Ringkasan Taklim : Mencari Husnul Khatimah

Rangkuman Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Mencari Husnul Khatimah
Ahad, 6 September 2015
Pkl. 18.00-19.30
di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Alwi Alatas, M.A
 
Hidup hanya sementara
Nabi Nuh mengatakan : “Hidup bagaikan masuk ke dalam rumah, masuk dari satu pintu dan keluar dari pintu yang lain”
Jangan terlalu kagum dengan dunia, karena tidak akan di bawa ketika mati, yang di bawa hanyalah amal
Kematian adalah saat yang paling menyakitkan
Kata hikmah : “kalau kalian tahu seperti apa kematian, maka kalian tidak akan menangisi orang yang mati, tetapi kalian akan menangisi diri kalian sendiri”
Kita tidak tahu kapan dan bagaimana kita akan mati, oleh karena itu kita harus selalu mempersiapkan diri
Diantara bentuk ikhtiar agar bisa Husnul Khatimah adalah :

  1. Sering-sering mengingat kematian
  2. Banyak berdo’a agar dimatikan dalam keadaan husnul khatimah
  3. Memperbaharui iman dan tauhid setiap hari
  4. Menjauhi maksiat dan perbanyak istighfar
  5. Perbanyak amal sholeh dan berusaha istiqomah
  6. Selalu menjaga wudhu’
  7. Selalu membasahi lisan dengan zikir
  8. Memupuk keinginan untuk mati syahid
  9. Tumbuhkan rasa cinta kepada Allah
  10. Cintai Nabi (pelihara sunnah dan banyak shalawat)
  11. Senantiasa membersihkan hati

***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Prinsip Islam Moderat : Persatuan Umat Islam

Oleh : Persatuan Ulama Islam Sedunia (Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin)
 
