by Sharia Consulting Center scc | May 30, 2016 | Artikel, Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah bulan rahmat, dimana kasih sayang dan persaudaraan harus diutamakan dari yang lainnya. Ukhuwah Islamiyah adalah prinsip dari kebaikan umat Islam. Sehingga ibadah Ramadhan harus berdampak pada ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah ini harus terlihat jelas dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan dan mengisi ibadah Ramadhan. Namun demikian, semuanya tetap sejalan dengan Al-Qur’an dan Sunnah.
Diperlukan sikap bijak dari para ulama untuk bertemu dan duduk dalam satu majelis bersama pemerintah (Kementerian Agama) untuk menentukan kesamaan awal dan akhir Ramadhan. Tentunya berdasarkan argumentasi ilmiyah yang kuat dan landasan-landasan yang kokoh dalam Syariat Islam.
(Baca juga: Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah Ramadhan)
Memang perbedaan pendapat (dalam masalah furu’) adalah rahmat. Tetapi kesamaan penentuan awal dan akhir Ramadhan lebih dekat dari rahmat Allah yang diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa.
Perbedaan pendapat dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan adalah suatu pertanda belum terbangun kuatnya budaya syura, ukhuwah Islamiyah, dan pembahasan ilmiyah dalam tubuh umat Islam, lebih khusus lagi para ulamanya.
Ukhuwah Islamiyah dan persatuan umat Islam jauh lebih penting dari ibadah-ibadah sunnah, apalagi jika perbedaan pendapat itu menimbulkan perpecahan. Allah Swt berfirman:
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُواْ وَاذْكُرُواْ نِعْمَةَ اللّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاء فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu darinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. (QS Ali ‘Imran 103).
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by Sharia Consulting Center scc | May 29, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Sudah berapa tahunkah kita menunaikan ibadah Ramadhan? Jika usia kita sekitar 35 tahun, dan kita hitung dari usia baligh, maka kita sudah menunaikan ibadah Ramadhan sekitar 20 tahun. Perubahan apakah yang sudah kita dapatkan dari ibadah Ramadhan tersebut? Sejauh manakah tingkat ketaqwaan kita?
Jika kita jumlahkan secara kumulatif, bahwa bangsa Indonesia yang mayoritasnya umat Islam, dan mayoritas umat Islam tersebut menunaikan ibadah Ramadhan. Dengan hitungan secara makro, kita dapat mengatakan bahwa prestasi Indonesia saat ini adalah prestasi dari sebagian besar umat Islam yang berpuasa. Indonesia yang banyak hutang, korup, terbelakang dan berbagai predikat buruk lainnya.
Dengan demikian kita harus merencanakan peningkatan ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat mengubah dan memberikan hasil yang positif. Perubahan pribadi, keluarga, masyarakat dan perubahan sebuah bangsa.
Imam Ibnul Qoyyim telah memberikan konsep perubahan dengan sangat baik. Suatu peradaban yang besar dimulai dari lintasan pikiran, lintasan pikiran akan meningkat menjadi motivasi atau tekad, tekad akan meningkat jadi perkataan, perkataan akan berubah menjadi perbuatan, dan perbuatan jika terus menerus dilakukan akan menjadi sebuah tradisi atau kebiasaan, lalu kebiasaan jika dilakukan oleh orang banyak akan menjadi sebuah budaya dan perdaban.
Sedangkan Imam Hasan Al-Banna membuat Grand Design perubahan sebagai berikut: Perbaikan diri, pembentukan keluarga muslim, pencerahan masyarakat, reformasi pemerintahan, dan perubahan negara-negara di dunia.
(Baca juga: 4 Kiat Sukses Ramadhan)
Yang pasti perubahan itu harus dimulai dari diri kita masing-masing, dan ibadah Ramadhan berorientasi pada perubahan diri menjadi pribadi yang bertaqwa. Allah Swt berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS AR- Ra’du 11).
Perencanaan yang dilakukan seorang muslim dapat dilakukan dari dua dimensi, perencanaan bersifat makro atau umum dan perencanaan bersifat mikro atau secara rinci. Di antara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya: peningkatan ibadah puasa, tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan Al Qur’an.
Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi dalam negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
a. Peningkatan Ibadah Puasa (shaum)
Ibadah shaum yang kita laksanakan dari tahun ke tahun harus meningkat. Shaum dengan hati yang ikhlas dan penuh pemahaman serta memperhatikan segala adab dan sunnah-sunnahnya. Memahami Fiqih Shiyam dan mendalami segala sesuatu yang terkait dengan ibadah puasa. Rasulullah Saw bersabda:
قَدْ جَاءكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Sungguh, telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kamu berpuasa, dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu setan-setan. Di dalam Ramadhan terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Maka barangsiapa yang tak berhasil memperoleh kebaikan Ramadhan sungguh ia tidak akan mendapatkan itu buat selama-lamanya.” (Riwayat Ahmad, Nasaa’i dan Baihaqy).
b. Peningkatan Ibadah Penunjang
Yang dimaksud dengan ibadah penunjang dalam berpuasa adalah segala sesuatu yang menguatkan ibadah puasa dan memberikan tambahan pahala puasa, seperti buka puasa di awal waktu dengan kurma atau manis-manisan, sahur di akhir waktu, dan tidak merusak ibadah puasa dengan perkataan dan perbuatan yang tidak berguna. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لله حَاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan tetap melakukannya, maka Allah tidak butuh seseorang meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Bukhari)
c. Menghidupkan Malam Ramadhan dengan Al-Qur’an dan Qiyamul Lail.
Malam-malam Ramadhan adalah malam yang penuh berkah. Oleh karenanya, hiasilah malam Ramadhan dengan interaksi bersama Al-Qur’an secara utuh, baik dari segi tilawah, hafalan, pemahaman, dan pengamalan. Menumbuhkan semangat mencintai Al-Qur’an dan Ahlul Qur’an, mensosialisasikan Al-Qur’an di tengah keluarga muslim dan masyarakat muslim, serta menciptakan generasi Al-Qur’an.
Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan dan surat yang pertama turun adalah surat al-Alaq yang berisi perintah membaca. Maka jadikanlah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan pengawal kebangkitan Islam. Allah Swt. berfirman:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS Al-Israa’ 9).
(Baca juga: Keistimewaan Ramadhan dan Beramal Didalamnya)
Begitu juga keberkahan malam-malam Ramadhan harus diisi dengan qiyamul lail atau shalat tarawih. Shalat yang akan mengantarkan kita pada ampunan Allah dan derajat yang tinggi di sisi Allah. Siapakah yang tidak ingin mendapatkan maghfirah dari Allah Swt? Bukankah orang-orang yang nanti masuk neraka sebab utamanya karena tidak sempat mendapat maghfirah dari Allah Swt. di dunia?
Maghfirah itu dapat diraih dengan Qiyam Ramadhan Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ قامَ رَمَضانَ إيماناً واحْتِسَاباً غُفِرَ لهُ ما تَقدّمَ مِنْ ذَنْبِه
“Barangsiapa yang melakukan shalat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by Sharia Consulting Center scc | May 26, 2016 | Artikel, Ramadhan
1. Persiapan Mental
Islam menganjurkan dalam melaksanakan amal shalih harus didahului dengan niat. Bahkan dalam beberapa amal shalih, niat itu merupakan syarat atau rukun dari amal yang akan dilaksanakan. Secara psikologis niat atau motivasi sangat membantu amal yang akan dilakukan dan memberikan dampak yang sangat positif. Niat akan memunculkan semangat dan ketahanan seorang muslim dalam mengerjakan ibadah. Oleh karena itulah niat menjadi pilar utama dalam beribadah.
Ramadhan adalah bulan penuh ibadah yang akan dilakukan orang-orang beriman selama sebulan. Oleh karenanya diperlukan kesiapan mental dalam menyongsong berbagai macam bentuk ibadah tersebut, khususnya puasa, bangun malam, tarawih dan lain-lain. Tanpa persiapan mental yang prima, maka orang-orang beriman akan cepat loyo dalam beribadah atau bahkan meninggalkan sebagian ibadah sama sekali.
Kesiapan mental sangat dibutuhkan pada saat menjelang hari-hari terakhir, karena tarikan keluarga yang ingin belanja mempersiapkan hari raya, pulang kampung dan sebagainya sangat mempengaruhi umat Islam dalam menunaikan kekhusyuan ibadah Ramadhan. Padahal, kesuksesan ibadah Ramadhan seorang muslim dilihat dari akhirnya. Jika akhir Ramadhan diisi dengan i’tikaf dan taqarrub serta ibadah lainnya, maka insya Allah, dia termasuk yang sukses dalam melaksanakan ibadah Ramadhan.
