Bagaimana Sikap Terhadap Mertua Istri yang Mengusir Keluarga Sepeninggal Istri?

Assalamualaikum pak ustadz. Saya mau bertanya, istri saya telah meninggal. Kita dikaruniai punya anak laki-laki. Tapi sama bapak dan ibunya almarhunah istri, saya dan anak saya diusir. Saya harus berbuat apa? Sedangkan bangunan yang saya bangun diatas tanah mertua saya tersebut.
Jawaban :
Wa’alaikumsalam warahmatullah wabarakatu
Mungkin bisa dibicarakan baik-baik dari hati ke hati agar jangan sampai terjadi pengusiran.
Kalaupun harus pergi dari tempat tersebut, bisa meminta ganti atas biaya bangunan yang ada. Tapi dengan cara yang baik. Kalau perlu ada pihak ketiga yang menengahi.
Adapun terkait waris, cucu tidak berhak kalau masih ada anak. Yang berhak adalah anak, isteri, dan orang tua. Kecuali mereka sudah tidak ada, baru bisa diwariskan ke yang lain.
Wallahu a’lam.

Hanya Allah yang Mengetahui Orang Bertakwa

Saat Usamah ra tetap membunuh seseorang yang telah mengucap syahadat didepannya ketika perang dengan alasan karena orang itu hanya cari selamat, maka Rasulullah mengkoreksi sikapnya itu dengan berkata, “Apakah engkau telah membelah dadanya? (Melihat isi hatinya)”
Beliau tidak mengajari umat untuk saling curiga dan tidak percaya. Kita disuruh melihat zahirnya saja.
Sayangnya sikap bijak Rasulullah diatas tidak lagi diteladani oleh umat. Begitu mudah dan menuduh saudara seiman. Tanpa mau percaya pada pernyataan dan pengakuannya.
Dalam surat An-Najm ayat 32, Allah berfirman,
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ…
Artinya : “…maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang bertakwa.”

Mencari-cari Kesalahan Muslim

Imam Abu Hatim al-Busti rahimahullah berkata : Tajassus berupa mencari-cari kesalahan orang lain terutama kepada muslim adalah cabang kemunafikan. Sebagaimana sebaliknya prasangka baik adalah cabang keimanan.
Orang berakal akan berprasangka baik kepasa saudaranya dan tidak mau membuatnya sedih dan berduka. Sedangkan orang bodoh akan berprasangka buruk kepada saudaranya dan tidak segan-segan berbuat jahat dan membuatnya sedih.

Imam Mazhab Sepakat Melarang Mencela Sahabat Rasul

Para ulama Imam Mazhab yang menjadi rujukan umat Islam hingga saat ini, dengan wara’ dan tulus berpandangan sama melarang kebiasaan mencela para sahabat Nabi saw :
Imam Malik berkata, “Orang yang mencela sahabat Nabi saw tidak memiliki bagian dalam Islam”
Imam Hambal berkata, “Orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan Aisyah ra tidak lagi berada diatas agama Islam.”
Imam Syafi’i berkata, “Menurutku tidak ada kelompok penganut hawa nafsu yang lebih berdusta daripada kalangan rafidhah.”
Imam Hanafi berkata, “Siapa yang meragukan kekufuran mereka, maka ia kafir seperti mereka (rafidhah).”

Loyalitas dan Kecintaan Mukmin

Pembelaan, loyalitas, kesetiaan, dukungan dan kecintaan mukmin sudah pasti kepada Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang beriman.
Kamu tidak akan mendapati kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, berkasih sayang dan mencintai orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun itu bapak, anak, saudara ataupun keluarga mereka…” (Q.S. Al Mujadilah : 22)

X