Perbedaan merupakan rahmat Allah swt terhadap manusia. Seandainya syariat hanya berupa satu pandangan tentu akan menyulitkan umat. Perbedaan menjadi khazanah kekayaan pemahaman dan kelapangan bagi umat. Keragaman pandangan membuka ruang untuk memilih dalil yang paling kuat, jalan yang paling tepat, serta yang paling sesuai untuk mewujudkan sejumlah tujuan syariat dan kemashlahatan makhluk. Kita telah melihat bagaimana umat demikian lapang menerima berbagai mazhab dan pandangan.
Perbedaan yang ada mengarah kepada kekayaan dan variasi, bukan perbedaan yang mengarah kepada konflik dan pertentangan. Kita semua juga harus komitmen dengan etika berbeda pendapat dan mengetahui fiqih ikhtilaf atau yang dikenal fiqih i’tilaf (fiqih persatuan). Maksudnya pandangan boleh berbeda, tetapi hati kita tidak boleh berbeda.
Dalam menghadapi berbagai persoalan umat yang besar ini kita harus berdiri dalam satu barisan seperti satu bangunan yang kokoh saling menguatkan. Kita tidak boleh memberikan celah untuk musuh yang sedang menunggu kesempatan guna mencerai beraikan persatuan dan memecah belah kita. Terutama dalam kurun waktu yang sulit ini dimana umat dihadapkan pada makar yang paling hebat dan agamanya sedang dihadapkan pada bahaya.
Persatuan umat harus diawali diantara para ulama yang memimpin umat lewat hukum-hukum syariat diatas landasan. Yang kita tuju adalah adanya dialog yang konstruktif yang bertujuan memperlihatkan kebenaran dan membuka pintu kerjasama dalam kebaikan. Dialog tersebut pertama-tama harus terwujud diantara para ulama dan pemikir dalam suasana persaudaraan serta dibawah kerangka ilmiah dan sikap objektif, jauh dari lontaran pemikiran yang membabi buta.
Selanjutnya kita meyakini bahwa hubungan antara muslim dan saudara sesama muslim berdasarkan prasangka yang baik serta mengantarkan menuju kebaikan. Seorang muslim tidak boleh memposisikan saudaranya sebagai orang yang berdosa, fasik, dan ahli bid’ah kecuali dengan dalil qath’i. Dan hal terburuk adalah mengkafirkan tanpa hujjah dan bukti yang jelas.
Hadist-hadist shahih yang demikian banyak mengingatkan kita untuk tidak mengkafirkan antar kaum muslimin. Hal ini tak boleh dipandang remeh agar setiap kelompok tidak mudah mengkafirkan orang-orang yang berbeda pandangan dengannya. Nabi saw bersabda,
Siapa yang menyebut seseorang sebagai kafir atau mengatakan, “Musuh Allah!” padahal tidak demikian, maka kondisi tersebut kembali kepadanya.” (H.R. Muslim dan Ahmad dari Abu Dzarr al Ghifari ra.)
Jika seseorang berkata kepada saudaranya, Wahai orang kafir!” maka kekafiran melekat pada salah satu dari keduanya jika ia memang seperti yang dikatakan. Namun, jika tidak ia kembali kepada yang mengucapkannya.” (H.R. Bukhari dan Muslim dari Ibn Umar)
Sikap mengkafirkan adalah dosa agama, kesalahan ilmiah, dan sebuah kejahatan sosial. Sebab ia memicu perpecahan umat dan bisa memicu munculnya kondisi yang diperingatkan oleh Rasulullah saw.,
Janganlah sesudah kepergianku kalian kembali saling membunuh.”
Meskipun tindakan mengkafirkan diperbolehkan jika disertai dengan bukti-bukti nyata, namun ia harus ditujukan kepada jenis perbuatannya bukan kepada orangnya. Misalnya dengan berkata, “Siapa yang mengucapkan ini dan itu berarti ia telah kafir. Siapa yang berbuat demikian berarti ia kafir. Siapa yang mengingkari ini berarti ia kafir.” Jadi tidak boleh menyebutkan orangnya dengan berkata, “Fulan kafir”, kecuali setelah adanya interogasi, penelitian, dan pemeriksaan tanpa disertai keraguan sedikitpun. Ini hanya dapat dilakukan oleh peradilan.
Amal yang paling utama disisi Allah adalah berusaha merekatkan kaum muslimin, memperbaiki hubungan diantara mereka, menghilangkan sebab-sebab perpecahan diantara kelompok dan golongan mereka.
Orang-orang beriman itu bersaudara. Karena itu perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.” (Q.S. Al Hujurat : 10)
Dengan melihat kepada kesamaan akidah, syariat dan tujuan mereka dikumpulkan oleh persaudaraan atas landasan iman, maka Islam memberikan kepada persaudaraan ini sejumlah hak yang tetap dalam hal pembelaan solidaritas dan perlindungan.
Muslim yang satu saudara bagi muslim yang lain. Ia tidak boleh menzaliminya dan membiarkannya dizalimi.”
Kaum muslimin adalah bersaudara. Mereka disatukan oleh akidah yang sama, kiblat yang sama, iman kepada kitab yang sama, rasul yang sama, dan syariat yang sama. Mereka harus menghilangkan seluruh faktor yang bisa memecah belah kesatuan mereka. Entah itu berupa sikap fanatisme ras dan teritorial, sikap mengekor, sikap mengikuti hawa nafsu, dan egoisme yang menginjak-injak kepentingan umat dan bahkan menampakkan loyalitas kepada musuh umat Islam.
Sesungguhnya umat ini adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhanmu. Maka sembahlah Aku” (Q.S. Al Anbiya : 92)
Mereka harus merelaisasikan solidaritas Islam dari sebatas wacana kepada amal yang nyata. Mereka harus saling mendukung secara politis diberbagai blok dunia. Umat Islam layak menjadi sebuah blok terbesar jika mereka mau merespon seruan Tuhan.
Berpegang teguhlah kalian semua kepada tali Allah dan jangan berpecah belah” (Q.S. Ali Imran : 103)
Kaum muslimin harus bahu membahu untuk membebaskan negeri Islam dari para perampasnya sesuai dengan orientasi untuk meraih kemashlahatan Islam yang paling tinggi, serta kebutuhan dan tuntutan dibidang militer, ekonomi,dan kemanusiaan. Aktivitas mereka dalam hal ini merupakan jihad yang paling utama dalam Islam. Siapa yang tidak mampu seorang diri melawan agresor dan memerdekakan negerinya, maka seluruh kaum muslimin berkewajiban menolongnya semampu mungkin.
Janganlah kalian saling bertikai! Jika demikian kalian pasti gagal dan kehilangan kekuatan” Q.S. Al Anfal : 46
Palestina khususnya menjadi tempat jihad kaum muslimin pada saat ini. Ia adalah tanah air kenabian, tempat Isra Mi’raj Nabi saw, serta negeri tempat Masjidil Aqsa. Ia adalah persoalan setiap muslim. Karena itu, seluruh umat Islam harus membantu apa yang dibutuhkan oleh penduduknya agar negeri mereka yang terampas bisa merdeka, agar rakyatnya bisa mendapatkan haknya kembali, serta agar mereka bisa menegakkan negara yang merdeka ditanah airnya.
Referensi: 25 Prinsip Islam Moderat
Penyusun: Al Ittihad al Alamiy li Ulama al Muslimin (Persatuan Ulama Islam Sedunia)
Penerbit: Sharia Consulting Center (Pusat Konsultasi Syariah)