2. Persiapan Spiritual
Persiapan ruhiyah dapat dilakukan dengan memperbanyak ibadah, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an, shaum sunnah, dzikir, do’a dan lain-lain. Dalam hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah Saw mencontohkan kepada umatnya dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan ‘Aisyah Ra. berkata: ”Saya tidak melihat Rasulullah Saw menyempurnakan puasanya, kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan Sya’ban” (HR Muslim).
(Baca juga: Visi Ramadhan Umat Muslim)
Bulan Sya’ban adalah bulan dimana amal shalih diangkat ke langit. Rasulullah Saw bersabda:
وَلَمْ أَرَكَ تَصُوْمُ مِنْ شَهْرٍ مِنَ الشُّهُوْرِ مَا تَصُوْمُ مِنْ شَعْبَان قال: ذاك شَهْرٌ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ يُرْفَعُ فيه الأَعْمَالُ إلَى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ فَأُحِبُّ أَنْ يَرْفَعَ عَمَلِيْ وَأَنَا صَائِمٌ (رواه أحمد وأبو داود وابن حزيمة والنسائى )
Dari Usamah bin Zaid berkata, saya bertanya: “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau puasa di suatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul saw bersabda: ”Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah)
3. Persiapan Intelektual
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu, khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa tidak menghasilkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dikarenakan puasanya tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
(Baca juga: Ringkasan Taklim : Kenapa Kita Harus Mempersiapkan Diri Menuju Bulan Ramadhan?)
Dua orang yang mengamalkan ibadah yang sama tidak otomatis mendapatkan hasil yang sama. Rasulullah Saw menginformasikan ada dua kelompok orang yang sama-sama melakukan ibadah puasa, sedangkan hasilnya yang pertama mendapatkan ampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukannya, sementara yang lain cuma mendapatkan lapar dan dahaga. Rasul Saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيماناً واحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ ما تَقَدّمَ مِنْ ذَنْبِهِ،
”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (HR. Bukhori dan, Muslim )
كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش
“Berapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan kecuali lapar dan dahaga” (HR An-Nasa’i dan Ibnu Majah)
4. Persiapan Fisik dan Materi
Fisik dan materi sangat menopang ibadah di bulan Ramadhan yang dilakukan seorang muslim. Seorang muslim tidak akan mampu berbuat maksimal dalam berpuasa jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah justru mencontohkan kepada umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari beberapa peristiwa di bawah ini :
“Menyikat gigi dengan siwak.” (HR. Bukhari dan Abu Daud).
Berobat dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah Saw kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud Ra, agar memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut. (HR. Al-Haitsami).
(Baca juga: Definisi dan Keutamaan Puasa)
Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang halal, untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan, dia dapat beribadah secara khusyu, dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusyuan ibadah Ramadhan.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by Sharia Consulting Center scc | May 23, 2016 | Artikel, Muslimah, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Wanita muslimah yang sudah baligh dan berakal, pernah mengalami haid dan hamil maka ia wajib berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana perintah puasa dalam Al Qur’an. Namun bila syarat tidak terpenuhi seperti wanita bukan muslim, belum baligh, tidak berakal, dan dalam keadaan haidh atau nifas maka tidak diwajibkan berpuasa.
1. Wanita haidh atau nifas
Wanita yang sedang haidh atau nifas diharamkan melakukan puasa, jika ia melakukannya maka berdosa. Apabila seorang wanita sedang berpuasa keluar darah haidhnya baik di pagi, siang, sore ataupun sudah menjelang terbenamnya matahari, maka ia wajib membatalkannya. Dan wajib meng-qadha (mengganti) setelah ia bersuci. Sedangkan jika wanita tersebut suci sebelum fajar walaupun sekejap, maka ia wajib berpuasa pada hari itu walau mandinya baru dilakukan setelah fajar.
