by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Sep 8, 2016 | Konsultasi, Konsultasi Ibadah
Assalamualaikum ustadz. Bagaimana bila seseorang berkurban, tetapi menghilangkan sunnah-sunnah dalam berkurban?
Jawaban :
Waalaikumsalam wr.wb.
Apabila seseorang berkurban dan mengabaikan sunnah-sunnah kurban, maka harus dilihat dulu apakah sunnah-sunnah tersebut berkaitan dengan syarat sahnya kurban atau tidak.
Jika ia berkaitan dengan syarat sahnya kurban seperti hewan tersebut bebas cacat (buta, pincang, dll), atau juga melafadzkan basmalah (dalam madzhab hanafi dan hambali), maka sunnah-sunnah tersebut wajib dilakukan.
Sedangkan jika sunnah yang dimaksud tidak terkait dengan syarat sah dan hanya berkaitan dengan adab, seperti menghadap kiblat, menyembelih sendiri hewan kurbannya, dll maka kurbannya tetap sah, walaupun tidak sesempurna mereka yang melaksanakan kurban disertai dengan sunnahnya.
Wallahu a’lam
Ustadz Fahmi Bahreisy, Lc
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Sep 8, 2016 | Konsultasi, Konsultasi Ibadah
Assalamu’alaikum ustadz. Ana mau menanyakan hadits : tentang seseorang yang memiliki kelebihan harta, tetapi di tidak mau berkurban. Maka adanya pelarangan untuk mendekati majelis-majelis kami kata Rasulullah. Apakah derajat hadits ini shohih apa dhaif? Syukron.
Jawaban :
Waalaikumussalam wr. wb.
Terkait dengan hadits “Barang siapa yang memiliki keluasan harta namun tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati masjid kami.”
Hadits ini dishahihkan oleh Al Hakim di Al Mustadrak, adz-Dazhabi, al Baihaqi dalam sunannya, ibnu abdil bar di dalam kitab at-Tamhid, Ibnu Hajar, dan lainnya.
Sedangkan al Arna’uth mengatakan bahwa hadits ini dhaif, dikarenakan salah satu perawinya -Abdullah bin Iyash- adalah perawi yang lemah.
Dari keterangan diatas, walaupun ada yang mengatakan bahwa hadits ini dhaif, kami cenderung ikut pendapat yang menshahihkan hadits diatas. Sebab dari jalur periwayatan (rawi), ia memiliki kurang lebih 37 jalur.
Terdapat rawi Abdullah bin Ayyasy , namun periwayatan hadis tersebut memiliki syahid (jalur lain berbeda shahabat) dan mutabi’ (jalur lain dengan shahabat yang sama), yaitu Ubaidullah bin Abu Ja’far .
Kata Abu Hatim, An-Nasai, dan Ibnu Sa’ad, “Dia tsiqah (kredibel).”
Wallahu a’lam
Ustadz Fahmi Bahreisy, Lc
by Danu Wijaya danuw | Sep 7, 2016 | Artikel, Dakwah
Kata Ali bin Abi Thalib, “Zuhud itu sikap, bukan keadaan. Zuhud yang paling utama adalah zuhud yang disembunyikan.”
Adapun menurut Ibnu Taimiyah, “Zuhud sejati adalah meninggalkan yang haram dan menjauhi syubhat yang remang.”
Zuhudnya Abu Bakar, ia enggan pada dunia dan dunia pun enggan padanya. Harta ditangannya, akhirat di hatinya.
Zuhudnya Umar, dia enggan pada dunia, tapi dunia bertekuk lutut merayu. Banjir nikmat tapi dia ikat dirinya pada teladan Nabi dan Abu Bakr.
Imam Ahmad menuturkan, “Zuhud adalah makanan yang menegakkan punggungmu, pakaian yang menutup auratmu, dan rumah yang menyembunyikam tangis sujudmu.”
Sementara Ibnul Mubarak menjelaskan, “Zuhud adalah segala kenikmatan yang bisa membuatmu menyatakan yang benar tanpa takut, menolong yang lemah tanpa ragu.”
Ali r.a. menambahkan, “Zuhud penguasa: tampilkan nikmat Allah kepada lainnya agar mengilhami. Zuhud penguasa: jauhi kemewahan agar tiada tersakiti.”
Zuhud itu menghiasi diri dengan syukur dan sabar, menghiasi amal dengan ridha dan ikhlas, menghiasi sesama dengan cinta dan ukhuwah.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Pro-U Media
by Danu Wijaya danuw | Sep 7, 2016 | Artikel, Dakwah
Hari ini berdenyut lancar jantung dan nadi, tapi dzikir dihati sedikit sekali. Moga Allah ampuni.
Hari ini sejuk segar, dan napas pun lancar, tapi keshalihan tak banyak terpancar. Moga Allah ampuni.
Hari ini bergerak kian kemari, berbuat ini dan itu, entahkah sudah membaikkan sesama dan diri. Moga Allah ampuni.
Hari ini karunia Allah melimpah bagai lautan, tapi banyak terguna bukan dalam bakti, bahkan mendurhakai. Moga Allah ampuni.
Hari ini merasa gembira jika dipuji hal yang tiada, merasa marah jika disebut aib nyata. Moga Allah ampuni.
Hari ini bagai terjangkit penyakit mematikan, takjub pada kebaikan sendiri, merasa lebih baik dari sesama. Moga Allah ampuni.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Pro-U Media
by Danu Wijaya danuw | Sep 6, 2016 | Artikel, Dakwah
Para pionir Islam seperti sahabat Nabi ada di hati dan cintanya. Tokoh hebat yang bergabung belakangan turut merasakan penghargaan, kesempatan bakti dan nasihat.
Suatu ketika sahabat nabi, Abdurrahman bin Auf menentang kebrutalan Khalid, lalu Khalid mengkasarinya. Nabi kemudian menegur Khalid dengan kalimat dahsyat. “Jangan pernah kau cela sahabatku, hai Khalid. Demi Allah, andai kau infakan emas segunung Uhud, takkan bisa menyamai segenggam kurmanya!”
Apa khalid bukan sahabat? Ya sahabat juga. Tetapi 8 bulan yang penuh kemenangan itu jadi mungil disandingkan 20 tahun luka dan duka sahabat termasuk Abdurrahman bin Auf.
Uhud katanya merusak nurani. Disana Abdurrahman jadikan tubuhnya perisai lindungi Nabi dari usaha membunuh Nabi.
Infaq segenggam kurma Abdurrahman tak tertandingi emas sepenuh gunung. Tetapi memangnya pernah Abdurrahman infaq cuma segenggam?
Sekali ada seruan Nabi, Abdurrahman bisa mengeluarkan 40.000 dinar. Kadang jua 1.000 unta beserta seluruh muatannya.
Bagaimana mungkin Khalid apalagi kita mengejarnya? Sejak saat itu Khalid yang semula ganas dan angkuh jadi lebih terkendali.
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Pro-U Media