Ringkasan Taklim: Baiat Para Wanita

Ringkasan Tadabbur Al-Qur’an Surat Al Mumtahanah Ayat 12-13
Baiat Para Wanita
Ahad, 14 Februari 2016
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan
Bersama:
Ust. Fauzi Bahreisy
 
Surat Al Mumtahanah Ayat 12
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلا يَسْرِقْنَ وَلا يَزْنِينَ وَلا يَقْتُلْنَ أَوْلادَهُنَّ وَلا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٢)
Artinya: “Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan mukmin datang kepadamu untuk mengadakan bai’at (janji setia), bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dosa yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Surat Al Mumtahanah Ayat 13
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَتَوَلَّوْا قَوْمًا غَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ قَدْ يَئِسُوا مِنَ الآخِرَةِ كَمَا يَئِسَ الْكُفَّارُ مِنْ أَصْحَابِ الْقُبُورِ (١٣)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu jadikan orang-orang yang dimurkai Allah sebagai penolongmu, sungguh, mereka telah putus asa terhadap akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur juga berputus asa.”
Tadabbur Ayat 12-13
1. Ayat ini dimulai dengan panggilan penghormatan atas kedudukan dan kemuliaan Nabi Muhammad SAW.
2. Nabi-nabi yang lain dipanggil langsung dengan namanya. Hal ini mengisyaratkan kepada kita untuk selalu memuliakan Rasulullah SAW dengan adab/akhlak yang baik.
3. Kaum wanita yang datang kepada Nabi untuk berbai’at, menandakan bahwa beliau adalah pemimpin yang dekat dengan rakyat, baik laki/perempuan.
4. Islam mengangkat dan memuliakan kedudukan kaum wanita, salah satunya ada surat khusus tentang wanita namanya “An Nisaa” dalam Al-Qur’an.
5. Pada zaman Rasul pernah beberapa kali wanita datang kepada Rasul, diantaranya tentang “protes” mereka atas kelebihan kaum lelaki. Lalu Rasul mencerahkan dengan kalimat “Bakti kalian kepada suami adalah bagian dari jihad”.
6. Isi baiat para wanita kepada Rasulullah yaitu:
– Tidak berbuat syirik
– Tidak mencuri
– Tidak berzina
– Tidak membunuh anak
– Tidak dusta
– Tidak membangkang
7. Ayat terakhir menerangkan agar kita memiliki loyalitas kepada Allah, Nabi, dan orang-orang beriman.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Berdakwah dengan Akhlak

Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
 
Berdakwah dengan Akhlak
Ahad, 7 Februari 2016
Pukul 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan
Bersama:
Habib DR. Salim Segaf Al Jufri, MA.
 
