by Danu Wijaya danuw | Nov 13, 2016 | Artikel, Dakwah
Oleh : Ust Umar Nadi
قال ابن رجب في فتح الباري :١ /٢٧ – فإذا وجد القب حلاوة الإيمان أحس بمراة الكفر والفسوق والعصيان ولهاذا قال يوسف عليه السلام : رب السجن أحب إلي مما يدعونني إليه
Ibnu Rajab dalam kitab Fathul Baari berkata : “Maka apabila sekeping hati telah mendapatkan manisnya iman, maka ia akan sensitif merasakan pahitnya kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan”.
Karena itulah Nabi Yusuf pernah berkata : “Yaa Robb, Penjara lebih aku sukai daripada apa yang mereka serukan kepadaku.” (Q.S.Yusuf 12 : 33)
by Danu Wijaya danuw | Nov 8, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Dalam memperbaiki hubungan, ada hal-hal yang tak harus kita katakan. Betapapun penting dan/atau menyakitkan. Itulah yang diajarkan si tampan Yusuf.
Ketika sudah menjadi salah seoranf penguasa Mesir, Yusuf meloncatkan cerita tentang dibuangnya dia ke sumur oleh saudara-saudaranya. Yusuf berujar, “Sesungguhnya Rabbku telah berbuat baik kepadaku, ketika Dia mengeluarkanku dari penjara” (Q.S. Yusuf : 100). Yusuf tidak berkata, “Ketika Dia mengeluarkanku dari sumur.”
Sebab kata ‘sumur’ akan menusuk hati saudara-saudaranya. Melukai nurani mereka dalam sesal dan malu. Dengan ridha Yusuf membiarkan cerita tentang kezaliman saudara-saudaranya dikubur bersama kemaafan yang dihulurkan.
Ketika Yusuf bertemu bapaknya kembali yaitu Nabi Ya’qub, Yusuf menaikkan ke singgasananya. Ketika itu, Ya’qub dan istrinya beserta sebelas anaknya tidak sanggup menahan dirinya untuk sujud sebagai penghormatan kepada Yusuf. (Q.S. Yusuf : 100)
Dan ingatlah Yusuf akan kiasan mimpinya terdahulu maksud 11 bintang, bulan dan mentari yang sujud. Maka Yusuf berujar, “Ayahanda tercinta, inilah takwil mimpiku yang dahulu. Sungguh Allah telah mewujudkan jadi nyata.” (Q.S. Yusuf : 4)
Teringat kembali penjara yang gelap dan pengap, dimana Yusuf bawakan cahaya untuk dua penghuni lainnya yang nyaris putus asa. Jujur dan ilmumu tentramkan mereka. Yusuf berujar, “Hai kedua penghuni penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” (Q.S. Yusuf : 31)
Tetapi demikianlah Allah Maha Mengatur, agar kemunculanmu tepat waktu. Ketika negeri membutuhkan pahlawan penuh ilmu, maka kau tak ragu mengambil peran itu. Berawal dari bendaharawan mesir kala itu (Q.S. Yusuf : 55), jabatan pemerintahan mesir diambil saat isinya kepahitan dan penuh tanggungjawab mematikan.
Kemudian saat saudaramu terkena paceklik dan hendak meminta bantuan kepada pejabat mesir yang ditemuinya yaitu engkau Yusuf sendiri, yang tak diketahui mereka, maka yang diambilmu adalah melepas rindu dengan saudara-saudaramu. Bukan tergoda balas dendam.
Ditambah betapa sabarnya Yusuf. Kau tahan murka saat saudara-saudara yang meminta bantuan tadi memfitnah adik kandung Yusuf dan Yusuf sendiri. Kala bersepuluh saudara berkata, “Adiknya pencuri, kakaknya, Yusuf pun maling!” (Q.S. Yusuf : 77)
Yusuf tahu adik kandungnya Bunyamin dari ibu yang sama (Q.S. Yusuf : 8) tak terbukti seperti itu. Pialang raja mesir malah terlihat tergeletak dikarung mereka.
Dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, Suatu ketika Rasulullah pernah ditanya tentang orang yang paling mulia? Beliau menjawab, “Yaitu orang yang paling bertakwa.” Maka para sahabat berkata, “Bukan ini maksud pertanyaan kami?” Beliau pun bersabda, “Yaitu Yusuf seorang Nabi Allah, putera Nabi Allah (Ya’qub), putera dari putera penghulu Nabi Allah (Ibrahim).”
