Hadiri Maulid Nabi Muhammad SAW di Monas, Ini Kata Anies

JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menghadiri acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada 12 Rabiul Awal, tepatnya hari ini, Selasa (20/11/2018) di Silang Monas, Jakarta Pusat.
“Pagi ini terasa cerah sinar matahari terang menerangi kita semua tapi saya yakin hati kita sejuk tak sedikit pun merasakan panas, karena kita semua hadir di tempat ini oleh satu niat, menunjukkan rasa cinta kita pada Rasulullah,” ujarnya.
Tak lupa, dia mendoakan warga yang datang ke acara maulid nabi ini supaya bisa mencerminkan sifat yang dekat dengan Rasulullah.
Dalam kesempatan itu, Anies juga mengungkap rasa syukurnya, karena kawasan Monas kembali dijadikan sebagai tempat kegiatan mulia keagamaan yang dilaksanakan oleh Majelis Dzikir dan Pemuda, Majelis Rasulullah.
“Kita bersyukur bahwa tempat ini secara rutin diramaikan dijadikan tempat yang penuh berkah lewat Majelis yang mulia ini,” kata Anies di Silang Monas, Jakarta Pusat, Selasa (20/11/2018).
Anies juga turut berterima kasih kepada Majelis Rasulullah yang telah memilih Monas sebagai tempat mengumpulkan keberkahan bagi seluruh warga Jakarta dan sekitarnya hari ini.
“Izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada Majelis Rasulullah ini, karena telah menjadikan tempat ini tempat yang berkah. Ini keberkahan sendiri bagi kita semua warga Jakarta. Karena itu tiap Majelis Rasulullah menjalankan kegiatan kami menyambutnya dengan baik,” ujarnya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu juga menyanjung kedisiplinan yang selalu dijaga oleh anggota Majelis dari sisi kebersihan.
Sebab, Anies menilai setiap Majelis Rasulullah melangsungkan kegiatannya di Monas, mereka selalu membersihkannya kembali dan peduli terhadap sampah yang tersisa.
“Tapi Majelis Rasulullah menjadi contoh pengguna Monas yang baik dan dijadikan teladan. Tak pernah Majelis Rasulullah meninggalkan sisa, selalu bersih, kalau menggunakan Monas.” pungkasnya.
Tak lupa, dia mengajak warga yang datang ke acara maulid nabi ini supaya bisa mencerminkan sifat yang dekat dengan Rasulullah.
“Kita semua di sini penting bahwa bukan saja kita mengingat menunjukkan rasa cinta, tapi juga untuk mengukur seberapa dekat kita dengan sifat-sifat-Nya, sidiq, amanah, fatanah. Semoga kita semua termasuk golongan orang yang dekat sifat Rasulullah,” tutur Anies.
Ribuan umat muslim berdoa saat menghadiri Tabligh Akbar Majelis Rasulullah dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1440 H di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa, 20 November 2018.
 
Sumber : Tribunnews/Detik

Doa Setelah Witir yang Dicontohkan Nabi saw

Ada doa yang bisa kita panjatkan setelah shalat witir seperti dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bacaan Ketika Shalat Witir
Beliau biasa pada saat shalat witir membaca surat “Sabbihisma Robbikal a’laa” (surat Al A’laa), “Qul yaa ayyuhal kaafiruun” (surat Al Kafirun), dan “Qul huwallahu ahad” (surat Al Ikhlas)…
Bacaan Doa Pertama
…Kemudian setelah salam beliau mengucapkan,“Subhaanal malikil qudduus”, sebanyak tiga kali dan beliau mengeraskan suara pada bacaan ketiga.
(HR. Abu Daud no. 1430, An Nasai no. 1732 dan Ahmad 3: 406. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Bacaan Doa Kedua
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan di akhir witirnya,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allahumma inni a’udzu bika bi ridhooka, min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik”.
Artinya: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan kepada diri-Mu sendiri.
(HR. Abu Daud no. 1427, Tirmidzi no. 3566, An Nasai no. 1100 dan Ibnu Majah no. 1179. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Cara Baca “Subhaanal Malikil Qudduus”
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
فَإِذَا فَرَغَ قَالَ عِنْدَ فَرَاغِهِ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ يُطِيلُ فِي آخِرِهِنَّ
“Jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah selesai dari witirnya, beliau membaca ‘subhaanal malikil qudduus (sebanyak tiga kali)’, beliau memanjangkan di akhirnya.” (HR. An-Nasa’i no. 1700, Ibnu Majah no. 1182. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari Ibnu ‘Abdirrahman bin Abza, dari bapaknya, ia berkata,
وَكَانَ يَقُولُ إِذَا سَلَّمَ سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ثَلَاثًا وَيَرْفَعُ صَوْتَهُ بِالثَّالِثَةِ
“Jika mengucapkan salam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca, ‘Subhaanal malikil qudduus’ sebanyak tiga kali lalu beliau mengeraskan suaranya pada ucapan yang ketiga.” (HR. An-Nasa’i no. 1733 dan Ahmad 3: 406. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Cara membacanya:

