by Danu Wijaya danuw | Jul 3, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Ahmad Antoni, wartawan Harian Seputar Indonesia yang ikut menumpang helikopter Basarnas nahas, lolos dari maut karena lebih dulu turun dari helikopter sesaat sebelum heli tersebut jatuh di kawasan Gunung Butak, Temanggung, Jawa Tengah.
Ahmad mengatakan, sebelum helikopter jatuh, ia dan tim SAR sempat shalat zuhur berjamaah.
Shalat zuhur terakhir tim Basarnas itu dilakukan saat mereka istirahat di kawasan lapangan Tol Fungsional Gringsing. Mereka beristirahat untuk melepas lelah usai memantau kondisi arus balik Kendal dari udara.
Saat sedang beristirahat, tiba-tiba ada kabar terjadi insiden letusan kawah Sileri di Dieng, Banjarnegara. Namun saat itu belum ada instruksi menuju ke lokasi letusan. Tim kemudian memutuskan untuk makan siang dan shalat zuhur berjamaah.
“Usai makan sebelum balik, saya bersama pilot dan copilot beserta krunya menyempatkan untuk shalat Zuhur berjamaah di mushala yang ada di rumah makan tersebut.
‘Pak monggo jadi Imam,’ pinta Kapten Haryanto kepada saya. Tapi saya tak mengiyakan dan meminta pengunjung lain yang seorang bapak paruh baya menjadi imam,” kisah Ahmad.
Selain kenangan shalat jamaah terahir itu, Ahmad menceritakan kisahnya ikut terbang selama 2 jam bersama tim Basarnas. Ahmad mengawali ceritanya dari saat dia diminta ikut terbang memantau kondisi dengan menggunakan helikopter.
Sebelum terbang dari Lanud Ahmad Yani, Ia mengatakan melihat sejumlah kru sedang melakukan persiapan dan pengecekan helikopter.
Setelah itu sekitar pukul 09.30 WIB, tim melakukan briefing. Kapten Haryanto, pilot helikopter, memimpin doa dan mengajak tos bersama di samping heli. Sebelum tos, Kapten Haryanto sempat meminta foto bersama.
Selain kru Basarnas, turut pula sejumlah wartawan, yakni dari Suara Merdeka dan Net TV.
Helikopter lalu terbang mengudara di langit Semarang melewati Kendal, menuju Tol Fungsional Gringsing hingga Brebes Exit.
Agenda kegiatan hari itu memang memantau lewat udara jalur arus balik. Selama dua jam terbang, kondisi helikopter stabil. Namun saat mendarat di lapangan Tol Gringsing, helikopter sempat bergetar.
“Seorang rekan jurnalis sempat bertanya kepada pilot ‘Kenapa kok rasanya bergetar-getar begitu Mas?’
Kapten Haryanto pun menjawab kalau hal itu lebih karena faktor terbang di atas perbukitan dengan kondisi angin yang kencang karena kawasan tersebut dekat dengan laut,” cerita Ahmad.
Heli mendarat dengan mulus dan kru beristirahat untuk mengisi perut. Setelah itu, pukul 14.00 WIB Ahmad memutuskan untuk pamit ke Semarang via jalur darat.
Ahmad bersama rekan wartawan lainnya diantar menggunakan mobil Basarnas ke Lanus Ahmad Yani. Kala itu Ahmad belum mendengar kabar apapun soal kondisi helikopter.
Hingga akhirnya pada pukul 18.15 WIB dia baru mendapat kabar kalau Helikopter Basarnas jatuh. Ingatannya pun kembali saat dia ikut patroli bersama tim Basarnas dari pagi hingga siang tadi.

Pesawat Basarnas jatuh menabrak Dieng saat ingin mengevakuasi warga sekitar Dieng
“Kabar itu begitu cepat hingga dipastikan jika heli yang dipiloti kapten Haryanto mengalami kecelakaan menabrak tebing gunung Batok. Banyak SMS, BBM dan telp dari teman-teman pada bertanya tentang kondisi saya,” kata dia.
Ahmad langsung mengecek kondisi rekan wartawan lainnya yang sempat ikut terbang. Tidak ada wartawan yang ikut rombongan ke lokasi Kawah Sileri.
Dalam hati Ahmad juga berdoa agar kru Basarnas selamat. Namun nasib berkata lain, 8 orang kru yang ikut ke Kawah Sileri, semuanya gugur.
