0878 8077 4762 [email protected]

As Sisi Menang, Demokrasi 'Semu' Pemilu Mesir

KAIRO — Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi memenangkan 97 persen suara dalam pemilu Mesir. Hasil yang tidak mengejutkan bagi rakyat Mesir dan seluruh dunia ini, mengamankan masa jabatan As Sisi sebagai presiden.
Pemilu Mesir banyak mendapat kritikan karena dianggap sebagai ‘one man show’ tanpa adanya oposisi yang kredibel. Bahkan dianggap sebagai demokrasi ‘semu’ setelah dilakukan kudeta militer oleh As Sisi pada pemilu sah sebelumnya. Berikut 5 faktanya :
1. Kandidat Kuat Pesaing Dipenjara
Enam kandidat kuat yang siap bersaing dengan Sisi sebelumnya telah dipaksa mengundurkan diri, diadili, atau dipenjara.
“Perkembangan terakhir, termasuk intimidasi dan penahanan semua kandidat oposisi yang kredibel, dan pembatasan yang diberlakukan terhadap kelompok-kelompok LSM dan media merongrong legitimasi dan kredibilitas pemilihan tersebut,” kata McGovern, Lembaga HAM Amerika.
2. Peserta Pemilu Rendah
Peserta pemilu terlihat lebih rendah dari tahun sebelumnya. Tercatat hanya 41,5 persen pemilih yang ikut berpartisipasi dalam pemilu kali ini. Angka tersebut lebih rendah dari pemilu 2014 lalu sebesar 47 persen. Itupun pemilih diancam dan dipaksa untuk ikut pemilu kudeta.
3. Mousa hanya formalitas Kandidat pesaing
Satu-satunya lawan Sisi dalam pemilu ini adalah Mousa Mostafa Mousa, seorang politikus yang kurang terkenal di Mesir.
Mousa menjadi kandidat presiden beberapa jam sebelum batas waktu pencalonan habis. Sebelumnya Mousa mendukung penuh pencalonan Sisi.
Hasil awal pemungutan suara yang dirilis pada Kamis (29/3) menunjukkan Mousa hanya mendapatkan 3% suara.
4. Banyak warga mesir lebih memilih merusak kartu suara
Menurut The Economist, Mousa berada di posisi ketiga, setelah lebih dari 1 juta warga Mesir justru merusak kertas suara mereka di bilik suara.
Beberapa orang mencorat-coret nama kedua kandidat. Mereka menambahkan nama pemain sepakbola populer Liverpool asal Mesir yaitu Mohamed Salah, di dalam kertas suara. Salah bahkan dilaporkan mendapatkan suara dua kali lebih banyak dari Mousa.
5. Pengamat meyakini pemilu mesir adalah rekayasa
Menurut pakar Sarah Yerkes dari Carnegie Endowment for International Peace, yang berbasis di Washington, kepada media Aljazirah mengatakan,
“Pemilihan ini adalah sebuah lelucon dan rekayasa. Pemilihan ini tidak benar-benar menjadi penanda yang berarti bagi negara,” kata
Krisis ekonomi di Mesir akan menjadi prioritas As Sisi selama masa jabatan keduanya. Risiko kegagalannya bisa menjerumuskan penduduk ke dalam kesengsaraan lebih lanjut.
James Gelvin, profesor Sejarah Modern Timur Tengah di UCLA mengutip sejumlah faktor yang saat ini melanda perekonomian Mesir. Menurutnya, perekonomian akan bertambah buruk, seperti tingkat pengangguran yang tinggi, pembatasan makanan dan bahan bakar, ketidaksetaraan pendapatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan aturan plutokratis.
“Ketika [mantan presiden] Sadat dan Mubarak berusaha memaksakan kebijakan neoliberal, pemberontakan rakyat terjadi. Dalam situasi seperti ini, Sisi tidak diragukan lagi akan melanjutkan represi yang keras, yang mungkin mengutip ancaman terorisme sebagai alasannya,” ujar Gelvin.
 
