjid. Bahkan, jamaahnya tampak jauh lebih banyak daripada jamaah yang shalat di masjid perkotaan.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Kamis (8/2), saat itu umat Islam yang sedang melaksanakan shalat Ashar setidaknya ada enam shaf (baris, red). Shalat jamaah pun berlangsung khusyu’. Jamaahnya terdiri orang tua maupun anak-anak. Ada juga jamaah perempuan yang shalat di area yang ditutupi dengan kain.
Setelah imam menutup salam, kemudian seorang ustadz muda tiba-tiba naik ke tangga mimbar. Ia langsung membacakan beberapa hadis nabi menggunakan pengeras suara. Salah satu hadis yang dibacakannya saat itu yaitu hadis nabi yang diriwayatkan Anas bin Malik .
“Barang siapa yang menjaga lidahnya Allah akan menutupi aibnya. Barang siapa menahan kemarahannya, Allah akan menahan azabnya pada hari kiamat,” kata ustadz Lukman (17 tahun).
Ustadz Lukman mengatakan, pengajian hadist itu memang dilaksanakan secara rutin setiap ba’da Ashar di Masjid An-Nur.
“Setiap Ashar memang begini, gantian membacakannya,” ujar ustadz muda yang pernah belajar di Pondok Pesantren Darussalam, Timika ini.
Usai shalat, jamaah langsung kembali melaksanakan aktivitasnya masing-masing. Sementara, anak-anak kecil langsung belajar mengaji kepada para ustadzah. Ada 40 anak yang mengaji.
Di sela-sela kegiatan mengaji anak-anak itu, saya pun menemui salah satu ustadz atau pengurus Masjid An-Nur, Abdul Somad. Ustadz berjenggot ini juga merupakan Sekertaris MUI Kabupaten Asmat.
Ustadz Somad menjelaskan, ghirah umat Islam untuk mengikuti kegiatan keagamaan di masjid ini cukup besar, baik yang muda ataupun yang tua. Karena itu, pengurus Masjid An-Nur pun menyelenggarakan berbagai macam kegiatan, seperti pengajian harian, bulanan dan juga pendidikan membaca Alquran untuk anak-anak.
“Pengajian wali santri dilaksanakan setiap bulan sekali. Pengajian dirosah setiap hari Ahad bagi ibu-ibu. Kemudian tiap malam ba’da maghrib bapak-bapak. Ba’da isya itu remaja dan pemuda. Alhamdulillah kegiatan ada terus,” kata Ustadz Somad.
Masjid An-Nur dibangun di atas tanah yang dihibahkan oleh umat Islam sekitar tahun 1972. Bangunan masjid ini rata-rata terbuat dari papan, termasuk lantainya, temboknya, dan pagarnya. Masjid Raya ini dibangun karena di daerah pelosok Papua ini juga terdapat banyak umat Islam.
Berdasarkan data tahun 2014, menurut dia, jumlah umat Islam di Kabupaten Asmat ada sekitar 8.000-an. Umat Islam di kabupaten ini terus meningkat.
Menurut dia, sejak adanya kasus kejadian luar biasa (KLB) Campak dan Gizi Buruk di Asmat pada awal tahun ini, umat Islam yang shalat di Masjid An Nur memang tambah banyak dibandingkan hari-hari biasa. Karena jamaahnya ditambah oleh para relawan yang rata-rata Muslim.
“Jamaah banyak karena ada kasus KLB. Biasanya cuma tiga sampai empat shaf. Kami juga sengaja menarik teman-teman remaja untuk meramaikan masjid,” kata Ustaz Somad.
Kerukunan umat beragama di Asmat juga cukup tinggi dan jika ada masalah, semua persoalan dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Apalagi, menurut Ustadz Somad di Kabupaten Asmad ini juga ada Forum Kerukunan Umat Beragam (FKUB), sehingga semua umat beragama menjadi bersaudara.
Hal ini juga dapat dilihat dari awal munculnya kasus KLB. Saat itu, pengurus Masjid An-Nur juga langsung bergerak untuk membantu saudaranya yang terkena campak dan gizi buruk. Bantuan tersebut dikumpulkan kepada pemerintah untuk menyalurkannya.
“Kami kumpulkan mewakili umat Islam di sini. Kedua kami juga membuat makanan siap saji yang diberikan kepada warga sebagai kepedulian kita. Kita tidak membeda-bedakan,” tegas Ustaz Somad.
Menurut Ustadz Somad, ghirah anak-anak itu juga sangat besar untuk belajar Alquran. Sayangnya, para ustadz yang bisa mengajar untuk menghafalkan Alquran tidak ada di Asmat.
Karena itu, Ustadz Somad pun menyambut baik mendengar kabar bahwa yayasan ustadz Yusuf Mansur, YPPA Darul Quran akan membangun pondok tahfidz di Distrik Agats.
“Pondok Tahfidz sangat dibutuhkan di sini, karena banyak yang tertarik. Cuma kami kan di sini kekurangan guru di bidang Alquran,” jelas Ustadz Somad.
Selain itu, ia juga berharap kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat untuk sering mengirimkan da’i ke Asmat, sehingga dapat meningkatkan ibadah umat Islam di Asmat.
“Kami sebenarnya pesannya cuma perlu banyak dai ke sini,” tutupnya
Sumber : Republika
by Danu Wijaya danuw | Feb 16, 2018 | Artikel, Internasional
Awal mula interaksi dan penyebaran Islam di Cina berada di Kota Guangzhou. Kota ini disebut Khanfu oleh orang Arab. Kota Guangzhou menjadi pusat pengembangan Islam di China karena keberadaan pelabuhan laut internasionalnya.
Menurut catatan resmi dari Dinasti Tang yang berkuasa pada 618-905 M dan berdasarkan catatan serupa dalam buku A Brief Study of the Introduction of Islam to China karya Chen Yuen, Islam pertama kali datang ke Cina sekitar tahun 30 H atau 651 M.
Disebutkan bahwa Islam masuk ke China melalui utusan Khalifah Ustman bin Affan, yang memerintah selama 12 tahun atau pada periode 23-35 H / 644-656 M.
Sementara menurut catatan Lui Tschih, penulis Muslim China pada abad ke 18 dalam karyanya Chee Chea Sheehuzoo (Perihal Kehidupan Nabi), Islam dibawa ke China oleh rombongan yang dipimpin Saad bin Abi Waqqash.
Sebagian catatan lagi menyebutkan, Islam pertama kali datang ke China dibawa oleh panglima besar Islam, Saad bin Abi Waqqash, bersama sahabat lainnya pada tahun 616 M.
Catatan tersebut menyebutkan bahwa Saad bin Abi Waqqash dan tiga sahabat lainnya datang ke China dari Abessinia atau yang sekarang dikenal dengan Ethiopia.
Setelah kunjungan pertamanya. Saad kemudian kembali ke Arab. Dia kembali lagi ke China 21 tahun kemudian atau pada masa pemerintahan Usman bin Affan, dan datang dengan membawa salinan Al Qur’an.
Usman pada masa kekhalifahannya memang menyalin Al Qur’an dan menyebarkan ke berbagai tempat, demi menjaga kemurnian kitab suci ini.
Pada kedatangannya kedua di tahun 650M, Saad bin Abi Waqqash kembali ke China dengan berlayar melalui Samudera Hindia ke Laut China menuju pelabuhan laut di Guangzhou.
Kemudian ia berlayar ke Chang’an atau kini dikenal dengan nama Xi’an melalui rute yang kemudian dikenal sebagai Jalur Sutera.
Bersama para sahabat, Saad datang dengan membawa hadiah dan diterima dengan hangat oleh kaisar Dinasti Tang, Kao-Tsung (650-683).