Mukmin yang punya akhlaq yang mulia akan dekat kedudukannya dengan Nabi Muhammad  صلى الله عليه وسلم :
إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat kelak adalah orang yang terbaik akhlaqnya” (HR. Tirmidzi)
Seorang mukmin harus berakhlaq mulia kepada Allah, Rasulullah, kedua orang tua, mukmin dan manusia pada umumnya.
1. Akhlaq kepada Allah
Bersyukur kepada Allah
Allah telah memberikan banyak nikmat yg tak terhitung jumlahnya.
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)“. (QS. Ibrahim:34)
Maka orang yang mudah mengeluh rezeki sempit, hidup sulit, berarti dia tidak bersyukur kepada Allah, berarti pula dia tidak berakhlaq kepada Allah. Padahal jika diberikan padanya uang milyaran, tapi matanya diambil misalnya, maka ia pun tiak akan mau.
Jika kita bersyukur kepada Allah, maka kita akan mudah menjalankan perintahNya. Seandainya balasan setiap ibadah misalnya shalat diberikan balasannya dalam nominal uang yang besar pastilah semua manusia siap melakukannya. Padahal yang sudah Allah berikan kepada manusia itu tak ternilai, dan Allah memberikan balasan dari setiap ibadah yang kita lakukan lebih baik dari dunia dan seisinya.
Pesan Lukman kepada anaknya: “Wahai anakku jangan sampai ayam jantan lebih cerdas darimu, ia berkokok di akhir malam sementara engkau tidur pulas”.
2. Berdakwah di jalanNya.
Setiap muslim adalah da’i bukan hakim. Tugas kita adalah mengajak manusia ke jalan Allah. Bukan menghakimi, mengadili atau menvonis manusia.
Allah tidak membutuhkan ibadah kita, dakwah kita, jihad kita, infaq kita. Allah menyampaikan perintah-perintahNya kepada kita karena sayang kepada kita agar kita beruntung. Jika kita tidak mau melakukan perintah Allah, maka Allah akan menggantikan kita dengan kaum lain yang mau melakukannya.
Jika burung Hud-hud saja yang tidak terkena beban dakwah, dia sangat semangat sampai terbang ribuan mil membantu Nabi Sulaiman dalam berdakwah, bagaimana dengan kita manusia.
Semangat yang luar biasa dengan disertai akhlaq mulia yang bisa menyebabkan risalah Islam ini tersebar.
Islam tidak mengajarkan teori, tapi praktek atau amal. Rasulullah tidak pernah bertanya apa keutamaan suatu amalan, tapi to the point, siapa yang hari ini melakukan kebaikan-kebaikan.
Berdakwah tidak harus dengan ceramah, tetapi bisa dengan apa saja yang kita miliki untuk membantu orang lain mengajak kebaikan, atau menjadi penghubung bagi orang-orang yang membutuhkan bantuan.
Hidup ini tentang berbagi. Jangan menjadi pribadi yang egois. Berbagilah dengan apa yang kita miliki. Berbagilah dengan kebahagiaan, kita akan semakin bahagia. Berbagilah dengan ilmu kita akan semakin mendapatkan ilmu. Berbagilah dengan senyum, berbagilah apapun yang kita miliki.
3. Akhlaq kepada orangtua
وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
Perlakukanlah kedua orang tua di dunia dengan baik..” (QS. Luqman: 15)
Seorang muslim harus berakhlaq mulia kepada kedua orang tua sekalipun orang tua non muslim. Terlebih ketika mereka sudah tua renta semakin butuh perhatian anaknya.
Berbakti kepada orang tua adalah kunci sukses bagi anak, dunia dan akhirat. Sebaliknya, durhaka kepada orang tua celaka dunia dan akhirat, bahkan akan disegerakan adzabnya di dunia.
Memilih jodoh harus dengan ridho orang tua sehingga pasangan kita nantinya tidak menjadi penghalang kita untuk berbuat baik kepada orang tua kita.
رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ، ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الكِبَرِ، أَحَدُ هُمَا أَوكِلَيْهِمَا، فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ
Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk syurga” [HR. Muslim]
قَالَ ابْن عَبَّاس رَضِي الله عَنْهُمَا ثَلَاث آيَات نزلت مقرونة بِثَلَاث لَا تقبل مِنْهَا وَاحِدَة بِغَيْر قرينتها أَي
(إِحْدَاهمَا) قَول الله تَعَالَى {أطِيعُوا الله وَأَطيعُوا الرَّسُول} فَمن أطَاع الله وَلم يطع الرَّسُول لم يقبل مِنْهُ
(الثَّانِيَة) قَول الله تَعَالَى {وَأقِيمُوا الصَّلَاة وَآتوا الزَّكَاة} فَمن صلى وَلم يزك لم يقبل مِنْهُ
(الثَّالِثَة) قَول الله تَعَالَى {إِن اشكر لي ولوالديك} فَمن شكر الله وَلم يشْكر لوَالِديهِ لم يقبل مِنْهُ وَلذَا قَالَ النَّبِي صلى الله عَلَيْهِ وَسلم رضى الله فِي رضى الْوَالِدين وَسخط الله فِي سخط الْوَالِدين
Berkata Ibnu Abbas ra ada 3 ayat yang memuat perintah bergandengan (merupakan 1 paket). Tidak diterima jika salah satunya tidak dilaksanakan:
1. {أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ} [النساء: 59]
Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasulullah“.
Barangsiapa siapa yang menta’ati Allah tapi tidak menta’ati Rasul maka ia tidak diterima keta’atannya.
2.  {وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ} [البقرة: 43
Tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat“.
Barangsiapa siapa yang shalat tapi tidak menunaikan zakat maka tidak diterima shalatnya.
3.  {اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ} [لقمان: 14]
Bersyukurlah kepada Allah dan bersyukurlah (berterima kasihlah) kepada kedua orang tua“.
Barangsiapa yang bersyukur kepada Allah tapi tidak bersyukur / berterima kasih kepada orang tua maka itu pun juga tidak diterima, karena Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda “Keridhaan Allah tergantung keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah tergantung pada kemurkaan kedua orang tua.”
وَ اللهُ أَعْلَمُ بِالصَّواب
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : 4 Wasiat Rasulullah SAW