  • Mengeraskan bacaan terakhir berbeda dengan bacaan “subhaanal malikil qudduus” di pertama dan kedua.
  • Memanjangkan bacaan “qudduus” dengan empat atau enam harakat.

Apakah Ada Tambahan “Rabbil Malaikati war Ruuh”?
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,

فَإِذَا سَلَّمَ قَالَ :« سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ يَمُدُّ بِهَا صَوْتَهُ فِى الآخِرَةِ يَقُولُ :« رَبِّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوحِ »

“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan salam, beliau mengucapkan, ‘Subhaanal malikil qudduus’ sebanyak tiga kali dan di suara ketiga, beliau memanjangkan suaranya. Lalu beliau mengucapkan, ‘Rabbil malaikati war ruuh.’ ” (HR. As-Sunan Al-Kubra Al-Baihaqi 3: 40 dan Sunan Ad-Daruquthni 4: 371. Tambahan ‘rabbil malaikati war ruuh’ adalah tambahan maqbulah yang diterima).
Tambahan ‘rabbil malaikati war ruuh’ adalah tambahan yang diterima. Sehingga doa setelah witir bisa pula dengan ‘subhaanal malikil quddus’ sebanyak 3 kali lalu bacaan terakhir dikeraskan atau dipanjangkan lalu ditambahkan dengan rabbil malaikati war ruuh.
Semoga bermanfaat. Hanya Allah yang memberi taufik.
 
Sumber: E-book Ringkasan Panduan Ramadhan Bekal Meraih Penuh Berkah, Penulis Muhammad Abduh Tuasikal

Nabi Isa as Menolak Menjadi Tuhan

Umat Islam begitu menghormati dan mempercayai Nabi Isa AS. Bahkan tidak menggambar wajah para Nabi utusan Allah swt. Tidak dikatakan utuh keislaman seseorang sebelum ia mengimani Nabi Isa as sebagai putra dari seorang wanita shalihah, Maryam binti Imran. Nabi Isa pun membantah akidah trinitas sebagaimana disebut dalam ayat Al Qur’an,
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ
“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?
Isa menjawab: “Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib.”  (QS. Al Maidah: 116)
Akidah mereka yang dibuat-buat adalah akidah trinitas, di  mana meyakini dalam diri Isa adalah putera, ruh kudus dan Tuhan. Jadi tiga zat sekaligus ada dalam satu jiwa.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Ajaran trinitas pada Nashrani adalah ajaran  yang tidak pernah diajarkan dalam kitab yang Allah turunkan, tidak disebutkan dalam kitab injil atau kitab lainnya. Bahkan yang ada adalah kontradiksi dengan ajaran tersebut. Juga jika dipandang, keyakinan trinitas tidak masuk akal. Bahkan sangat bertentangan dengan akal sehat. Begitu pula perkataan para Nabi bertentangan dengan hal itu, juga benar-benar bertentangan dengan syari’at agama mereka. Jadi ajaran tersebut adalah ajaran bid’ah yang dibuat oleh orang Nashrani, bahkan Nabi Isa –‘alaihis salam– pun tidak mengatakannya.” (Al Jawabush Shohih liman Baddala Dinil Masih, 1: 28).
Keyakinan Nashrani yang salah tersebut nampak jelas pada firman Allah Ta’ala,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. ” (QS. Al Maidah: 73).
Sesama sebagai nabi utusan Allah, nabi Muhammad mengatakan bahwa agama para Nabi yang satu yaitu Islam
Dari Abu Hurairah, nabi Muhammad bersabda,
أَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ، وَالأَنْبِيَاءُ إِخْوَةٌ لِعَلاَّتٍ ، أُمَّهَاتُهُمْ شَتَّى ، وَدِينُهُمْ وَاحِدٌ
“Aku adalah orang yang paling dekat dan paling mencintai Isa bin Maryam di dunia maupun di akhirat. Para nabi itu adalah saudara seayah walau ibu mereka berlainan, dan agama mereka adalah satu.” (HR. Bukhari no. 3443 dan Muslim no. 2365)
 