“Anda adalah pahlawan kemanusian sejati. Selamat Jalan semuanya, semoga istirahat dengan tenang, Khusnul Khotimah. Amin YRA,” tutup Ahmad.
Sumber : Kumparan
by Danu Wijaya danuw | Jul 3, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Gubernur DKI terpilih Anies Rasyid Baswedan mengapresiasi pidato Barack Hussein Obama dalam Kongres Diaspora Indonesia ke-4.
Anies dan Obama sempat bertemu di salah satu ruangan untuk berfoto bersama dan mengobrol seputar toleransi.
“Tadi saya berbicara dengan Pak Obama, saya sampaikan apresiasi pidatonya,” kata Anies setelah menghadiri Kongres Diaspora di Mal Kota Kasablanka, Jaksel, Minggu (1/7/2017).
Obama menyampaikan sejumlah hal dalam pidatonya, dari toleransi hingga ketimpangan sosial. Anies lalu mengatakan kepada Obama bahwa dua masalah itu harus diselesaikan berbarengan.
“Saya bilang kepada beliau masalah toleransi, masalah ketimpangan, itu dua-duanya harus selesai sama-sama dan ketimpangan inilah yang sering saya sampaikan dengan membangun persatuan dengan membereskan ketidakadilan,” tutur Anies.
“Keadilan hadir, karena keadilan itu mengantarkan kita pada suasana yang damai, saling menghormati, saling menghargai,” ucapnya.
Pertemuan Anies dengan Obama terjadi di salah satu ruangan di belakang panggung. Obama juga sempat berbincang langsung dengan keempat anak Anies.
“Jadi sesudah selesai pidato di belakang, saya sempat ngobrol dan sampaikan kepada beliau. Di Jakarta, insyaallah kita akan secara serius memperjuangkan untuk menghadirkan kesejajaran, kesetaraan, keseimbangan, dan keadilan. Dengan cara begitu, maka semangat untuk menjaga persatuan dalam kebinekaan bisa dilakukan,” tutur Anies.
Obama pun, kata Anies, mengiyakan ucapannya “Yes, Of Course”. Bahwa toleransi dan ketimpangan sosial harus diurus berbarengan.
“Iya, beliau bilang betul. Dan, menurut Pak Obama, itu nggak bisa sendiri-sendiri, dua-duanya harus bersamaan dan sekarang itu kita nggak bisa berjalan satu saja, harus dua-duanya. Tadi tanggapan beliau begitu,” katanya.
Obama juga memuji toleransi Indonesia dimana Candi Prambanan
Ahoker Masih Mendendam
Namun pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL) yang juga Ahoker kepanasan. Hal itu terlihat dalam cuitan Mohamad Guntur Romli di twittAnies
Guntur Romli memuat foto pertemuan antara Anies dengan Habib Rizieq, Bachtiar Nasir dan ulama lainnya. Melalui foto tersebut, Romli menyerang Anies, karena isi pembicaraannya dengan Obama tak sesuai dengan foto tersebut. Karena bagi Romli, Habib Rizieq dan kawan-kawan dianggap intoleran.
Sementara situs yang sering memberitakan hoax dan memusuhi Islam, bernama situs Seword, membuat pemberitaan sendiri yang menjelek-jelekkan Anies Baswedan setelah bertemu Obama.
Kekaguman Obama Terhadap Toleransi Indonesia
Barack Obama yang menjadi bintang utama Kongres Diaspora Indonesia di Jakarta, Sabtu (01/07) penampilannya disambut amat meriah, apalagi ketika dia bicara tentang toleransi.
“Ayah tiri saya, dia Muslim, tapi dia hargai orang Hindu, Buddha, Kristen,” kata Obama yang disambut tepuk tangan riuh dan sorak sorai sekitar 4.000 orang yang hadir.
“Dan ketika melihat Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha, di tengah negara Muslim. Candi Prambanan yang Hindu dan dilindungi negara Muslim. Wayang kulit dan Ramayana di negara Muslim, semangat Indonesia haruslah toleransi. Dan itu juga terlihat dari gereja dan mesjid yang bersebelahan,” tutur Obama yang disambut kembali dengan sorakan penonton.
Menurut Obama, toleransi inilah “semangat dan karakter paling penting dari Indonesia yang harus ditiru negara Muslim di seluruh dunia.” Obama mengucapkan, “Bhinneka Tunggal Ika” kemudian ditranslate “Unity in Diversity.”
