Ketika Ibu Marah Terhadap Syeikh AsSudais
SIAPA yang tidak mengenal Syeikh Abdurrahman AsSudais? Imam Masjidil Haram, sekaligus hafidz yang memiliki suara yang sangat menyentuh para ma’mum dan pendengarnya.
Tetapi ternyata di balik kesuksesannya, beliau memiliki kisah unik di masa kecilnya.
Ketika itu orang tua Syeikh Sudais akan kedatangan tamu kehormatan, sehingga ibunda Syeikh Sudais menyiapkan hidangan termasuk memasak kambing untuk menyambut tamu tersebut.
Ketika hidangan sudah siap saji, masuklah Sudais kecil setelah bermain ke dalam rumahnya. dan alangkah kagetnya sang IBU melihat apa yang Sudais kecil lakukan terhadap hidangan yang sudah ia siapkan.
Sudais kecil menaburkan pasir ke dalam hidangan kambing yang disiapkan ibunya.
Kaget bercampur kesal akhirnya ibunda beliau memarahinya, “Sudais, dasar kamu anak nakal! Awas kamu kalau sudah besar kamu akan menjadi IMAM MASJIDIL HARAM!”
Kemarahan ibunda Sudais inilah yang menjadi do’a luar biasa untuknya.
Sudais dewasa tumbuh menjadi seorang Imam Besar Masjidil Haram, sesuai dengan apa yang diucapkan oleh ibunya
Tiga Obat Penawar ketika Marah
MARAH adalah kondisi yang akan menarik kita pada situasi tertentu. Entah itu situasi baik ataupun situasi buruk. Marah akan berdampak pada diri kita tergantung pada cara kita menyikapi rasa marah itu sendiri.
Jika seseorang berhasil mengendalikan amarahnya dan mampu memaafkan orang yang telah membuatnya marah, maka Allah akan membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.
Namun seperti yang kita ketahui bahwa mengendalikan marah bukanlah hal yang mudah. Bahkan Rasulullah menjelaskan bahwa orang yang paling kuat bukanlah mereka yang pandai bergulat tapi mereka yang mampu menahan amarahnya.
Al-Bukhari pun pernah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, bahwa seseorang pernah berkata kepada Rasulullah, “Nasehatilah aku.” Rasulullah bersabda, “Jangan marah.” Rasulullah mengulang kata-kata itu.
Jika marah ini diibaratkan sebagai penyakit, maka kita membutuhkan obat penawar bagi penyakit marah ini. Dan Rasulullah mengajari kita mengenai beberapa obat penawar pada saat kita marah.
1. Obat penawar yang pertama adalah membaca Ta’awudz untuk memohon perlindungan kepada Allah dari setan.
Diriwayatkan dari Sulaiman bin Shurd, ia bercerita, bahwa ketika kami sedang duduk bersama Rasulullah ada dua orang laki-laki yang sedang mengumpat. Salah seorang di antara mereka tampak memerah wajahnya dan urat-urat lehernya membesar.
Rasulullah pun bersabda, “Aku akan mengajarkan satu kalimat yang andaikan ia membacanya, niscaya apa yang dialaminya itu pergi darinya. Seandainya ia mengucap ‘Audzubillahi minasy syaithan,’ (aku berlindung kepada Allah dari setan), tentulah apa yang dialaminya itu pergi darinya.”
Orang-orang lalu berkata kepada lelaki itu bahwa Rasulullah bersabda, “Mintalah perlindungan kepada Allah dari setan!” orang itu menukas, “Memangnya aku ini orang gila.” (HR. Muttafaq Alaih).
2. Kemudian obat penawar yang kedua ketika marah adalah mengubah posisi.
Diriwayatkan dari Abu Dzar, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Jika masing-masing kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah ia duduk. Jika marah sudah pergi darinya (maka cukuplah itu). Tetapi, jika tidak maka hendaklah ia berbaring.” (HR. Abu Dawud).
3. Nah obat penawar ketika marah yang ketiga adalah bersabar.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkenaan dengan firman Allah swt. “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik.” (QS. Fushshilat : 34).
Ia menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah bersabar saat marah dan memberi maaf di saat menerima perlakuan buruk. Jika mereka mampu melakukan semua itu, niscaya Allah melindungi mereka dan menundukkan musuh-musuh mereka layaknya sahabat akrab saja.
