Mengapa Syiah Mencambuk Diri di Hari Asyura?

Syiah menganggap bahwa melukai diri untuk mengenang Husain dengan melakukan niyahah, berpakaian hitam, adalah suatu ibadah mulia. Itulah yang didapati pada mereka di hari Asyura tanggal 10 Muharram yang dilakukan di masjid atau tempat ajaran Syiah.
Dalam kitab Syiah sendiri disebutkan,

إن اللطم والتطبير ولبس السواد في عاشوراء والنياحة من أعظم القربات للحسين بل هذه الأفعال من الأعمال الممدوحة

“Sesungguhnya menampar, memainkan pisau ke badan, dan mengenakan pakaian hitam di hari Asyura, juga bentuk niyahah bersedih hati saat itu merupakan di antara bentuk ibadah dalam rangka mengenang Husain.
Bahkan amalan seperti ini termasuk amalan terpuji.” (Lihat: Fatawa Muhammad Kasyif Al Ghitho war Ruhaani wat Tibriziy wa Ghoirihim min Maroji’il Imamiyah)
Syiah Kecewa atas Pembunuhan di Hari Asyura
Al Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata,
“Setiap muslim seharusnya bersedih atas terbunuhnya Husain radhiyallahu ‘anhu karena ia adalah sayyid-nya (penghulunya) kaum muslimin, ulamanya para sahabat dan anak dari putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu Fathimah yang merupakan puteri terbaik beliau. Husain adalah seorang ahli ibadah, pemberani dan orang yang murah hati.
Akan tetapi kesedihan yang ada janganlah dipertontokan seperti yang dilakukan oleh Syi’ah dengan tidak sabar dan bersedih yang semata-mata dibuat-buat dan dengan tujuan riya’ (cari pujian, tidak ikhlas).
Padahal ‘Ali bin Abi Tholib lebih utama dari Husain. ‘Ali pun mati terbunuh, namun ia tidak diperlakukan dengan dibuatkan ma’tam (hari duka) sebagaimana hari kematian Husain. ‘Ali terbunuh pada hari Jum’at ketika akan pergi shalat Shubuh pada hari ke-17 Ramadhan tahun 40 H.
Begitu pula ‘Utsman, ia lebih utama daripada ‘Ali bin Abi Tholib menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah. ‘Utsman terbunuh ketika ia dikepung di rumahnya pada hari tasyriq dari bulan Dzulhijjah pada tahun 36 H. Walaupun demikian, kematian ‘Utsman tidak dijadikan ma’tam (hari duka).
Begitu pula ‘Umar bin Al Khottob, ia lebih utama daripada ‘Utsman dan ‘Ali. Ia mati terbunuh ketika ia sedang shalat Shubuh di mihrab ketika sedang membaca Al Qur’an. Namun, tidak ada yang mengenang hari kematian beliau dengan ma’tam (hari duka).
Begitu pula Abu Bakar Ash Shiddiq, ia lebih utama daripada ‘Umar. Kematiannya tidaklah dijadikan ma’tam (hari duka). Kuat dugaan karena Husain menikah dengan wanita persia Iran. Sehingga lebih dimuliakan oleh ajaran Syiah yang berpusat di Iran.
Hadits berikut pun menjelaskan bahwa yang dilakukan orang Syiah di hari Asyura termasuk kesesatan.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّة
“Tidak termasuk golongan kami siapa saja yang menampar pipi (wajah), merobek saku, dan melakukan amalan Jahiliyah.” (HR. Bukhari no. 1294 dan Muslim no. 103).
Semoga kita dijauhi dari paham sesat yang melenceng dari ajaran Islam. Sejatinya ritual syiah ini tidak diajarkan Rasulullah dan bukan dalam ajaran Islam. Dan diberikan hidayah bahwa syiah bukanlah termasuk Islam yang benar.

