0878 8077 4762 [email protected]
Jokowi Kunjungi Langsung Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Jokowi Kunjungi Langsung Pengungsi Rohingya di Bangladesh

Presiden Joko Widodo di sela kunjungan kerjanya ke Bangladesh menyempatkan diri untuk mengunjungi pengungsi etnis Rohingya dari wilayah Rakhine Myanmar yang mengungsi di kamp pengungsian Jamtoli di Cox’s Bazar, Bangladesh, Minggu (28/1/2018).
Jokowi sempat berinteraksi dengan para pengungsi sambil memberikan bantuan dari pemerintah Indonesia. Jokowi memastikan,bantuan kemanusiaan untuk pengungsi Rohingya di Bangladesh dari Indonesia, akan terus datang.
“Bantuan kemanusiaan ini akan kita berikan secara berkesinambungan. Dan saya juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak. Pemerintah Indonesia termasuk masyarakat, LSM kemanusiaan, yang bersama-sama Pemerintah bahu membahu memberikan bantuan kemanusiaaan baik di Myanmar maupun di Bangladesh,” kata Jokowi.
Dalam kunjungan itu, Jokowi melihat langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para relawan kemanusiaan Indonesia, baik dari pemerintah maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
054248200_1517196638-Jokowi-Pengungsi-Rohingya-6
Jokowi meninjau Indonesia Humanitarian Alliance (IHA)-The Dreamers Medical Camps, yang merupakan salah satu fasilitas kesehatan hasil kerja sama pemerintah, LSM, organisasi, dan masyarakat Indonesia.
Beberapa klinik pengobatan, dan pompa air sumbangan asal Indonesia yang berada di fasilitas kesehatan juga ditinjau oleh Jokowi.
“Sejak awal masalah pengungsi ini muncul, Pemerintah dan masyarakat Indonesia bersama-sama membantu para pengungsi di Cox’s Bazar ini. Dan kita, Indonesia mengapresiasi upaya yang dilakukan Pemerintah Bangladesh dalam membantu masalah pengungsi. Dan sejak awal Pemerintah kita selalu berkoordinasi mengenai kebutuhan di lapangan,” kata Jokowi.
Jumlah pengungsi etnis Rohingya dari wilayah Rakhine Myanmar yang ada di kamp pengungsian Jamtoli di Cox’s Bazar Bangladesh telah mencapai lebih dari 1 juta orang.
Pemerintah dan masyarakat Indonesia dalam waktu dekat berencana akan membangun Rumah Sakit. Saat ini Mobil ambulan dan tenaga medis sudah ada di lokasi pengungsian. Termasuk diantaranya dokter spesialis penanganan gangguan trauma atau kejiwaan.
Kedatangan Jokowi di ke kamp pengungsi Jamtoli di Cox’s Bazar, Bangladesh juga disambut Kepala Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Bambang Sudibyo, Direktur Tanggap Darurat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Junjungan Tambunan, dan Koordinator Indonesian Humanitarian Alliance (IHA) Corona Rintawa.
 
Sumber : VOA Indonesia

Kota Oxford Cabut Gelar Kehormatan Aung San Suu Kyi

Kota Oxford di Inggris memutuskan gelar kehormatan untuk Aung San Suu Kyi dicabut, karena dianggap tak berbuat banyak untuk mengatasi krisis Rohingya di Rakhine.
Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar, menerima gelar kehormatan Freedom of Oxford pada 1997 sebagai penghargaan atas ‘perjuangannya yang tak kenal lelah untuk menegakkan demokrasi’.
Namun mosi yang didukung oleh Dewan Kota Oxford menilai bahwa ia tidak layak lagi menyandang gelar kehormatan tersebut.
Pejabat di Kota Oxford, Bob Price, mengatakan bukti-bukti yang disampaikan PBB membuat Aung San Suu Kyi tak lagi berhak menerima gelar Freedom of Oxford, penghargaan yang sebelumnya diberikan atas perjuangannya menegakkan demokrasi.
Gelar ini secara resmi akan dicabut bulan November, namun para anggota dewan kota menegaskan bahwa keputusan pencabutan gelar bisa dibatalkan jika Aung San Suu Kyi melakukan tindakan untuk mengatasi krisis kemanusiaan di Rakhine.
Oxford memiliki kedekatan dengan Aung San Suu Kyi karena di kota ini ia mengambil jurusan filsafat, politik dan ekonomi di Universitas Oxford pada 1964 hingga 1967.
Ia menikah dengan peneliti masalah Tibet dan Himalaya di Universitas Oxford, Michael Aris, pada 1972 dan tinggal di kota ini selama beberapa waktu bersama dua anaknya, Kim dan Alexander.
Aung San Suu Kyi dikecam karena dianggap gagal memerintahkan militer agar menghentikan kekerasan di Rakhine atau mengatasi krisis kemanusiaan Rohingya, yang mendorong petisi agar Hadiah Nobel Perdamaian untuk dirinya dibatalkan.
Pekan lalu Universitas Oxford menurunkan fotonya dan menggantinya dengan lukisan Jepang.
Lebih dari 500.000 warga minoritas Muslim Rohingya mengungsi ke negara tetangga Bangladesh untuk menghindari gelombang kekerasan di Rakhine.
Krisis pecah ketika serangan oleh milisi Rohingya terhadap sejumlah pos keamanan pada 25 Agustus dibalas dengan operasi militer.
Aung San Suu Kyi selama bertahun-tahun menjalani tahanan rumah di Rangoon ketika Myanmar dipimpin oleh diktator militer.
Ia menjadi tokoh global dan dikenal sebagai pejuang kebebasan sebelum mengantarkan partainya, Liga Nasional untuk Demokrasi, memenangkan pemilu di Myanmar pada 2015.
 
