0878 8077 4762 [email protected]

Alasan Mengejutkan Ketua Persekutuan Gereja Mau Hadiri Milad FPI

Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI)  Pendeta S Supit memiliki alasan yang menarik mengapa mau menghadiri Milad Front Pembela Islam (FPI), karena selama ini ia berhubungan baik dengan FPI termasuk dengan Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab. Bahkan ia sangat kenal baik Rizieq dan sering berdiskusi.
Habib Rizieq, kata dia, dalam diskusi elalu mengedepankan melawan nilai-nilai kemungkaran atau pun hal-hal yang menjatuhkan kemanusiaan.
Kesan keras yang ada pada Rizieq tidak seperti apa yang dibayangkan banyak orang. “Di luar memang (Rizieq) ada terkesan keras, tetapi kalau saya lihat, saya kenal, ternyata tidak seperti yang diduga itu,” kata Supit di Jakarta Utara, Sabtu, (19/08/2017).
Hubungan antara umat Kristen dengan FPI dan Rizieq, kata dia, sangat baik. Dirinya sering berdiskusi membahas soal kebangsaan dan toleransi.
“Jadi kami tidak ada sekat sama sekali, hubungan kami dengan FPI sangat baik,” tambahnya usai menghadiri milad FPI di Stadion Muara Kamal, Penjaringan.
Supit menceritakan kisah 13 tahun lalu saat umat Kristen melaksanakan paskah nasional pertama kali di Monas, Jakarta.
“Kami melakukan silaturahim kepada Habib Rizieq, beberapa pendeta juga melakukan dialog dengan Habib. Saya bisa akrab bisa berbicara dengan Habib karena mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan,” kata dia seperti dilansir Okezone.
Secara akidah dan iman, kata dia, FPI dan umat Kristen memang berbeda. Tetapi dari hakikat sebagai manusia, semuanya saling menghargai. Habib Rizieq menerima baik pandangan tersebut dan PGI.
 
Sumber : OkeZone

Domingus Roudolsifa, Anak Pendeta Terkenal Asal Timor Leste Masuk Islam

Salah seorang anak pendeta asal Timor Leste bernama Domingus Roudolsifa mendapat hidayah memeluk agama Islam Islam, keputusan memilih Islam karena tertarik dengan akhlak mulia dan sifat dermawan salah seorang Ustadz bernama Ustadz Syamsul Arifin Nababan.
Domingus menceritakan sebelum memutuskan menjadi seorang Muslim, dia bekerja menjadi pekerja proyek di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Suatu ketika dia bertemu dengan seorang ustadz yang sikapnya baik dan santun. Ustadz itu juga dermawan, tak cuma ke sesama muslim tapi juga kepada nonmuslim.
Akhlak mulia sang Ustadz membuat Domingus sangat kagum dengan ustadz tersebut. Cara bicara dan memperlakukan manusia lainnya begitu baik, sedangkan selama ini dia berkelakukan buruk.
Sampai suatu ketika, dirinya melihat ada dua orang masuk Islam dan mengucapkan dua kalimat syahadat.
“Di situ saya menangis mendengar kalimat dua kalimat syahadat. Dalam pikiran saya apa makna dari syahadat,” ujar Domingus di pondok pesantren Mualaf An Naba center ahad(30/7/2017).
Dia terus kepikiran akhlak mulia sang ustadz dan ingin mempelajari keindahan akhlak Islam. Kemudian Domingus bercerita kepada mandornya soal keinginannya tersebut.
Mandornya lalu menanyakan kesungguhannya. Dia meyakinkan mandornya bahwa bersungguh-sungguh ingin menjadi mualaf.
Sang mandorpun menyarankan agar keputusan itu diungkapkan kepada kedua orangtuanya. Tak menunggu waktu lama dia pulang ke kampung halaman dan menyampaikan keinginannya.
Orangtuanya sangat kaget. Terlebih lagi ibunya merupakan seorang pendeta besar yang disegani di kampung halamannya.
“Alhamdulillah meski kaget namun mereka menyetujui,” ucap pemuda 20 tahun itu.
Tapi dia tidak langsung mengucapkan dua kalimat syahadat. Mandornya yang masih belum yakin atas keinginannya menanyakan langsung kepada kedua orangtua Domingus.
Kedua orangtuanya mengiyakan bahwa mereka setuju jika anaknya pindah agama tanpa ada paksaan pihak manapun.

Kisah Hikmah: Riba dan Pendeta

Oleh: Danu Wijaya
 
Suatu ketika seorang profesor yang bergelut dibidang perbankan syariah diundang mnghadiri acara di sebuah gereja di Yogyakarta. Dalam kesempatan itu, sang Profesor disuruh menjelaskan tentang bank syariah. Sebab dalam pandangan Kristen, nasabah bank syariah jika telat bayar akan dipotong tangan, dirajam, dicambuk atau di qishash lain.
Profesor inipun menjelaskan dengan hati-hati. Karena untuk menghormati jamaat Kristiani, sang pendeta disuruh oleh sang Profesor membacakan ayat Al Kitab tentang riba yaitu
di Ulangan 23:19 berbunyi “Jangan memungut bunga dari seorang saudara sebangsa”.
Yehezkiel 18:8 “Tidak memungut bunga uang atau mengambil riba, menjauhkan diri dari kecurangan, melakukan hukum yang benar di antara manusia dengan manusia..”
Keluaran 22:25 ” Jika engkau meminjamkan uang kepada salah seorang dari umat-Ku, orang yang miskin di antaramu, maka janganlah engkau berlaku sebagai seorang penagih hutang terhadap dia: janganlah kamu bebankan bunga uang kepadanya”.
Imamat 25:36 “Janganlah engkau mengambil bunga uang atau riba dari padanya, melainkan engkau harus takut akan Allahmu, supaya saudaramu dapat hidup di antaramu.”
Mazmur 15:5 “Yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah”.
dan masih banyak rujukan masalah riba yang dilarang dalam ayat-ayat Al Kitab.
Mengetahui hal tersebut, semua jamaah terdiam hening takjub. Bapak pendetapun turut memujinya seraya berkata, kita telah diingatkan oleh salah satu undangan kita akan keingkaran terhadap ajaran Kristen itu sendiri tentang riba.
Besoknya bapak Pendeta menelpon Profesor perbankan syariah tersebut, dengan mengatakan bahwa dia telah menutup rekening gereja di bank konvensional, dan telah dipindahkan semua ke rekening bank syariah semua. Luar biasa…
*dirangkum dari cerita yang disampaikan Prof. Dr. Veithzal Rivai Zainal, MBA, CRGP
(dosen Pasca Sarjana Kampus Indonesia Banking School, Kemang, Jakarta)