0878 8077 4762 [email protected]

Ekonomi Irak Semakin Baik Setiap Tahun

Setelah Saddam Hussein berakhir pada 2003, pemerintah Irak dibantu Amerika dan negara Arab sekitar segera melakukan pembenahan di Irak. Menurut laporan yang dirilis oleh cbsnews, dana sekitar $60 miliar sudah digelontorkan untuk membangun kembali Irak yang sudah porak-peranda akibat perang.
Sebanyak $2,4 miliar dikucurkan untuk perbaikan di bidang pengairan, kelistrikan, juga termasuk sektor lainnya antara lain makanan, kesehatan dan tanggungan bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal pasca perang.
Dampaknya memang cukup terasa, di atas kertas ekonomi Irak pada 2004 masih tercatat $36,628 miliar, nilai yang tak jauh berbeda ketika kali pertama Saddam berkuasa.
Kemudian ekonomi Irak membaik, pada 2008 dengan GDP mencapai $131,614 miliar, hingga melaju pada puncaknya di 2014 yang mencapai $234,648 miliar, dengan GDP per kapita tertinggi pasca-Saddam sebesar $6.879,698 per kapita per tahun.
Kinerja ekonomi rata-rata setelah kejatuhan Saddam relatif stabil, tidak se-fluktuatif saat Saddam masih memimpin.
Perkembangan ekonomi yang mencapai 6% pada masa pasca perang tentunya tidak dapat dibilang jelek. Tingkat produksi minyak akhirnya kembali pada taraf seperti sebelum perang, demikian keterangan Badan Energi Internasional Irak.
Pendapatan juga merata di antara semua kelompok masyarakat. Sementara dulu, pengaturan pembagiannya lama dipertikaikan. Untuk jangka panjang, ini tentunya juga menjadi sumbangan besar bagi perdamaian.
Irak Sudah ‘Demokratis’
Dugaan bahwa Irak tidak akan pernah memiliki struktur demokratis juga ternyata salah. Dalam pemilihan parlemen dan pemilihan presiden warga Irak terus memberikan suara, walaupun ada ancaman teror.
Dengan cara itu, secara meyakinkan mereka menggunakan hak untuk menjadi warga negara sepenuhnya diperoleh kembali dan dibayar dengan mahal.
 
Sumber : Tirto/DW

Pembangunan Kembali Irak Setelah Kekalahan ISIS

Pembangunan Kembali Irak Setelah Kekalahan ISIS

VOA melaporkan, Irak diperkirakan membutuhkan dana sekitar 88,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.200 triliun.
Sementara itu, secara terpisah, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson diyakini akan mengumumkan bantuan lebih dari 3 miliar dollar AS atau Rp 40,9 triliun.
Namun, masih banyak uang yang dibutuhkan untuk membangun Irak. Sebelumnya, ISIS berhasil merebut kota terbesar kedua di Irak, Mosul, dan sebuah wilayah yang luas pada Juni 2014.
“Kami telah menyelesaikan satu pertempuran, tetapi sekarang kami menghadapi perang untuk rekonstruksi,” kata Mustafa al-Hiti, kepala pendanaan rekontruksi Irak untuk daerah yang terkena dampak operasi teroris.
Pemerintah Irak telah menerbitkan daftar sekitar 157 proyek yang membutuhkan suntikan dana dari investor swasta mencakup pembangunan kembali fasilitas yang hancur seperti bandara, perumahan rumah sakit, sekolah, jalan,  dan lain-lain.
Wilayah yang paling parah terkena adalah Mosul. Kendati pasukan koalisi pimpinan AS dapat memukul mundur ISIS, serangan udara dan bom mobil menghancurkan rumah dan bangunan pemerintah.

warga-irak-merayakan-kemenangan-militer-yang-berhasil-mengalahkan-isis-_171211072047-194

Warga Irak merayakan kemenangan pemerintah atas ISIS di Tahrir Square kota Baghdad, Irak


Dari kebutuhan dana tersebut, pejabat Irak memperkirakan sekitar 17 miliar dollar AS atau Rp 231,9 triliun bakal dialokasikan untuk pembangunan rumah warga.
PBB mengestimasi 40.000 rumah perlu dibangun kembali di Mosul.
“Sebagian besar kerusakan terjadi di Mosul barat. Wilayah itu melewati salah satu pertempuran terburuk dan paling sengit dalam sejarah,” kata Nofal al-Akoub, Gubernur Provinsi Nineveh, Irak.
Al-Akoub mengatakan, butuh 42 miliar dollar AS atau Rp 572,9 triliun untuk membangun provinsinya.
Perang melawan ISIS telah mengungsikan lebih dari 5 juta orang. Baru sekitar setengahnya kembali ke kampung halaman mereka di Irak.
Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump pada Senin (12/2/2018) berkicau di Twitter mengenai penghabisan dana di Timur Tengah menurutnya merupakan tindakan bodoh.
Miliaran dollar AS telah dikucurkan ke Irak, setelah invasi pimpinan AS pada 2003 berhasil menggulingkan diktator Saddam Hussein.
Sementara baik pemerintah AS atau non pemerintah AS telah menghabiskan lebih dari 60 miliar dollar AS, atau Rp 818 triliun selama 9 tahun untuk Irak. Sekitar 25 miliar dollar AS atau Rp 314 triliun masuk ke pendanaan militer Irak..
 