Sumber : BBC Indonesia

Badan HAM PBB Perpanjang Misi Pencarian Fakta di Myanmar

 
JENEWA – Badan hak asasi manusia (HAM) PBB memperpanjang misi pencarian fakta di Myanmar sampai September 2018. Mereka akan melanjutkan penyelidikan pembunuhan, pemerkosaan, penyiksaan, dan penangkapan sewenang-wenang yang menargetkan Muslim Rohingya.
Meskipun ada tentangan dari Myanmar, China, dan Filipina, Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa memutuskan untuk mengkaji dugaan kejahatan tentara dan pasukan keamanan terhadap populasi Muslim.
Usulan tersebut, yang diterima tanpa suara dewan, diajukan oleh Estonia atas nama Uni Eropa. Dewan beranggotakan 47 negara tersebut sepakat untuk membuat misi penyelidikan Maret ini, dan masa jabatannya akan berakhir pada Maret 2018 seperti dikutip dari Anadolu, Sabtu (30/9/2017).
Sebuah tindakan keras militer telah memaksa lebih dari 500 ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine di Myanmar ke negara tetangga Bangladesh, dalam apa yang oleh PBB disebut “contoh teks book tentang pembersihan etnis”.
Para pengungsi melarikan diri dari pasukan keamanan dan massa Budha yang telah membunuh pria, wanita dan anak-anak, menjarah rumah, dan membakar desa Rohingya.
Menurut Menteri Luar Negeri Bangladesh, Abul Hasan Mahmood Ali, sekitar 3.000 orang Rohingya tewas dalam tindakan kekerasan tersebut.
Rohingya, yang digambarkan oleh PBB sebagai orang-orang yang paling teraniaya di dunia, telah menghadapi ketakutan yang meningkat atas serangan tersebut sejak puluhan orang terbunuh dalam kekerasan komunal pada tahun 2012.
 