Sumber : Republika/AlJazirah

Misi Selesai, Pabrik Kimia Rezim Suriah Dihancurkan AS dan Sekutu

Misi Selesai, Pabrik Kimia Rezim Suriah Dihancurkan AS dan Sekutu

Amerika Serikat dan sekutunya, Perancis dan Inggris, melancarkan serangan ke Suriah sebagai respons terhadap dugaan serangan senjata kimia yang dilakukan rezim Suriah, diktator Assad terhadap warganya sendiri di kota Douma pada 7 April lalu.
Dua hari setelah Amerika Serikat dan sekutu meluncurkan serangan rudal melawan pemerintah Suriah, hanya sedikit yang berubah dari kebanyakan penduduknya.
Mereka yang telah menghadapi bertahun-tahun perang saudara di negaranya masih beraktivitas seperti biasanya.
Di sisi lain, ribuan penduduk dari Douma, lokasi yang dilaporkan terjadinya serangan kimia sehingga memicu operasi militer AS, berjuang mencari penampungan dan bergabung dengan jutaan warga lainnya yang mengungsi dari rumah mereka.
Lalu sekarang, setelah Presiden AS Donald Trump menyerukan “misi terselesaikan”, bagaimana nasib Suriah?
Suriah akan tetap terperosok dalam status quo akibat konflik yang membuat rakyat Suriah terjebak pertempuran antara kekuatan global dan regional.
PBB terus berupaya untuk mengadakan pembicaraan perdamaian Suriah, di mana kubu Dewan Keamanan PBB terbelah pendapat. Tujuh tahun sudah berlalu dan perang di Suriah diharapkan dapat segera dihentikan.

2029251189

Misil penjelajah dari kapal Perancis di Laut Tengah yang menghantam pabrik kimia Suriah


Trump memerintahkan serangan pada Sabtu lalu, bersama dengan Inggris dan Perancis, berusaha menekan Assad atas dugaan penggunaan senjata kimia di Douma pada pekan sebelumnya.
Konflik selama 7 tahun juga telah mengakibatkan Suriah terbagi oleh kekuatan-kekuatan dunia

  1. Turki menguasai kota-kota di utara Suriah untuk mengusir ISIS
  2. AS bekerja sama dengan Kurdi di timur
  3. Rusia serta Iran membantu Presiden Assad menyingkirkan pemberontak yang ingin mengganti rezim Assad tersisa di tempat lain.

Pada titik ini, nampak tak ada rencana perdamaian yang akan membawa Suriah pada kondisi cukup stabil sehingga memungkinkan jutaan pengungsi kembali ke rumah mereka.
Direktur Pusat Timur Tengah Carnegie di Beirut, Maha Yahya mengatakan menurutnya, satu-satunya solusi adalah dengan penyelesaian antara Rusia dan AS.
 
Keterangan foto utama : Puing-puing bangunan, bagian dari kompleks Pusat Penelitian dan Penelitian Ilmiah di distrik Barzeh, utara Damaskus
Sumber : CNN/NewYorkTimes/Sindo