Kaisar mengizinkan Saad bin Abi Waqqash dan para sahabat untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat di Guangzhou.
Oleh orang China, Islam disebut sebagai Yisilan Jiao atau agama yang murni. Sementara Makkah disebut sebagai tempat kelahiran Buddha Ma-hia-wu (atau Rasulullah Muhammad SAW).
Saad bin Abi Waqqash kemudian menetap di Guangzhou dan dia mendirikan Masjid Huaisheng yang menjadi salah satu tonggak sejarah Islam paling berharga di China.

Masjid Huasieng Didirikan Saad bin Abi Waqqash
Masjid ini menjadi masjid tertua yang ada di daratan China dan usianya sudah melebihi 1.300 tahun. Masjid ini terus bertahan melewati berbagai momen sejarah China dan saat ini masih berdiri tegak dan masih seindah dahulu setelah diperbaiki dan direstorasi.
Masjid Huaisheng ini kemudian dijadikan Masjid Raya Guangzhou Remember the Sage, atau masjid untuk mengenang Nabi Muhammad SAW.
Dan alasan kaisar Cina mengizinkan pembangunan masjid ini adalah untuk menghormati Nabi Muhammad SAW. Dia berkata, “Kekhalifahan yang dimulai darinya (Rasulullah), dan hubungan yang kami miliki (dengan Muslim), aku ingin membangun masjid untuk menghormatinya.”
Dan di Masjid Huaisheng diriwayatkan bahwa ayah dari Sa’ad ibn Abi Waqqas, yaitu Abi Waqqas dikubur di sana. Subhanallah.
Masjid ini juga dikenal dengan nama Masjid Guangta, karena masjid dengan menara elok ini yang letaknya di jalan Guangta.
Sebagian percaya bahwa Saad bin Abi Waqqash menghabiskan sisa hidupnya dan meninggal di Guangzhou, China. Sebuah pusara diyakini sebagai makamnya.

Makam Saad bin Abi Waqqash di Cina

Bentuk ruang Makam Saad bin Abi Waqqash

Tampak dalam ruang makam Saad bin Abi Waqqash
Namun sebagian lagi menyatakan bahwa Saad meninggal di Madinah dan dimakamkan di makam para sahabat.
Meski tidak diketahui secara pasti dimana Saad bin Abi Waqqash meninggal dan dimakamkan dimana, namun dipastikan dia memiliki peran penting terhadap perkembangan Islam di China.
Jadi kita mengetahui dari Utsman r.a yang mengirim rombongannya, yaitu umat Muslim sudah mengunjungi Cina sejak awal. Mereka kesana untuk berdagang, dan orang-orang Cina juga ingin berdagang dengan Muslim. Umat muslim juga ingin berdagang dengan orang Cina.
Jadi terciptalah hubungan perdagangan, dan hal ini menjadi kuat. Dan kota yang dikunjungi Sa’ad adalah Kota Guangzhou.