Sumber : Tipu Daya Wanita/Yusuf Rasyad/Pustaka Al-Kautsar/Isl
Istri Marah-Marah, Bersikaplah Seperti Umar
Perempuan dan lelaki memiliki cara berpikir yang berbeda. Dimana perempuan lebih terbiasa menggunakan perasaannya daripada pikirannya. Sebab, kepekaan perempuan itu lebih tajam. Hatinya begitu lembut bagaikan sutra. Jadi, ketika ada hal-hal yang mengganggu ketenangan hatinya, ia akan langsung bereaksi. Dan banyak perempuan yang mengekspresikannya dengan marah-marah.
Hal inilah yang biasanya terjadi dalam rumah tangga. Dimana seorang istri, terkadang selalu mengekspresikan gangguan dalam hatinya dengan marah. Dan hal ini, hampir terjadi pada setiap orang. Termasuk amirul mukminin, sahabat Rasulullah saw Umar bin Khaththab. Tapi, tentunya, ia memiliki cara tersendiri dalam menyikapi istrinya yang marah. Lantas, seperti apa cara dia bersikap terhadap istrinya yang marah?
Imam As Samarqandi meriwayatkan sebuah kisah bahwa seorang laki-laki datang kepada Umar bin Khaththab. Laki-laki tersebut ingin menceritakan kepada Amirul Mukminin tentang istrinya yang selalu cemberut dan bermuka masam. Ketika sampai di depan pintu rumah Umar, lelaki tersebut mendengar istri Umar, Ummu Kultsum sedang mengomel.
Seketika itu pula lelaki tersebut berbalik dan membatalkan niatnya. Namun, Umar mengetahui dan memanggil lelaki itu dari balik jendela. Lelaki itu kemudian menceritakan niatnya.
Mendengar cerita lelaki itu Umar berkata, “Aku dengarkan baik-baik omelan istriku, dan tidak sedikit pun aku menentangnya karena aku memiliki alasan khusus yaitu; pertama, istriku adalah penghalang antara aku dan neraka. Hatiku selalu berteduh kepadanya sehingga aku terhindar dari perbuatan haram. Kedua, ia menjaga hartaku ketika aku pergi. Ketiga, ia selalu mencuci pakaianku. Keempat, ia membesarkan dan mendidik anak-anakku. Kelima, ia selalu membuatkan masakan untukku.”
Mungkin, kebanyakan di antara kita, ketika istri sedang marah, maka suami pun ikut marah. Sehingga, menimbulkan konflik yang semakin parah. Tapi, hal ini tidak dilakukan oleh Umar. Ia bersikap tenang menghadapi istrinya yang marah. Meski begitu, perbuatan ini bukanlah menunjukkan bahwa Umar adalah suami yang takut istri. Melainkan, ia menghormati seorang istri yang memiliki peran penting dalam hidupnya.
Nah, apa yang dilakukan Umar ini, bisa ditiru oleh Anda, suami-suami yang mengaku cinta pada istrinya. Jangan sampai istri mengatakan bahwa rasa cinta Anda itu palsu padanya, dengan tidak mengerti keadaan dirinya.
Tapi, buktikanlah bahwa Anda sangat menyayangi istri Anda, dengan tidak emosi ketika istri mengeluarkan keluh kesahnya. Melainkan, jadilah partner hidupnya, yang mampu menjadi peredam amarah dan penyejuk keluh kesahnya
Ringkasan Taklim : Marah Saat Aturan Allah Dilanggar
Ringkasan Kajian Kitab Riyadhus Shalihin Bab ke-77
Marah Saat Aturan Allah Dilanggar
Ahad, 20 Maret 2016
Pukul. 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Rasyid Bakhabazy, Lc
Hadits-1
وعن أبي مسعود عقبة بن عمرو البدري رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قال: جاء رجل إلى النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم فقال: إني لأتأخر عن صلاة الصبح من أجل فلان، مما يطيل بنا! فما رأيت النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم غضب في موعظة قط أشد مما غضب يومئذ. فقال:«يا أيها الناس إن منكم منفرين، فأيّكم أم الناس فليوجز؛ فإن من ورائه الكبير والصغير وذا الحاجة»
مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
- Seseorang boleh mengadukan perkara yang tidak sesuai dengan sunnah nabi.
- Disyariatkannya mempersingkat shalat saat menjadi imam dalam shalat berjamaah.
Hadits ke-2
2. وعن عائشة رَضِيَ اللَّهُ عَنها قالت: قدم رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم من سفر وقد سترت سهوة لي بقرام فيه تماثيل، فلما رآه رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم هتكه وتلون وجهه. وقال: «يا عائشة أشد الناس عذاباً عند اللَّه يوم القيامة الذين يضاهون بخلق اللَّه»
مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
- Kita dilarang utk meletakkan gambar di hadapan shalat kita. Sebab hal itu dapat mengganggu kekhusyuan shalat.