Sumber : InternationalSindoNews

Hujan Lebat Menambah Kesengsaraan Pengungsi Muslim Rohingya di Bangladesh

UKHIA, BANGLADESH – Hujan yang lebat semakin menumpuk kesengsaraan baru pada ratusan ribu Muslim Rohinyga yang terjebak di kamp darurat di Bangladesh setelah melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.
Sekitar 7,7 cm hujan turun dalam 24 jam dan diperkirakan bertambah lagi dalam dua hari ke depan, kata Departemen Cuaca Bangladesh.
“Hujan telah melipatgandakan kesengsaraan mereka,” kata Mohammed Kai-Kislu, kepala polisi di Ukhia dekat Cox’s Bazar, rumah baru bagi banyak orang Rohingya.
Pekerja bantuan mengatakan ribuan orang Rohingya basah oleh kembalinya musim hujan setelah beberapa hari tidak turun.
Arfa Begum dan tujuh keluarganya mencoba bersembunyi di bawah pohon karet di dekat pemukiman Balukhali dimana mereka tiba lima hari sebelumnya.
“Mereka mengusir kami dari perkebunan karet,” katanya, merujuk pada polisi dan penjaga perbatasan yang memaksa para pengungsi keluar dari tempat penampungan darurat.
“Butuh waktu berjam-jam untuk menemukan tempat yang aman. Kami basah kuyup, “katanya kepada AFP.
Dihadapkan dengan kubangan lumpur yang menyebar, Muslim Rohingya sudah mulai membangun karpet bambu untuk melewati tanah yang banjir.
Seorang pakar hak asasi manusia di Cox’s Bazar mendesak pemerintah untuk menutup sekolah lokal selama tiga hari untuk mengizinkan orang Rohingya berkemah di dalamnya.
“Ini adalah bencana lain yang sedang berlangsung. Ribuan orang Rohingya tidak memiliki tempat untuk bersembunyi saat hujan turun, “kata Nur Khan Liton, yang memimpin kelompok hak asasi Bangladesh Ain O Salish Kendra, kepada AFP.
Kondisi penampungan pengungsi di Cox’s Bazar
Dengan kekurangan makanan dan air yang membuat hidup terasa berat, hujan deras membawa kondisi rawa-rawa ke banyak bagian kota perbatasan Cox’s Bazar yang telah menjadi magnet bagi Muslim Rohingya.
Pihak berwenang Bangladesh, yang telah mengeluarkan pembatasan perjalanan terhadap Rohingya, melancarkan operasi pada Sabtu malam untuk memindahkan puluhan ribu orang dari kamp-kamp di pinggir jalan dan gubuk-gubuk di lereng bukit menuju sebuah kamp baru raksasa.
PBB mengatakan 409.000 orang Rohingya sekarang telah memenuhi Cox’s Bazar sejak 25 Agustus ketika militer di Myanmar yang mayoritas umat Buddha meluncurkan operasi di negara bagian Rakhine.
Karena kamp-kamp yang ada sudah penuh dengan 300.000 Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan sebelumnya, sebagian besar warga Rohingya terpaksa tinggal di udara terbuka atau di bawah lembaran plastik tipis.
Polisi berkeliling ke jalan-jalan dengan pengeras suara memerintahkan keluarga-keluarga yang kelelahan untuk pergi ke kamp Balukhali di Cox’s Bazar, yang sedang dibersihkan untuk membangun tempat penampungan baru.
“Kami memindahkan mereka dari pinggir jalan dimana banyak dari mereka tinggal,” Khaled Mahmud, juru bicara pemerintah untuk distrik Cox’s Bazar mengatakan kepada AFP.
Mahmud mengatakan secara bertahap semua Warga Rohingya baru akan dibawa ke Balukhali.
Pada hari Sabtu, polisi Bangladesh mengeluarkan perintah baru yang keras yang melarang warga Rohingya untuk pindah dari wilayah yang ditentukan.
Perintah tersebut bahkan mencegah mereka berlindung dengan teman dan saudara mereka. Pos pemeriksaan telah disiapkan di titik transit utama.
Dengan ribuan lainnya Rohingya tiba setiap hari, pemerintah Bangladesh khawatir para pengungsi bisa menggerogoti kota-kota lain di seluruh negeri.
Namun PBB sudah memperingatkan kondisi yang tidak dapat ditolerir di kamp-kamp seputar Cox’s Bazar.
Peraih Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi, yang banyak dikritik di seluruh dunia karena tidak mengutuk kekerasan terhadap Rohingya, harus menghadapi kemarahan global meski tidak membuat marah militer, yang memiliki kekuatan besar.
Jenderal Min Aung Hlaing, kepala tentara Myanmar yang sedang melakukan gencatan senjata, meminta pendirian “bersatu” dalam menangani krisis akibat tekanan duni, namun tidak memberikan tanda konsesi.
 
Sumber : VoaIslam

Kecuali dari Indonesia, Myanmar Tolak Bantuan untuk Etnis Rohingnya

New York – Kasus Rohingya menjadi salah satu sorotan dalam Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Salah satu masalah terbesar dalam mengatasi krisis ini adalah sikap pemerintah Myanmar yang menolak bantuan untuk Rohingya, kecuali dari Indonesia.
“Myanmar tidak mau menerima (bantuan),” kata JK di di sela-sela kunjungannya di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (18/9/2017).
JK menyarankan ada perlakuan yang berbeda dalam mengatasi krisis di Myanmar. Yakni penyelesaian secara politik dan kemanusiaan. Secara politik, partai yang mayoritas di Rakhine State adalah partai supremasi Buddha yang dianggap akan menjaga konstituennya.
“Agama perbedaannya jelas. Tapi bukan selalu agama. Di Yangon ada ratusan masjid yang berdiri di sana,” jelasnya.
Karena itu, JK meminta masalah politik diselesaikan secara politik dan masalah kemanusiaan diselesaikan secara kemanusiaan.
“Politik diselesaikan secara internal. HAM semua kewajiban punya warga negara,” ujarnya.
Pemerintah berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk ikut menjaga hubungan baik yang telah terjalin antara Indonesia dan Myanmar.
“Ini jangan sampai tertutup, karena adanya hal-hal yang mungkin bisa membuat upaya yang sudah dirintis dengan membuka pintu diplomasi ini tertutup kembali,” kata Ito Sumardi, Duta Besar Indonesia untuk Myanmar.
Ini adalah momentum yang sangat penting buat komunitas internasional melihat keseriusan Indonesia membantu Myanmar. Tidak hanya berbicara, tidak hanya mengecam, kita juga berbuat.
Untuk diketahui, pemerintah Indonesia pagi ini mengirimkan bantuan kemanusiaan sebesar kurang lebih 20 ton ke Myanmar pada hari jumat 22 September 2017.
 
Sumber tulisan berita : Detik
Foto : Liputan6