Sumber : SindoNews/VOA

Peristiwa Tanjakan Emen Jangan Dikaitkan Dengan Mistis

KITA tentu sudah pasti sudah tidak asing lagi dengan salah satu misteri ini? Misteri tanjakan emen. Misteri Tanjakan Emen ini dikabarkan karena adanya sosok ghaib dari Emen, salah seorang yang mengalami kecelakaan maut di tanjakan, tepatnya di kota Bandung. Sosok Emen akan mengganggu kendaraan yang melintasi jalan tersebut.
Terkait hal ini, wartawan islampos mewawancarai ustad Yusef Solehuddien, M. Ag., Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Purwakarta sekaligus pemimpin Yayasan Al-Manar Purwakarta, Jawa Barat.
Dalam kasus Tanjakan Emen, menurut ustad Yusef ada tafsiran yang bersifat mistis. Tafsiran yang cenderung ke arah khurafat, apalagi kalau adanya kepercayaan kuat akan timbul sebuah kemusyrikan.
“Masyarakat harusnya tidak memercayai atau melakukan sesuatu yang sifatnya percaya dengan adanya mistis di situ, misalnya dengan melempar roti, memencet klakson dan lain sebagainya.” terang sekjen MUI itu.
Ustad Yusef mengatakan, Sudah ada doa dalam perjalanan yaitu: “Bismillahi tawakkaltu ‘alallah, wa laa haula wa laa quwwata illa billah.”
Atau, “Alhamdulillah, subhaanal ladzii sakhkhara lanaa, haadza wa maa kunnaa lahu muqriniin, wa inna ila rabbinaa lamunqalibuun.”
Atau melafalkan kalimat Taawudz untuk mendapat perlindungan dari Allah SWT. /Ip

Mengapa Dajjal Tidak Disebutkan Dalam Al-Quran?

 
DALAM bahasa Arab, istilah dajjal lazim digunakan untuk menyebut “nabi palsu”. Namun, istilah ad-Dajjal, yang dimaksudkan di sini merujuk pada sosok “pembohong” yang muncul menjelang dunia berakhir atau kiamat.
Sosok itu juga disebut sebagai al-Masih ad-Dajjal; yang dimaksudkan di sini adalah “Al-Masih Palsu”. Menurut beberapa sumber, istilah ini berasal dari istilah Syria, yakni Meshiha Deghala yang telah menjadi kosakata umum di Timur Tengah selama lebih dari 400 tahun sebelum al-Qur’an diturunkan.
Dalam kamus Lisân al-‘Arab, dikemukakan bahwa Dajjal berasal dari kata dajala, artinya menutupi. Mengapa dikatakan menutupi?
Karena ia adalah pembohong yang akan menutupi segala kebenaran dengan kebohongan dan kepalsuannya. Dikatakan “menutupi” karena Dajjal kelak akan menutupi bumi dengan jumlah pengikutnya yang sangat banyak.
Ada juga yang berpendapat bahwa Dajjal kelak akan menutupi manusia dengan kekafiran atau ingkar terhadap kebenaran yang datangnya dari Allah Swt.
Menurut Al-Qur’an
Lalu, siapakah sesungguhnya Dajjal menurut rujukan utama dan pertama kita dalam menggali berbagai informasi, utamanya berkaitan dengan agama, yakni al-Qur’an al-Karim?
Sayangnya, kata Dajjal ini tidak disebut secara langsung di dalam al-Qur’an. Namun, sumber kedua kita, yakni hadits Nabi Muhammad Saw banyak menginformasikan tentang Dajjal ini.
Mengapa Dajjal tidak disebut secara langsung di dalam al-Qur’an? Pertanyaan ini perlu kita jawab terlebih dahulu sebelum menelusuri informasi tentang Dajjal dari hadits Nabi Saw.
Jawaban yang sesungguhnya, sudah barang tentu, hanya Allah Swt. Yang Maha Mengetahui. Namun, para ulama memberikan pendapat mengenai hal ini.
Penyebutan Dajjal di dalam al-Qur’an sudah termasuk dalam kandungan ayat sebagai berikut:
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: ‘Tunggulah olehmu sesungguhnya Kami pun menunggu (pula).” (QS al-An’âm [6]: 158).
Dalam surat al-An’âm ayat 158 di atas disebutkan “tanda-tanda atau ayat Tuhanmu”, yang dimaksudkan adalah tanda-tanda kiamat, dalam hal ini adalah munculnya Dajjal.
Sebab, disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: “Tiga hal apabila telah muncul (terjadi) maka tiada bermanfaat lagi sebuah keimanan bagi seorang yang belum beriman (sebelumnya): Dajjal, dâbbah, dan terbitnya matahari dari arah barat.”
Ada yang berpendapat bahwa tidak disebutkannya Dajjal secara langsung di dalam al-Qur’an adalah sebagai bentuk penghinaan kepada Dajjal yang di akhir zaman mengakui diri sebagai Tuhan.
Hal ini berbeda dengan disebutkannya Fir’aun di dalam al-Qur’an, meski dia telah mengakui diri sebagai Tuhan, karena Fir’aun telah habis atau selesai masanya sehingga hal ini dapat sebagai peringatan atau pelajaran bagi umat manusia setelahnya.
Namun, Dajjal akan hidup di akhir zaman dan akan menjadi ujian bagi umat manusia.
Demikianlah di antara jawaban dari para ulama tentang tidak disebutkannya Dajjal secara langsung di dalam al-Qur’an.
 