Langka, Ulama Syiah Irak Moqtada al-Sadr Temui Putra Mahkota Saudi

RIYADH – Ulama Syiah berpengaruh di Irak, Moqtada al-Sadr, melakukan kunjungan langka ke Arab Saudi. Dia melakukan pertemuan dengan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dan pejabat lainnya.
Pertemuan langka itu berlangsung hari Minggu di Jeddah dan dirilis kantor berita negara Saudi, SPA, Senin (31/7/2017).
Irak berada di garis patahan antara kekuatan Syriah Iran dan negara-negara kekuatan Sunni yang selama ini terlibat konflik sektarian.
Iran dan Saudi sendiri hingga kini masih berseteru setelah kedua negara memutuskan hubungan diplomatik beberapa bulan lalu.
Irak dan Arab Saudi pada bulan lalu mengumumkan bahwa mereka membentuk dewan koordinasi untuk meningkatkan hubungan strategis sebagai bagian dari usaha untuk menyembuhkan hubungan yang bermasalah di antara tetangga Arab.
Arab Saudi telah membuka kembali kedutaan besarnya di Baghdad Irak pada tahun 2015, setelah 25 tahun vakum.
Pada bulan Februari, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir juga melakukan kunjungan langka ke Baghdad, Irak.
Al-Sadr, merupakan ulama Syiah Irak yang terkenal anti-Amerika. Dia memiliki pengikut besar di Baghdad dan kota-kota selatan Irak termasuk kelompok Saraya al-Islam atau dikenal sebagai Milisi Brigade Perdamaian.
Ulama Syiah ini juga pernah membuat seruan mengejutkan, yakni meminta Presiden Suriah, Bashar al-Assad yang membantai rakyatnya untuk lengser.
Padahal, para milisi Syiah di Timur Tengah, terutama dari negeri Syiah di Iran dan Libanon dikenal sebagai loyalis Assad. Mereka mengirim tentara bayaran syiah untuk melanggengkan kekuasaan diktator Assad.
Menurut laporan SPA, al-Sadr bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman untuk mendiskusikan isu-isu yang menjadi kepentingan bersama.
 
Sumber : SindoNews/Saudi Press Agency

Pemberontak Syiah Houthi Larang Shalat Tarawih di Ibukota Sana’a

Pemberontak Syiah Houthi Yaman yang diperangi Saudi cs dilaporkan melarang warga Yaman melaksanaan Shalat tarawih dan ceramah keagamaan sepanjang bulan suci Ramadhan di ibukota Sana’a, seperti dilansir Gulf News.
Tidak sampai disana, kelompok pemberontak dukungan Syiah Iran juga melarang para imam untuk ceramah di dalam masjid, serta memaksa mereka menandatangani sebuah janji terkait pelarang tersebut.
Pemyebab Syiah Membenci Tarawih
Sejumlah pengamat di ibukota Sana’a mengatakan bahwa larangan ini diberlakukan kelompok pemberontak untuk mencegah warga Yaman berdoa melawan kelompok Syiah Houthi dan pemerintahan mereka di wilayah ibukota Yaman.
Dalam keyakinan Syiah sendiri, shalat tarawih diharamkan karena dihidupkan amalanya disaat zaman khalifah Umar bin Khattab. Penyimpangan kesesatan ajaran Syiah dalam membenci sahabat Rasul juga merembet pada ibadah sunnah lainnya.
Ratusan dai dan pengkhotbah agama telah melarikan diri dari ibukota sejak kelompok Syiah Houthi menguasai Sana’a pada awal tahun 2015 lalu. Mereka yang masih berada di ibukota banyak ditangkap dan disiksa.
 
Sumber : Gulf News

Pelajaran Menjauhi Tahdzir dari Ahlus Sunnah di Yaman

Benarkah jika kita berdakwah tauhid dan sunnah pasti mendapatkan pertolongan dan kemenangan ?!
Jawabannya: Iya, pasti, insya Allah. Tapi kita harus ikhlas dan menjaga persatuan serta tidak berpecah belah.
Negeri Yaman adalah negeri Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang penuh dengan ulama yang ahli di bidangnya masing-masing. Juga ada kaum Syi’ah Zaidiyyah dan Hutsi.
Pusat dakwah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah tersebar di seluruh pelosok negeri dan kaum muslimin Yaman sangat antusias belajar ilmu agama bahkan dari luar negeri banyak berdatangan ke Yaman untuk menuntut ilmu agama.
Diantara markaz dakwah yang paling populer adalah Darul Hadits Dammaj sebagai pusat Sunnah pertama dan terbesar didunia yang diasuh oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i Rahimahullah dan kemudian dilanjutkan oleh Syaikh Yahya Al-Hajuri hafidhahullah sepeninggalnya
Darul Hadits Dammaj ini muridnya bukan hanya dari Yaman, akan tetapi dari berbagai negeri di dunia termasuk Indonesia.
Namun, sungguh sangat di sayangkan, semangat belajar dan kebangkitan ilmu agama ini menjadikan para ulama dan penuntut ilmu saling klaim paling benar dan saling menjatuhkan yang lain dengan alasan tahdzir yang syar’i.
Tahdzir-tahdziran ini disertai saling mencari kesalahan dan segudang argumentasi untuk memperkuat tahdzirnya agar semua orang yakin dengan pihaknya dan meninggalkan pihak lainnya.
Terjadilah pecah belah dahsyat luar biasa. Dakwah yang telah dibina dan menjadi besar berubah menjadi kecil karena terpecah. Pecahannya pecah lagi, pecahannya pecah lagi dan pecahannya pecah lagi, demikian seterusnya. Semakin pecah dan semakin kecil sehingga Islam yang luas menjadi seperti kotak yang teramat sangat kecil.
Akibatnya adalah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah semakin lemah dan Syi’ah semakin kuat.
Akhirnya pusat-pusat dakwah Ahlus Sunnah banyak yang dikuasai dan diambil alih oleh Syi’ah termasuk Darul Hadits Dammaj yang sangat terkenal itu, juga Universitas Al-Iman Shan’a, dll.
Semua ini terjadi melalui pemberontakan kaum Syi’ah Hutsi yang ternyata mereka telah menyusun kekuatan dan bahkan mempunyai berbagai jenis senjata, juga memanfaatkan lemahnya dan pecah belahnya Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
Terus terang kami menangis pada saat menyaksikan saudara-saudara kami diusir dengan hina oleh orang-orang Syi’ah pada saat itu.
Dakwah tauhid dan sunnah harus dibarengi dengan keikhlasan dan menjaga persatuan serta fokus kepada permasalahan yang lebih penting dengan mengedepankan fiqih prioritas.
Allah berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S.Al-Anfal : 46)
Ingat, misi besar syaitan adalah menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kita.
Allah berfirman:

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا

“Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. (Q.S. Al-Isra’ : 53)
Mari berfikir lagi kalau kita tidak ingin Ahlus Sunnah Wal Jama’ah di Indonesia menjadi seperti di Yaman, jangan sampai terlambat. Sesal dahulu didapat, Sesal kemudian tiada guna.
Semoga bermanfaat.
Malang,
Kamis Malam Jum’at 09 Rajab 1438 / 06 April 2017
Hamba Allah yang selalu berharap petunjuk, ampunan dan kasih sayangNya, juga selalu berdoa dan berharap mati husnul khotimah diatas Islam dan Sunnah
Akhukum Fillah
@AbdullahHadrami
Ket : Tahdzir adalah fenomena saling mencela atau mencari kesalahan antar sesama ustad/ulama baik itu tujuan positif atau negatif yang akhirnya menjadi terpecah belah bahkan dengan cara yang salah dan tidak sesuai adab menasehati
Sumber : Kajianislam.net

Teladan Imam Abu Hanifah

Cicit Rasulullah saw, bernama Jafar Ash Shadiq ibn Muhammad Al Baqir ibn Ali Zainal Abidin ibn Husain. Beliau ini punya murid yang amat mencintainya. Namanya adalah An Nu’man ibn Tsabit yang mahsyur disebut sebagai Imam Abu Hanifah.
Kecintaannya terhadap ahlu bait (keluarga Rasulullah) amat mendalam. Hingga pada taraf menempuh bahaya dan mengorbankan dirinya untuk melindungi para Ahlu Bait. Yaitu An Nafsuz Zakiyah, Muhammad ibn Hasan dan saudaranya Ibrahim. 
Mereka dikejar-kejar pemerintahan Daulah Abbasiyah, Abu Ja’far Al Mansur karena tuduhan makar. Maka cinta Imam Abu Hanifah pada keluarga Rasulullah saw sungguh tak diragukan.
Tapi bagaimana sikap beliau terhadap syiah?
Suatu hari seorang alim Syi’i mendatangi beliau dan berbicara panjang tentang keutamaan Sayyidina Ali dan kebatilan tiga Sahabat (Abu Bakar, Umar, Ustman) yang dituduh merampas hak Ali.
Maka bertanyalah Abu Hanifah, “Menurutmu siapakah yang terbaik diantara ummat Nabi Musa, apakah sahabat-sahabat Musa?” Jawabnya “Ya”.
” Dan apakah insan terbaik dikalangan ummat Nabi Isa alaihissalam adalah sahabat-sahabat Isa?” lanjut Abu Hanifah. “Betul” ujarnya.
“Inilah yang tak kumengerti tentang Syiah”, seru Abu Hanifah. ” Karena menurut mereka orang-orang terburuk dikalangan ummat Muhammad justru adalah sahabat-sahabat terdekat, mertua dan menantunya!”
Maka terperenjatlah tokoh Syiah itu dan seketika menyatakan taubatnya. Maka beliaupun mengutip gurunya, cicit Rasul, Imam Jafar Ash Shadiq, “Teladan kami dalam mencintai Rasulullah dan keluarganya adalah sahabat Nabi Muhammad saw sendiri!”
Demikianlah Imam Abu Hanifah mencontohkan pada kita cinta yang mendalam pada Ahlu Bait Rasulullah sekaligus pelurusan pada penyimpangan. Ada tenggang rasa terhadap penyimpangan yang harus diluruskan.
Dan kita belajar pada Imam Abu Hanifah dalam meluruskan dengan kesediaan diawal mendengar hingga tuntas, kedalaman ilmunya, dan kekuatan dalam berhujjah.
 
Sumber : Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media

X