Diolah dari : Rumasyo

Termakna Romantis

Romantis adalah ketika Nabi saw dan Aisyah menonton tarian Habasyah berdua, angkat istri dalam pelukan, pipi menempel pipi.
Romantis adalah ketika Ali yang dimarahi Fatimah, terkunci tak bisa masuk kerumah saat pulang. Lalu tidur diserambi masjid berlumur debu.
Romantis adalah saat suami bangunkan istri, istri bangunkan suami. Saling cipratkan air wudhu lalu mencium dengan senyum. Yuk, shalat tahajud.
Romantis adalah ketika semua bertakbir mendengar surah An Nashr, namun Abu Bakar menangis takut kehilangan sang Nabi usai tugasnya.
Romantis adalah ketika Ibrahim alaihissalam bergembira atas kelahiran anaknya yang dinantikan puluhan tahun. Lalu Tuhan berseru, “Tinggalkan ia dan ibunya dipadang sahara.”
Romantis adalah ketika saat Ibrahim tak mampu jawab istrinya, mengapa mereka ditinggalkan. Lalu sang istri berkata, “Jika ini adalah perintah Allah, maka sungguh Ia takkan menyia-nyiakam kami.”
Romantis adalah saat harta, tahta, dan isi kerajaan Persia dihamparkan dihadapannya, Umar bin Khattab menangis, “Jika ini baik, mengapa tak terjadi dimasa Nabi dan Abu Bakr?”
Romantis adalah ketika Ustman bin Affan dikabarkan masuk surga, disertai bencana dan tumpah darahnya. Lalu dia berkata, “Alhamdulillah, tsumma tawakaltu.”
Romantis adalah saat satu persatu harta Nabi Ayyub ‘alayhissalam binasa, anak-anaknya mati, dan dirinya dilanda sakit yang merontokkan badan. Doa Ayyub, “Sisakan hatiku untuk mengingatMu.”
Romantis adalah saat Musa ‘alayhissalam memberi minum kambing-kambing dua gadis penggembala, lalu salah satunya menyebutmu pada ayahnya sebagai orang yang kuat dan terpercaya.
Romantis adalah saat Nabi Zakaria ‘alayhissalam menunggu karunia keturunan hingga uban, keriput dan uzur serta istrinya mandul. Akan tetapi dia hamil dengan kehendak-Nya.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media

Kegiatan Sang Nabi

Nabi Muhammad saw mengerjakan sendiri apa yang beliau bisa di urusan rumah tangga : menambal baju sobek, menjahit sandal rusak, dan seterusnya. Nabi sangat suka bersiwak bersih gigi ketika akan shalat, hendak baca Qur’an, menemui tamu, sahabat dan istrinya.
Sang Nabi suka olahraga lari. Kadang bersama istri. Kadang dengan anak-anak kecil, beliau lombakan siapa duluan yang menangkap dirinya.
Nabi tidak pernah mencela makanan, apakah ini enak atau tidak enak. Jika menyukainya beliau memakannya penuh syukur, jika tidak suka beliau cukup diam tanpa komentar.
Sang Nabi tak suka di istimewakan. Jika dalam perjalanan, beliau selalu ingin berbagi peran dan mencari peluang kontribusi seperti menyiapkan api.
Kata Anas, “Tak pernah kulihat Nabi marah atau membalas perilaku buruk atas pribadi beliau. Beliau hanya marah jika Allah dihinakan.”
Tidur sang Nabi tak pernah tengkurap. Jika miring berbantal telapak dan kakinya disilang. Jika terlentang kaki kanan diletakkan diatas kiri.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media

X