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillaj, ProU Media
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jun 3, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: M. Lili Nur Aulia
Perhatikanlah, jumlah anak Yakub as ada duabelas orang. Yusuf adalah anak yang paling dicintai ayahnya. Demikian juga bulan ramadhan, ia adalah bulan yang paling dicintai Allah diantara duabelas bulan dalam setahun. Sebagaimana Yusuf yang merupakan simbol kesabaran ditengah-tengah saudaranya. Sesungguhnya bulan ramadhan juga bulan kesabaran.
Jika nabi Yakub as bisa sembuh penglihatannya dengan baju Yusuf as. Sesungguhnya ramadhan bisa mengembalikan penglihatan pelaku maksiat. Sehingga dengan penglihatannya itu dia kembali ke jalan yang benar. Seperti saudara-saudara Yusuf as yang datang dengan sambutan maaf oleh Yusuf as. Begitupula ramadhan yang datang dengan kemuliaan dan penghormatan.
(Baca juga: Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Dakwah dan Jihad)
“Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian). Dan dia Maha Penyayang diantara Penyayang.” (Q.S. Yusuf : 92).
Sungguh benar Hasan al Bashri mengatakan, Ramadhan sebagai arena pertandingan untuk makhluknya. Mereka berlomba didalamnya dengan ketaatan-ketaatan untuk mencari ridhaNya. Ada orang yang terdepan didalam perlombaan, merekalah yang menang. Ada yang tertinggal dibelakang, dan merekalah yang rugi. Yang aneh ada orang yang tertawa dibelakang, padahal mereka adalah orang yang lalai dan merugi.
Rasulullah saw bersabda, “Celakalah orang yang menjumpai ramadhan sedang ia tidak mendapatkan ampunan.”
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by Ahmad Sahal Hasan Lc ahmadsahalhasan | Apr 21, 2016 | Artikel, Qur'anic Corner
Oleh: Ahmad Sahal Hasan, Lc
Firman Allah:
قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
Nabi Yusuf AS berkata (kepada saudara-saudaranya): “Tak ada cercaan kepada kalian. Semoga Allah mengampuni kalian dan Dia Paling Penyayang diantara para penyayang.” (QS. Yusuf: 92).
وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِن قَبْلُ قَدْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُم مِّنَ الْبَدْوِ مِن بَعْدِ أَن نَّزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Nabi Yusuf menaikkan kedua orang tuanya keatas singgasana dan mereka semua bersujud menghormat kepada Nabi Yusuf. Dan dia berkata: “Wahai ayahku, inilah ta’wil mimpiku yang dulu itu Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika Dia membawa kalian dari dusun setelah setan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sungguh Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh Dia lah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana“. (QS. Yusuf: 100).
Yang menarik adalah bahwa ucapan Nabi Yusuf benar-benar mencerminkan kesempurnaan maaf yang diberikannya untuk saudara-saudaranya yang dulu telah hampir membunuhnya dengan menceburkannya ke dalam sumur.
Nabi Yusuf mengalami setidaknya dua kejadian yang membahayakan dan menyakitkan: diceburkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya sendiri dan dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan mencoba memperkosa majikannya.
Namun saat berbicara dihadapan orang tua dan saudaranya tentang nikmat Allah kepadanya di ayat 100 tersebut Nabi Yusuf hanya menyebutkan nikmat keluar dari penjara tanpa menyinggung peristiwa sumur. Padahal, diceburkan ke dalam sumur lebih membahayakan nyawanya daripada masuk penjara, dan tentunya nikmat keluar dari sumur itu lebih pantas untuk diingat dan disebut. Namun karena ini adalah momen memaafkan saudaranya sebagai pelaku peristiwa itu, Nabi Yusuf tidak menyebutkannya, dan hanya menyebutkan nijmat bebas dari penjara.
Pun saat menyebutkan nikmat berkumpul kembali dengan mereka, Nabi Yusuf hanya menyalahkan setan yang telah mengganggu hubungannya dengan mereka.
Nabi Yusuf benar-benar membuktikan bahwa “tak ada cercaan kepada kalian” baik langsung atau tidak langsung.
Maaf yang tulus dan sempurna yang lahir dari kasih sayang kepada saudaranya seolah mereka tak pernah menyakitinya.
Pantas jika Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam saat memaafkan orang-orang Quraisy pada peristiwa Fathu Makkah menyatakan bahwa beliau meneladani Nabi Yusuf dan mengatakan perkataan yang sama “Laa tatsriiba ‘alaikum al-yaum.. (Tak ada cercaan kepada kalian). Idzhabuu, fa antum ath-thulaqa.. (Pergilah, kalian bebas).”
Shalawat dan salam kepada Nabi Yusuf dan Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sumber:
Telegram @sahal_hasan