- Rasulullah mengungkapkan ketidaksenangannya terhadal apa yang beliau lihat jika hal itu menyalahi syariat. Beliau tidak membeda-bedakan siapa pun itu walaupun hal itu dilakukan oleh istri beliau sendiri.
Hadits ke-3
3. وعنها رَضِيَ اللَّهُ عَنها أن قريشاً أهمهم شأن المرأة المخزومية التي سرقت فقالوا: من يكلم فيها رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم؟ فقالوا: من يجترئُ عليه إلا أسامة بن زيد حب رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم. فكلمه أسامة فقال رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم: «أتشفع في حد من حدود اللَّه تعالى؟!» ثم قام فاختطب ثم قال: «إنما أهلك من قبلكم أنهم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه، وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليه الحد، وأَيْمُ اللَّه لو أن فاطمة بنت محمد سرقت لقطعت يدها»
مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Rasulullah tidak memberikan perlakuan istimewa terhadap siapapun ketika ada aturan-aturan Allah yang dilanggar, walaupun yang melakukannya adalah orang yang ia cintai.
Hadits ke-4
وعن أنس رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ أن النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم رأى نخامة في القبلة فشق ذلك عليه حتى رؤي في وجهه فقام فحكه بيده، فقال: (إن أحدكم إذا قام في صلاته فإنه يناجي ربه وإن ربه بينه وبين القبلة، فلا يبزقن أحدكم قبل القبلة، ولكن عن يساره أو تحت قدمه ( ثم أخذ طرف ردائه فبصق فيه ثم رد بعضه على بعض فقال: (أو يفعل هكذا )
مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
- Sikap marah berlaku ketika ada aturan Allah yang dilanggar, baik pelanggaran itu besar atau kecil.
- Dilarang meludah ke arah kiblat saat shalat sebab ia adalah arah shalat dan tempat munajat. Hendaklah ia meludah ke arah kanan atau kiri atau bawah.
- Dilarang juga meludah saat berada di masjid, kecuali dengan cara mengambil kain dan meludah di kain tersebut lalu ia tutup kainnya.
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
1. Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
2. Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
3. Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Taklim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
Jangan Marah
Oleh: Dr. Aidh al-Qarni
Amarah senantiasa merusak. Penyakit kanker telah menyita perhatian dunia dan menghabiskan banyak harta. Sementara marah yang menyebabkan terjadinya pembekuan darah dan kontraksi di mana ia justru lebih sering mengantarkan kepada kematian daripada kanker malah kurang mendapat perhatian.
Bahkan Dale Carnegie berkata, “Bencana akibat marah merupakan bencana terbesar yang dihadapi manusia. Akan tetapi, mereka tidak mau memerhatikan dan merenungkannya.”
Bahaya Marah
Marah mengantarmu berkonflik dengan pihak lain serta membuat persoalan semakin rumit. Marah membuatmu dinilai negatif dan tidak disukai oleh orang. Marah bisa melahirkan persoalan kesehatan yang besar. Misalnya, penyakit jantung, stroke, dan kanker yang dialami oleh orang-orang yang sering marah. Marah bisa mengantar pada serangan lisan dan fisik yang mengarah kepada sejumlah orang yang semestinya dicintai dan dihormati. Orang yang sedang marah biasanya mengucap atau melakukan sesuatu yang membuatnya setelah itu menyesal disertai dengan celaan yang tidak pantas.
Bentuk-bentuk Amarah
Dampak amarah pada lisan terlihat dengan keluarnya kata cacian dan ucapan kotor yang orang berakal malu dengannya. Termasuk pengucapnya sendiri malu ketika amarahnya reda. Nabi saw bersabda, “Dosa manusia yang paling banyak berada di lisannya.”
Dampak amarah pada anggota badan terlihat dalam bentuk pukulan, serangan, penghancuran, pembunuhan, dan penganiayaan di saat memungkinkan. Kadang orang yang marah merobek pakaiannya dan menampar dirinya. Rasul saw bersabda, “Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi dan merobek saku.” Kadang ia memukulkan tangannya ke tanah. Ia juga bisa kehilangan kontrol dan kesadaran.
Dampak amarah pada qalbu terlihat dalam bentuk sifat dengki, iri, menyembunyikan keburukan, senang dengan musibah yang menimpa orang, sedih dengan gembiranya, berusaha merusak rahasia, membuka hijab, mengolok-olok, dan berbagai sifat buruk lainnya.
Serta tentu saja amarah memberikan bahaya pada agama dan akhlak. Bahaya ini bisa berpengaruh pada kondisi fisik dan akal berikut pengaruh semuanya pada qalbu. Dari uraian tersebut kita bisa menangkap hikmah dari pesan Rasul yang agung, “Jangan marah!”