Misi Selesai, Pabrik Kimia Rezim Suriah Dihancurkan AS dan Sekutu

Masjid Ini Tempat Mohammed Salah Sholat di Liverpool

Pesepakbola asal Mesir, Mohammed Salah, kini tengah menjadi bintang di Inggris. Merumput di klub sepakbola Liverpool FC, Salah tercatat sebagai pemain yang paling produktif di seluruh Inggris.
Banyak yang terpesona dengan pesepak bola Muslim itu. Tidak hanya soal skillnya dalam menggiring bola, namun juga ketaatannya dalam menjalankan ajaran Islam.
Ya, Salah adalah seorang Muslim yang dikenal rajin beribadah dan tidak pernah absen sholat lima waktu.
Tetapi, tentu menemukan masjid di Liverpool tidaklah semudah di Mesir. Lantas, di mana tempat yang sering dikunjungi Salah untuk sholat?
Sebuah akun Facebook milik komunitas Muslim Inggris-Afrika, Futuwwa, memberikan informasi mengenai masjid yang kerap didatangi Salah.
Hal itu terungkap lewat unggahan foto yang memperlihatkan Salah bersama dan Sadio Mane, pemain Liverpool yang juga seorang Muslim, usai sholat Jumat.
Salah dan Mane berpose dengan beberapa jemaah usai sholat Jumat.
Menurut informasi yang didapat, Salah sering sholat di Masjid Al Rahma yang juga dikenal sebagai Liverpool Central Mosque.
masjid-al-rahma
Masjid Al Rahma merupakan satu dari dua masjid besar di Liverpool. Masjid yang terletak di Hatherley Street, Toxteth, ini terdiri dari tiga lantai dan mampu menampung 2.500 jemaah.
masjid-al-rahma (1)
Lokasi masjid ini juga tidak jauh dari kandang Liverpool, Anfield Stadium. Hanya butuh waktu 15 menit dari stadion menuju Masjid Al Rahma jika menggunakan mobil.
 
Sumber : Dream

Raja Salman Sumbang Rp 2,8 T untuk UNRWA dan Palestina

RIYADH – Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud menyumbangkan dana sebesar 150 juta dolar AS atau sekitar Rp 2 triliun kepada Wakaf Islam Yerusalem (WKI). WKI merupakan lembaga yang ditugaskan mengawasi tempat-tempat suci Islam di Yerusalem.
Berbeda dengan sikap anaknya, Muhammad bin Salman yang kerap dekat dengan yahudi Israel, Raja Salman masih menunjukkan ketertarikan dengan Palestina.
Selain WKI, Raja Salman pun menawarkan bantuan sebesar 50 juta dolar AS kepada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Ia menyatakan bantuan finansial ini merupakan bentuk dukungan Saudi terhadap Palestina.
“Palestina dan rakyatnya ada di hati semua orang Arab dan Muslim,” ujar Raja Salman ketika membuka KTT Liga Arab ke-29 di Dhahran, Saudi, pada Ahad (15/4), dikutip laman Anadolu.
Raja Salman mengatakan, dalam perhelatan KTT Liga Arab kali ini, pertemuan satu hari akan diberi nama “KTT Yerusalem”. Hal ini sebagai penanda bahwa Yerusalem tetap menjadi pusat perhatian negara-negara Arab.
Pada Desember 2017, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. AS menjadi negara pertama yang melakukan hal tersebut.
Keputusan AS memicu protes dan kemarahan dari negara-negara Arab dan Muslim. AS dinilai telah melanggar dan menabrak berbagai resolusi internasional terkait Yerusalem.
Setelah pengakuan tersebut, Palestina menarik diri dari perundingan damai dengan Israel yang dimediasi AS. Palestina menilai AS tak lagi menjadi mediator yang netral dan dapat diandalkan.
 
Sumber : Republika

Ilmuwan Indonesia Berjuluk ‘Profesor Halal’ Sabet Penghargaan King Faisal International Prize 2018

RIYADH — Profesor Doktor Irwandi Jaswir, seorang ilmuwan asal Indonesia berhasil menyabet penghargaan bergengsi di dunia Arab dan Islam “King Faisal International Prize 2018”. Ia menang dalam kategori Pelayanan Kepada Islam (Service to Islam).
Penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud dalam sebuah acara megah yang diselenggarakan di Hotel Faisaliyah, Riyadh, Senin (26/3/2018) malam.
Profesor Irwandi lahir di Medan, Sumatera Utara, 48 tahun yang lalu. Dia merupakan ilmuwan yang dinilai berkontribusi besar dalam pengembangan Halal Science. Penemuannya mempermudah ummat Islam dalam mendeteksi unsur haram pada makanan atau produk lainnya seperti obat dan kosmetik. Dia pun lebih dikenal dengan sebutan “Profesor Halal.”
Profesor Irwandi menyelesaikan S1-nya di Institut Pertanian Bogor dan melanjutkan S-2 serta S-3 di International Islamic University Malaysia (IIUM).
Publikasi internasional Profesor Irwandi Jaswir terdiri dari 75 tulisan ilmiah, 30 buku dan 150 karya ilmiah, selain 60 jenis penghargaan nasional dan internasional yang telah dikantonginya.
Dia adalah orang kedua setelah Dr. Mohammad Natsir (Perdana Menteri ke-5 Indonesia) yang menerima penghargaan yang seringkali disebut “Nobel” dalam dunia Arab dan Islam.
Duta Besar RI merangkap Wakil Tetap Organisasi Kerjasama Islam (OKI), Agus Maftuh Abegebriel, yang hadir dengan undangan VVIP dari Yayasan King Faisal menyatakan
“Kebanggaannya yang luar biasa atas adanya anak bangsa yang berhasil menggondol penghargaan bergengsi tersebut.”
Maftuh juga bangga ketika malam pagelaran super mewah tersebut melihat bendera Merah Putih berjejer di antara 5 bendera lain yaitu Arab Saudi, Inggris, Amerika, Yordania, dan Tunisia.
Penghargaan King Faisal Prize ini diberikan dalam 5 kategori yaitu