Ringkasan Kajian Hadits Majelis Ta’lim Al Iman
4 Wasiat Rasulullah SAW
Ahad, 17 Januari 2016
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Ta’lim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66 Jakarta Selatan
Bersama:
Ust. Fahmi Bahreisy, Lc
 
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي يُوسُف عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سلام رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَم، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَام، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَام، تَدْخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلَام
(رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ)
Dari Abu Yusuf, Abdullah bin Salam r.a. ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, jalin tali silaturrahim, dan shalatlah di malam hari, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmidzi).
4 wasiat Rasulullah yang terkandung dalam hadits diatas adalah:
1. Menyebarkan Salam
Ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan menyebarkan salam yaitu mengucapkan kalimat “Assalamu’alaikum.…” kepada sesama muslim.
Hukum memberi salam adalah sunnah sedangkan menjawab salam hukumnya wajib.
Dalam kaidah fikih disebutkan “pahala amalan wajib lebih besar dibandingkan dengan pahala amalan sunnah”. Namun kaidah ini tidak berlaku dalam memberi salam, meskipun memberi salam hukumnya sunnah namun, lebih besar pahalanya daripada yang menjawabnya yang hukumnya wajib.
Salam yang diajarkan oleh Rasulullah menggunakan kata isim (kata benda) yaitu “assalamu” bukan fi’il (kata kerja) “sallama” maka dalam tata bahasa arab apabila diawali dengan isim maka hal itu menunjukkan sesuatu yang tetap (as-tsubut). Oleh karena itu salam adalah sebuah doa agar keselamatan selalu ditetapkan kepada orang yang diberi salam.
Mengucapkan “assalamu’alaikum” mendapat 10 pahala, sedangkan  “assalamu’alaikum warahmatullah” mendapat 20 pahala. Adapun “assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” mendapat 30 pahala. Semakin sempurna salam yang kita ucapkan semakin besar pula pahala yang kita dapatkan.
Adab dalam memberi salam yaitu : orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk, yang muda memberi salam kepada yang tua, kerumunan orang yang sedikit memberi salam kepada kerumunan orang yang banyak.
2. Memberi Makan
Dalam hadits diatas Rasulullah menyebutkan kata-kata “wa-ath’imutha’am” yang bermakna memberi makan, hal ini karena makanan merupakan salah satu hal yang urgen bagi manusia.
Ulama bersepakat tidak hanya terbatas memberi makanan namun bisa sesuatu yang lain seperti uang, pakaian dan lain-lain.
Seorang wanita Yahudi yang buta yang selalu menghina Rasulullah SAW  selalu diberikan dan disuapkan makanan oleh Rasulullah, sampai akhinya wanita tersebut memeluk agama Islam karena ketulusan Rasulullah tersebut.
3. Menyambung Tali Silaturrahim
Menyambung tali silaturrahim dengan sesama merupakan salah satu amal ibadah yang bernilai besar dihadapan Allah SWT, begitu juga sebaliknya, memutuskan tali silaturrahim adalah termasuk dosa besar.
4. Shalat Malam
Merupakan salah satu ibadah yang dapat melunakkan hati.
Apabila kita melakukan empat wasiat ini maka sebagaimana janji Rasul diakhir hadits adalah kita akan masuk surga dengan selamat atau “bissalam“. Para ulama mengartikan kata “bissalam” ini  yaitu masuk surga tanpa hisab & tidak singgah di neraka. Wallahua’lam.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

X