Diantara dampak amarah adalah sombong, ujub, sikap arogan, angkuh, dan otoriter. Bahkan buruknya kebijakan penguasa bersumber dari amarah. Jika ia bersikap otoriter hal itu disebabkan oleh amarah. Fir’aun marah kepada kaumnya. Ia berkata, “Yang kukemukakan kepada kalian adalah apa yang kulihat baik dan tidaklah aku menuntun kalian kecuali ke jalan yang benar.” (QS. Ghafir : 29).
Ia tinggalkan segala sesuatu untuk meluapkan amarahnya sampai akhirnya tenggelam di laut.
Saat sedang marah ia berkata, “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku?” (QS. az-Zukhruf : 51).
Maka, Allah mengalirkan air dari atas kepalanya akibat amarah yang ia luapkan.
Lembaran Sejarah
Tidak diragukan lagi bahwa ketika membaca sejarah hidup orang mulia, kau dapati ia adalah orang yang dapat mengendalikan amarah. Orang-orang mulia hanya marah dalam kebenaran. Mereka tidak dikendalikan oleh amarah dan hawa nafsu. Marah bukan sifat mereka.
Pemimpin yang lurus dan baik tidaklah pemarah, Pasalnya, jika ia pemarah tentu tidak akan memiliki kontrol dan pandangan yang lurus. Ia akan dipermainkan oleh setan. Sebab, dalam amarah terdapat kekuatan yang bisa menawan manusia. Kemudian setelah itu lahir sejumlah keputusan menyimpang yang jauh dari kebenaran. Hal itu karena ia lahir dalam kondisi tidak tenang dan dari pikiran yang tidak lurus. Oleh sebab itu, engkau bisa melihat pemimpin dunia dalam perjalanan hidupnya tidak memiliki penyakit jiwa kronis seperti amarah. Sebab, orang pemarah hidup dalam kondisi cacat secara kejiwaan. Hidupnya tidak sempurna dan tidak lurus. Hal itu karena kondisi amarah berlawanan dengan akal dan naql serta bertentangan dengan sifat dasar manusia dan apa yang seharusnya.
Pesan Nabi saw
Abu Hurairah ra meriwayatkan bahwa seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, berikan wasiat singkat kepadaku!” Beliau bersabda, “Jangan marah!” Orang itu kembali mengulangi permintaannya. Namun Nabi saw tetap menjawab, “Jangan Marah!”
Diriwayatkan dari Abdullah ibn Amr ra bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw, “Apa yang bisa menyelamatkanku dari murka Allah?” Beliau menjawab, “Jangan marah.”
Abu ad-Darda berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkan padaku sebuah amal yang bisa mengantarku kepada surga.” Beliau menjawab, “Jangan marah!”
Wallahu a’lam.
Diterjemahkan oleh Ustadz Fauzi Bahreisy
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 328 – 27 Maret 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: redaksi.alimancenter@gmail.com
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
Marahnya Rasul SAW
Oleh : Dr. Aidh Al-Qarni
Dalam banyak hadits Rasulullah SAW menegaskan sisi kemanusiaan beliau dan bahwa beliau sama seperti manusia lainnya. Beliau bisa marah seperti yang lain. Beliau juga ridha sebagaimana halnya mereka.
Abu Hurairah ra meriwayatkan, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Ya Allah, Muhammad adalah manusia biasa. Ia bisa marah seperti yang lainnya marah. Aku sudah membuat janji pada-Mu yang tidak akan kuingkari. Siapa saja mukmin yang kusakiti, kucela, atau kucambuk, jadikanlah hal itu sebagai penebus dosa baginya dan sebagai bentuk taqarrub yang mendekatkannya kepada-Mu di hari kiamat.’”
Kehidupan Rasul SAW tidaklah selalu lapang dan dihiasi dengan mawar. Terdapat berbagai kondisi yang di dalamnya beliau marah seperti manusia pada umumnya. Hanya saja, marah beliau tetap di jalan Allah dan karena membela agama-Nya.
Beliau marah demi agama dan demi kebenaran. Beliau marah sebagai bentuk rahmat bagi semesta alam. Beliau marah ketika ada larangan yang dilanggar, dan seterusnya. Yang membedakan dengan yang lain, marah Rasul SAW tidak membuat beliau keluar dari kebenaran. Marah beliau tetap disertai sikap sabar, santun, dan tabah.
Di antara contoh marah beliau yang sebenarnya mencerminkan kasih sayang beliau kepada umat adalah saat mendengar keberadaan imam yang memanjangkan shalat, tidak seperti tuntunan beliau.