(Simak juga: Video Empat Langkah Menuju Ramadhan)
2. Wanita tua yang tidak mampu berpuasa
Seorang wanita yang lanjut usia yang tidak mampu lagi untuk berpuasa dan jika berpuasa akan membahayakan dirinya, maka justru ia tidak boleh berpuasa, melihat firman Allah
“….Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan…” (Q.S. Al Baqarah ayat 195)
Disebabkan orang yang lanjut usia itu tidak bisa diharapkan untuk bisa mengqadha, maka baginya wajib membayar fidyah saja (tidak wajib meng-qadha) dengan memberi makan setiap hari satu orang miskin berdasarkan firman Allah swt.
(Baca juga: Visi Ramadhan Umat Muslim)
“Dan bagi orang yang tidak mampu berpuasa, maka ia harus membayar fidyah dengan memberi makan setiap hari satu orang miskin” (Q.S. Al Baqarah : 184)
Kemudian dalam riwayat Bukhari
Dari Atha ia mendengar Ibnu Abbas membaca ayat yang artinya “Wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya untuk membayar fidyah yaitu memberi makan satu orang miskin” Ibnu Abbas berkata : “Ayat ini tidak dinasakh, ia untuk orang yang lanjut usia baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak sanggup berpuasa hendaknya memberi makan setiao hari satu orang miskin”. *bersambung
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by Danu Wijaya danuw | May 19, 2016 | Artikel, Ramadhan
Mendekati ramadhan yang sangat baik ini, umat muslim harus mempersiapkan diri dengan baik sehingga visi ramadhan dapat tercapai. Yaitu terealisasinya ketakwaan. Ketakwaan yang sebenarnya diseluruh lapangan kehidupan baik dirumah, masjid, kantor, sekolah, kampus, pasar, dan dimana saja kita berada. Ketakwaan inilah yang membuka pintu keberkahan dari langit dan bumi, rahmat Allah SWT dan jalan keluar serta solusi atas segala problematika umat muslim dan umat manusia secara keseluruhan.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al A’raf : 96)
Solusi krisis secara horizontal harus dimulai dengan mendidik manusia menjadi insan bertakwa, sehingga mampu menahan diri dari pelanggaran-pelanggaran dan tunduk pada Allah dan hukum Islam. Dan solusi krisis secara vertikal dengan menegakkan syariah Islam dalam masyarakat dan pemerintah, sehingga mereka takut akan sanksi dan tidak melanggar larangan-Nya.
Syariah Islam memberi rahmat bagi manusia, menjamin hak beragama, hak hidup, hak pemilikan harta, hak berfikir, dan berpendapat, hak terpeliharanya kehormatan dan keturunan. Kesinilah langkah harus ditujukan, pikiran dicurahkan, gerakan reformasi diarahkan, dan segala tenaga dikerahkan.
(Baca juga: Menyambut Ramadhan, Harapan dari Kondisi Umat Islam)
Marilah kita mempersiapkan ramadhan dengan bekal maksimal, yaitu bekal ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah. Persiapan ruhiyah dengan memperbanyak ibadah seperti memperbanyak membaca Al Qur’an, Shaum sunnah, Dzikir, Doa, dll. Persiapan fikriyah dengan mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Dan persiapan jasadiyah dengan menjaga kesehatan, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Menyiapkan harta yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan.
Bulan ramadhan adalah bulan yang terbaik (sayyidusyuhur), dan mengandung seluruh sebutan, nama dan makna yang baik. Oleh karenanya umat muslim harus meningkatkan semua potensi kebaikannya di bulan Ramadhan. Bulan ramadhan adalah bulan puasa (Syahrus Siyam), bulan ibadah (Syahrul Ibadah), bulan Al Qur’an (Syahrul Qur’an), bulan ampunan dan kembali (Syahrul Maghfirah wal Inabah), bulan kepedulian dan solidaritas (Syahrul Muwaasaah), bulan pembinaan (Syahrut Tarbiyah), bulan jihad (Syahrul Jihad), bulan kesabaran (Syahru Shabr), dan bulan ketakwaan (Syahrut Taqwa).
(Simak juga: Video Ceramah Keistimewaan Ramadhan dan Beramal Didalamnya)
Semoga Allah SWT menerima shiyam dan ibadah kita. Mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat amal, dakwah, dan jihad kita sekalian, sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia dan seluruh dunia Islam yang lebih baik, lebih aman, lebih adil, dan lebih sejahtera dengan mendapat ridha Allah.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center