Sumber : Detik/wajada/bbc
by Danu Wijaya danuw | Jul 3, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Kamis (2/3/2017) malam, di ruang lobi hotel Ritz Carlton Kuningan, Deputi Menteri bidang Da’wah pada Kementerian Urusan Keislaman, Da’wah dan Penyuluhan Arab Saudi Dr. Ahmad Jiilan berbincang dengan sejumlah aktivis media dan da’i Salafi.
Diantara yang hadir pada acara itu adalah Pembina Radio Rodja Ustadz Badrussalam, Pembina Surau TV Ustadz Muhamamd Elvi Syam, Direktur Wesal TV Ustadz Afifudin Rohaly, Sekjen Asosiasi Radio- Televisi Islam Indonesia (ARTVISI) Ustadz Diding Sobarudin dan perwakilan dari Jurnalis Islam Bersatu (JITU).
Syaikh Jiilan menekankan agar para aktivis dakwah lebih melapangkan dada untuk saling menasihati dan tidak terjebak ke dalam fanatisme kelompok. Salah satu wujudnya adalah membuka diri terhadap orang lain dan memperluas referensi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Deputi Menteri Bidang Da’wah Kementerian Urusan Keislaman, Da’wah dan Penyuluhan Arab Saudi Dr. Ahmad Jiilan saat berbincang dengan para wartawan Islamic News Agency (INA) di Jakarta hari Kamis (02/03/2016) kemarin.
Menurut Ahmad Jilan, berlapang dada terhadap sesama muslim ketika melihat perbedaan adalah salah satu aspek penting dalam penyebaran dakwah Islam.
“Jangan membatasi diri dengan satu atau dua ulama; satu atau dua buku saja (sebagai rujukan). Pakai juga yang lain. Sehingga ketika ada orang yang hendak mengkritik, mereka tidak mendapatkan celah.”
“Saya tidak menyalahkan kalian memakai Syeikh Bin Bazz, karena beliau adalah ulama umat, bukan ulama kerajaan. Tetapi saya ingin kalian juga mengambil ulama Yaman, Mesir, Suriah, dan juga ulama Indonesia (sebagai rujukan),” tambahnya.
“Sisi lain yang juga perlu diperhatikan, manusia itu mengikuti ulama negerinya. Seiring dengan penghormatan kalian terhadap ulama Saudi dan lainnya, kalian harus menghormati dan mengambil ilmu dari para panutan umat di Indonesia.”
Misalnya, ia berpendapat, bila ada seorang tokoh yang sudah berjasa selama puluhan tahun dalam dakwah Islam, mereka juga layak dihormati.
Sementara itu, Deputi bidang Media Kementerian Agama Arab Saudi, Dr Rasyid Az-Zahrani, yang juga hadir dalam perbincangan itu, menyebutkan sikap mulia Ibnu Taimiyyah yang dapat dicontoh.
Dalam dakwah Islam, Ibnu Taimiyyah telah menghadapi pertentangan kuat dari seorang ahli kalam. Namun ketika orang itu meninggal dunia, Ibnu Taimiyyah menanggung biaya hidup istri dan keluarganya.
Ia tidak menjadikan orang yang berseberangan sebagai musuh yang harus dibenci, tetapi sebagai peluang dakwah yang berpotensi menerima jalan kebenaran.
Menurut Dr Rasyid, penyebaran dakwah Islam juga dihambat oleh fenomena sebagian dai yang keras dalam bersikap dan menuduh setiap orang yang ia lihat keliru sebagai ahli bid’ah. Selain mempersempit dakwah, tindakan ini sangat berlebih-lebihan.
“Jangan terlalu mudah menuding; ini bid’ah, itu bid’ah. Bila berlebihan, maka ini akan menjerumuskan ke dalam takfir serampangan (mengafirkan orang yang tidak berdasar),” ujarnya.
Sempitnya pandangan sebagian dai telah membuat mereka terpecah-pecah dan tidak menyatu. Inilah yang harus dihindari. Karenanya, hendaknya semua dai dan ahli dakwah berusaha lebih lapang dada dan terbuka.
Menurut beliau, orang yang banyak manfaat bagi umat selama mereka bagian dari ahli Sunnah, perlu didekati dan dirangkul, bukan dijauhi.
Sebab, sempitnya pandangan sebagian da’i itu telah membuat mereka terpecah-pecah dan tidak menyatu. Maka ini harus dihindari, dan hendaknya berusaha untuk lebih lapang dada dan terbuka.