Ibn Mas’ud ra berkata, “Seseorang bercerita, ‘Ya Rasulullah saya mundur dari shalat subuh berjamaah lantaran Fulan yang menjadi imam memanjangkan shalatnya.’
Mendengar hal itu Rasul SAW marah. Aku tidak pernah melihat beliau semarah itu pada saat tersebut. Kemudian beliau berkata, ‘Wahai manusia, di antara kalian ada yang membuat orang lari. Siapa yang menjadi imam hendaknya meringankan. Sebab, di belakangnya terdapat orang yang papa, tua, dan memiliki hajat.’”
Beliau juga marah demi agama. Hal itu seperti yang diriwayatkan oleh Jabir ibn Abdillah bahwa Umar ibn al-Khattab mendatangi Nabi SAW dengan membawa sebuah buku yang ia dapat dari Ahlul Kitab. Umar membacakannya di hadapan Nabi SAW.
Seketika beliau marah seraya berkata, “Apakah engkau masih bimbang wahai Ibnul Khattab?! Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya. Aku telah datang kepada kalian dengan membawa syariat yang putih dan bersih. Jangan sampai kalian tanyakan sesuatu kepada mereka dimana ketika mereka mengabarkan yang benar, kalian dustakan atau yang batil tapi justru kalian benarkan. Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikan Musa hidup, pasti ia akan mengikutiku.”
Kondisi lain yang menjelaskan marah Rasul SAW adalah ketika ada sahabat yang memberikan pembelaan agar hukum Allah tidak ditegakkan. Hal ini diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa kabilah Quraisy sangat risau dengan posisi wanita mereka yang mencuri di masa Nabi SAW, tepatnya di perang al-Fatah.
Mereka bertanya, “Adakah orang yang bisa berbicara dengan Nabi SAW?” Menurut mereka yang berani untuk membicarakan hal itu kepada Rasul SAW, hanya Usamah ibn Zaid, orang yang sangat dicintai beliau. Maka, Usamah membawa wanita yang dimaksud kepada Rasulullah SAW. Usamah berbicara tentangnya.
Seketika wajah Rasulullah SAW berubah. Beliau bersabda, “Apakah engkau akan memberikan pembelaan terkait dengan salah satu hukum hudud yang telah Allah tetapkan?”
“Mintakan ampunan untukku wahai Rasulullah!” ujar Usamah.
Selanjutnya Rasulullah SAW bangkit berdiri. Beliau berkhutbah diawali dengan pujian untuk Allah yang memang layak untuk Dia sandang.
Kemudian beliau bersabda, “Amma ba’du, yang membuat binasa orang-orang sebelum kalian adalah bahwa ketika yang mencuri di antara mereka berasal dari keluarga mulia (ningrat), mereka membiarkannya. Namun jika yang mencuri dari kalangan lemah, mereka memberikan hukuman kepadanya. Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikan Fatimah binti Muhammad mencuri, tentu telah kupotong tangannya.” Kemudian beliau menyuruh untuk memotong tangan wanita tersebut.
Dari sini tampak dengan jelas apa yang dikatakan oleh Anas ra, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah memberikan hukuman untuk kepentingan dirinya. Beliau hanya memberikan hukuman saat ada larangan Allah yang dilanggar.
Apabila larangan atau kehormatan Allah dilanggar, beliau akan sangat marah. Kalau dua urusan diperlihatkan kepada beliau, tentu beliau akan memilih yang paling mudah di antara keduanya selama tidak mengandung murka Allah. Namun jika di dalamnya terdapat murka Allah, beliau orang yang paling jauh darinya.
Itulah tiga kondisi yang ada. Masih banyak lagi kondisi lain yang menerangkan bahwa Rasul SAW tidak marah untuk dirinya. Namun beliau marah untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk agama, dan karena cinta beliau kepada umat. Inilah yang dijelaskan oleh Ali ibn Abi Thalib.
Ia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dunia. Apabila beliau marah karena sebuah kebenaran, tidak ada yang tahu. Ketika marah itu datang beliau dapat menguasainya. Akhlak tersebut (Engkau berada di atas akhlak yang agung, QS al-Qalam: 4) beliau miliki karena beliau paham.
Beliau bersabda, “Tidak ada tegukan yang pahalanya di sisi Allah lebih besar daripada tegukan amarah yang ditahan oleh seseorang karena mencari ridha Allah.”
Diterjemahkan oleh: Ustadz Fauzi Bahreisy
Sumber : Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 325 – 6 Maret 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: redaksi.alimancenter@gmail.com
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!