by Danu Wijaya danuw | Sep 30, 2016 | Artikel, Dakwah
Bicara, mengingatkan kawan agar diam, memainkan kerikil (kalau sekarang mungkin BB, i-Phone dan lainnya) saat khutbah bisa merupakan “laghaa” atau perbuatan yang berakibat ibadah jum’at menjadi sia-sia.
Yang diperbolehkan : khatib mengajak bicara salah satu hadirin, seperti Nabi menanyai sahabat yang belum shalat sunnah dua rakaat saat datang telat dishaf jum’at tersebut. Tetapi tidak berlaku sebaliknya kita yang bukan khatib. Disarankan berpindah tempat duduk untuk mengurangi rasa kantuk.
Diantara tanda pemahaman mendalam seorang khatib adalah memperpendek khutbahnya, memanjangkan shalatnya. Khutbah itu tetap harus mengandung pujian kepada Allah, shalawat atas Nabi, ayat Al Qur’an, wasiat takwa, dan doa untuk muslimin.
Khutbah jum’at bukanlah taklim dan tabligh. Khutbah jum’at seharusnya difokuskan pada wasiat takwa, bukan kajian tematik. Nabi mencontohkan khutbah seperti panglima perang mengomando pasukan, tidak lembek dan tidak lemah, dan tidak membuat ngantuk.
Atas wasiat takwa khatib dalam khutbah jum’at bisa disampaikan pada yang tidak hadir seperti suami ke istri, ayah ke anak, dan si sehat kepada si sakit.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media
by Danu Wijaya danuw | Sep 30, 2016 | Artikel, Qur'anic Corner
Panglima penakluk Persia, yang melimpahi Madinah dengan harta. Sa’ad bin Abi Waqqash namanya, sang singa yang menyembunyikan kukunya, menitikkan air matanya ketika memasuki Balairung Kisra.
Melihat megah pilar, anggun mahlighai, gemerlap singgasana, dan mahkota berjejal permata; Sa’ad melantun firman-Nya Surat Ad-Dukhaan ayat 25-29.
“Betapa banyak taman-taman dan mata air yang mereka tinggalkan. Juga kebun-kebun bertanaman dan tempat indah nan mulia.” (ayat 25-26)
“Dan kesenangan yang mereka berlezat menikmatinya. Demikianlah, Kami wariskan semua itu pada kaum yang lain.” (ayat 27-28)
“Maka langit dan bumi tak menangisi mereka dan tiadalah mereka diberi tangguh.” (ayat 29)
Di lain hal, Abu Bakar juga menangis, dikala mendengar Surah An Nashr, yang dibacakan saat Fathu Makkah.
“Jika datang pertolongan Allah dan kemenangan dan kamu lihat manusia berbondong-bondong memasuki agama Allah.”
Dikala sahabat lain gembira, tetapi tidak bagi Abu Bakar. Ia malah berduka mendalam. Sebab menjadi tanda bahwa tugas Rasul akan selesai, pertanda wafatnya beliau, terputusnya wahyu dan dimulainya kemunduran.
Selalu ada pesan tersembunyi yang mengoyak batin ditiap hal yang terlihat. Mari selalu bertasbih dan beristighfar.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Sep 29, 2016 | Artikel, Dakwah
Pembelaan, loyalitas, kesetiaan, dukungan dan kecintaan mukmin sudah pasti kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman.
“Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, berkasih sayang dan mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun itu bapak, anak, saudara ataupun keluarga mereka…” (Q.S. Al Mujadilah : 22)
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Sep 29, 2016 | Adab dan Akhlak, Artikel
Al-Laits bin Sa’ad berkata kepada para ahli hadist : “Pelajarilah kesantunan (adab) sebelum engkau mempelajari ilmu.”
Apalah artinya ilmu, jika tidak dibarengi dengan adab yang baik. Apalah gunanya qur’an dan hadist yang dihafal, jika tak membuahkan akhlak yang mulia. Menjadi mukmin yang baik bukan sekedar memperkaya diri dengan ilmu, tapi yang lebih penting bagaimana menghias diri dengan akhlak yang baik.
Membekali diri dengan ilmu memang merupakan perkara yang penting. Akan tetapi mendidik diri agar memiliki adab yang baik merupakan perkara yang lebih penting.
Ibnu Wahab berkata : “Adab yang kupelajari dari Imam Malik lebih baik dari ilmu yang kupelajari darinya.”
Salah seorang salaf berkata kepada Ibnul Mubarak : “Kebutuhan kita pada adab lebih penting daripada kebutuhan kita pada ilmu.”
Ibnul Mubarak berkata : “Aku mempelajari adab selama 30 tahun, dan aku mempelajari ilmu selama 20 tahun.
Imam Syafi’i berkata : “Yang dikatakan ilmu bukanlah yang dihafal, akan tetapi yang disebut ilmu adalah yang bermanfaat.”
by Danu Wijaya danuw | Sep 28, 2016 | Artikel, Dakwah
Membenarkan tindak merusak dari siapapun pihak, tentu keliru. Dan yang paling keliru jika hilang kepedulian.
Nabi berkata “Aku hadiri sumpah membela si lemah (hilful fudhul) dirumah Abdullah bin Jad’an. Jika aku diundang dalam Islam untuk serupa, pasti akan aku penuhi.” (H.R. Ibnul Ishaq)
Kaidah besar pemerintahan menjadikan golongan paling lemah dalam negara sebagai basis perumusan kebijakan untuk melindungi seluruh rakyat.
Masih ada jalan untuk memberikan anggaran bagi perlindungan golongan lemah. Iktikad baik dinantikan semua. Sebab kegeraman itu bertumpuk. Seringkali para pembesar menggasak uang negara, masih tega ngotot menaikkan harga hajat insan.
Ya, Allah baikkan semua. Jika menaikkan BBM melampaui batas. Harapan tertuang dalam doa pada-Mu ya Rabbi. Bahwa kami pribadi selalu optimis dan positif melihat masa depan sehimpit apapun kesulitan.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media