Ia berharap bila diberi umur panjang, tidak lagi menyaksikan perpecahan di antara mereka.
by Danu Wijaya danuw | Jun 29, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto membenarkan bahwa Film pilihan Police movie festival berjudul “Kau adalah Aku yang lain” telah dihapus dari akun Twitter resmi Divisi Humas Polri. Penghapusan film kontroversial tersebut karena telah menimbulkan pro kontra ditengah masyarakat.
“Sementara kita hapus dulu karena menimbulkan pro dan kontra,” ujar Polri Irjen Setyo Wasisto seperti dilansir republika, rabu(28/6/2017).
Setyo menerangkan bahwa akan ada penjelasan dan klarifikasi dari juri maupun pembuat film. Sehingga kontroversi terhadap film tersebut dapat segera terurai.
“(Dihentikan) sampai nanti menunggu juri maupun pembuat film akan memberikan klarifikasi,” tergas Setyo.
Terkait penjurian, kata dia, ajang bertema “Unity in Diversity” dilakukan oleh para juri profesional. Mereka terdiri dari sutradara film, bintang film, budayawan, serta anggota polri. Mereka menyeleksi 241 pendaftar hingga terpilih 10 film pendek dan 10 animasi yang masuk dalam nominasi.
“Jadi jurinya ada beberapa orang, ada sutradara film, bintang film, budayawan, ada Polri juga, nah dari hasil itu ditetapkan yang juara adalah itu kau adalah aku yang lain,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan kamis (29/6/2017), film “Kau Adalah Aku yang Lain” sudah dihapus dari Page Facebook resmi Divisi Humas Polri.
Seperti diketahui Film “Kau Adalah Aku yang Lain” karya Anto Galon ini menuai kecaman dari publik Indonesia, khususnya Umat Islam, dikarenakan pesan dalam film tersebut sekan-akan Umat Islam tidak memiliki toleransi terhadap Umat agama lain.
Film tersebut juga dianggap pemutarbalikan fakta yang sebenarnya terjadi di masyarakat Indonesia. Justru pada kenyataanya Umat Islam merupakan umat yang paling toleran. Bahkan saat aksi Bela Islam sepasang pengantin katolik tanpa halangan melangsungkan pernikahannya di Gereja Katedral Jakarta.
DPR Kecam Polri soal Film ‘Kau adalah Aku yang Lain’
Anggota Komisi III DPR dari Fraksi PPP, Arsul Sani mengecam beredarnya film pendek berjudul Kau adalah Aku yang Lain, juara ajang tahunan Police Movie Festival ke-4 yang digelar oleh Polri. Arsul menilai film tersebut tidak menggambarkan sikap Islam dan condong menyudutkan.
Menanggapi hal tersebut, Arsul Sani menyebut karya Anto Galon itu tidak mencerminkan mayoritas sikap Muslim jika dihadapkan dengan masalah seperti yang dimunculkan dalam adegan film itu.
Arsul menyebut, Polri yang menjadi pihak penyelenggara acara festival film tahunan itu seakan tengah membuka peluang terjadinya kesalahpahaman di tengah masyarakat. Terlebih, video itu telah viral di media sosial belakangan ini.
“Kami akan tanyakan kepada @DivHumasPolri & @BNPTRI dalam RDP Komisi III DPR soal video yang jadi viral dan ditanggapi sebagai sikap ‘negatif’ terhadap Islam,” tulis Arsul.
Sumber : Republika/CNNIndonesia
by Danu Wijaya danuw | Jun 28, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
Jakarta – Gubernur terpilih DKI Jakarta Anies Baswedan mengatakan Indonesia memiliki tradisi unik yang tidak dimiliki oleh negara lain bahkan di Mekkah dan Madinah. Tradisi itu adalah bersalaman antar sesama umat muslim usai menjalankan Salat Idul Fitri.
“Kesempatan ini (bersalaman) tidak ada di negeri lain. Anda datang di Mekkah sekalipun, di Madinah sekalipun, selesai Salat Id semua pada bubar,” ujar Anies usai menjalankan Salat Idul Fitri di Masjid Al Azhar Jakarta Selatan, Sabtu (25/6/2017).
Anies Baswedan pun merasa bangga Indonesia memiliki tradisi ini. Pasalnya, hal ini dapat dijadikan sebagai momentum untuk saling memaafkan dan bersilaturahmi.
“Di Nusantara ini, di Indonesia ini selesai Salat Id lalu saling mengunjungi semuanya, merajut kembali, mengikat lebih erat. Tingkatkan lagi persaudaraan, mari kita manfaatkan itu, saya pun demikian,” jelasnya.