Sumber: Ammazet

Benarkah Abu Janda Warga Nahdliyin? Ini Penjelasan Resmi NU

Permadi Arya atau Abu Janda Al-Boliwudi pernah menyatakan jika dirinya adalah warga Nahdliyin.
Untuk menguatkan hal itu ia pernah mengunggah fotonya bersama Ketua PBNU, Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siradj.
Pertanyaan soal apakah Abu Janda NU atau bukan ternyata sudah pernah muncul di situs resmi NU Januari 2017 lalu.
Saat itu banyak yang menghubungkan Abu Janda dengan Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser).
Namun Kepala Satuan Koordinasi Nasional (Kasatkornas) Banser Alfa Isnaeni, membantah hal tersebut.
Alfa Isnaeni, mengatakan, akun Facebook “Abu Janda” sama sekali tidak memiliki hubungan dengan Gerakan Pemuda Ansor dan Barisan Ansor Serbaguna (Banser). Sebab Ansor dan Banser tidak berwatak demikian.
Hal itu setelah Alfa menugaskan kader untuk melacak siapa sebenarnya yang membuat akun Abu Janda tersebut.
“Dengan nama akun yang tidak jelas, kita mesti berhati-hati dengan akun model Abu Janda ini. Selain tidak jelas profilnya, kita masih meraba motif dan kepentingannya apa,” ujar Alfa saat itu.
Untuk diketahui, belakangan ini publik ramai membincang akun Ustad Abu Janda Al-Boliwudi. Tulisan-tulisan Abu Janda NU diikuti banyak orang. Namun, banyak pula akun-akun menentang bahkan memusuhinya sehingga terjadi perdebatan di kolom-kolom komentar.
Intinya, lanjut dia, perlu selektif dan tidak gampang ngeshare dari orang-orang model begini, yang mungkin belakangan sudah banyak jumlahnya di media sosial.
“Sesuatu yang baik itu jelas sumber dan motifnya. Banser tidak akan membiarkan siapapun yang akan memecah belah NKRI dengan beragam cara. Di dunia nyata dan dunia maya (internet), Banser selalu ada untuk menjaga NKRI,” pungkasnya.
Persoalkan Hadist, Abu Janda di-Skakmat Mahfud MD
Permadi Arya alias Abu Janda kembali jadi perbincangan saat tampil dalam ILC TV One Selasa (5/desember/2017).
Abu janda sempat telibat perdebatan sengit dengan ustadz Felix Siuaw.
Salah satu yang dikritik Abu Janda yang memiliki 350 ribu pengikut di facebook ini adalah tentang hadist.
“Hadits itu kan baru ada 200 tahun setelah Nabi wafat,” kata Abu Janda.
Sontak saja Mahfud MD, Pakar Hukum Tata Negara yang juga tokoh menyemprot Abu Janda gara-gara pernyataannya itu.
“Ketika Saudara Felix membaca beberapa hadits, lalu dia (Abu Janda) membantah mengatakan bahwa hadits itu kan ada 200 tahun sesudah Nabi wafat,
Wah ini sangat bertentangan. Pandangan ini sangat bertentangan dengan tradisi NU,” kata Mahfud MD.
“Justru NU mengembangkan hadits itu dan tahu bahwa hadits itu memang ditulis dan diteliti secara resmi dalam ilmu mustholah hadits. Itu tahu orang NU. Karena setelah diteliti hadits itu ada tingkatannya,” lanjut mantan ketua MK itu.
 
Sumber : tribunnews/nu.or.id