Dia berharap Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1438 Hijriah ini dapat dijadikan sebagai momen untuk berkumpul bersama keluarga untuk saling memaafkan.
“Di tingkat keluarga kita berkumpul saling memaafkan, di tingkat lingkungan lebih luas bahkan sampai nasional. Jadikan momen 1 Syawal sebagai momen untuk menguatkan tali silaturahmi sebagai saudara sebangsa,” tutur Anies.
“Hari ini juga kesempatan bagi semua untuk silaturahmi juga bagi Jakarta, mari jadikan Jakarta bersilaturahmi, di mana seluruh warganya memanfaatkan momen 1 Yyawal untuk saling memaafkan,” imbuh Anies Baswedan.
Anies Baswedan melalui sebuah video yang diunggah melalui akun instagram, @aniesbaswedan, Anies mengatakan bahwa tak terasa bulan Ramadhan telah meninggalkan kita.

Instagram Anies Baswedan dengan salam dan tausyiah Idul Fitri
Ia berharap, semangat berserah diri kepada Allah dan keteguhan menahan diri dari hawa nafsu dapat terus bisa ditegakkan hingga bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan
“Semoga Allah SWT menerima semua amal ibadah kita. Semoga kita dimasukan ke dalam golongan orang-orang yang beruntung, orang-orang yang meraih kemenangan di bulan Ramadhan dan semoga di bulan syawal ini kita terasa seperti kembali ke fitrah,” ujar Anies, Minggu (25/6/2017). 
Di akhir video, Anies dan sang istri Fery Farhati Ganis yang kompak mengenakan pakaian berwarna putih pun mengucapkan selamat hari raya 1 syawal 1438 H.
“Mengucapkan Selamat Hari Raya 1 Syawal 1438 H. Kami sekeluarga memohon maaf lahir dan batin. Minal aidzin wal faidzin. Taqobalallahu minna waminkum,” tutupnya.
Sumber : Liputan6 /Okezone
by Danu Wijaya danuw | Jun 20, 2017 | Artikel, Berita, Nasional
JAKARTA – Setiap sepuluh hari terakhir Ramadhan, umat Islam berbondong-bondong melakukan iktikaf di Masjid Istiqlal untuk mendapatkan Lailatul Qadar. Mereka melakukan ibadah seperti shalat malam, membaca Alquran, dan berdoa kepada Allah.
Namun, pada tahun ini ada yang berbeda dari pelaksanaan iktikaf di Masjid Istiqlal. Pengurus Masjid Istiqlal kali ini tidak menyediakan hidangan sahur untuk para jamaah.
Lantaran tahun ini tidak ada bantuan dari pemerintah dan hanya mengandalkan swadaya dari masyarakat.
“Tahun yang lalu kan biasanya disediakan 1.000 per malam. Nah tahun ini enggak,” ujar Kepala Bagian Protokol dan Humas Masjid Istiqlal, Abu Hurairah Abd Salam Sabtu (17/6).
Ia menuturkan, pada setiap sepuluh hari terakhir Ramadhan Masjid Istiqlal selalu menggelar shalat malam berjamaah yang dimulai dari pukul 01.00 WIB. Sebelum melaksanakan ibadah tersebut, Imam Besar Masjid Prof Nasaruddin Umar memberikan tausyiah kepada jamaah,
“Kami sudah mengadakan Qiyamul Lail sejak malam ke-21 kemarin. Itu mulainya dari jam satu pagi didahuluhui dengan tausyiah Imam Besar,” ucapnya.
Ia menambahkan, meskipun tidak ada hidangan sahur pada tahun ini jamaah yang melakukan iktikaf di Masjid Istiqlal tidak terpengaruh. Justru, menurut dia, jamaah mengalami peningkatan.
Sangat disayangkan untuk hal ibadah keagamaan dihentikan dengan alasan efisiensi anggaran. Jika dibanding pengeluaran untuk keduniaan bisa hutang hingga Rp 3.000 triliun. Padahal peserta dari masyarakat kurang mampu dengan adanya sahur gratis, jadi termotivasi untuk iktikaf.
Ibadah iktikaf sendiri akan mendapat keberkahan, maghfirah dan rahmat, terutama keistimewaan malam lailatul qadar yang lebih baik dari 1.000 bulan. Dan seringkali imam qiyamul lail bersama jamaah mendoakan pemimpin dan kesejahteraan negeri ini.
Sumber : Republika/LintasParlemen