  1. Pelayanan Kepada Islam (Service to Islam), diraih Indonesia
  2. Studi Islam (Islamic Studies), diraih Yordania
  3. Bahasa Arab dan Literature (Arabic Language and Literature), diraih Tunisia
  4. Obat (Medicine), diraih Amerika, dan
  5. Sains (Science), diraih Inggris.

Penghargaan yang diberikan kepada Profesor Irwandi ini menjadi penghargaan nyata dunia internasional untuk para intelektual Indonesia.
Tahun Sebelumnya, King Faisal Prize 2017
Pada tahun 2017, Raja Salman juga menerima Nobel dalam kategori yg sama.
Dubes Maftuh menjelaskan bahwa selain Raja Salman dan Prof Irwandi, Nobel ini pernah dianugerahkan kepada 46 tokoh dan institusi di antaranya adalah

  • Abul Hasan an-Nadwi (India)
  • Recep Tayib Erdogan (Turki)
  • Syeikh Hasanain Makhlouf
  • Syeikh Gad al-Haq Ali Gad al-Haq
  • M. Natsir (Indonesia)
  • Roger Garaudy
  • Universitas al-Azhar
  • Mahatir Muhammad,
  • dan semua Raja Saudi pasca Raja Faisal.

 
Sumber : Okezone

Wanita Irlandia Ini Masuk Islam Karena Mendengar Adzan

DUBLIN – Leslie Carter, yang sekarang bekerja untuk Pusat Kebudayaan Islam dan menjabat sebagai asisten koordinator wanita, menyatakan memeluk Islam tiga tahun yang lalu.
Leslie Carter berasal dari Irlandia. Leslie menikah dengan seorang muslim, dan dia tetap menganut agama Kristen. Tapi dia dan suaminya memilih untuk tidak mempermasalahkan dan tetap mempertahankan agamanya masing-masing.
Sebagai non-muslim, Leslie sangat menghormati agama suaminya, begitu juga sebaliknya. Tidak ada masalah tentang agama dalam rumah tangga mereka.
Suatu hari ketika suaminya berniat untuk shalat di Islamic Center. Leslie yang awalnya berniat untuk pergi ke pasar, akhirnya ikut suaminya yang bekerja di Islamic Center tersebut.
Sebenarnya, tidak ada rencana bagi saya untuk menjadi seorang Muslimah pada hari itu, Saya bilang bahwa mungkin saya akan memeluk Islam dalam waktu 10 tahun atau kapan pun.
“Tetapi ketika saya berada di sana dan mendengar suara Adzan, saya mulai menangis. Rasanya seperti ada cahaya dalam hati saya atau sesuatu. Saya tahu saya tidak bisa meninggalkan masjid tanpa menyatakan keimanan saya.” ungkapnya, sebagaimana dilansir oleh OnIslam.net.
Adapun putri sulung saya berumur lima tahun. Jika dia sedang menonton TV dan melihat perempuan yang memakai pakaian terbuka dia akan berteriak “Haram, ganti saluran”.” cerita Leslie.
Leslie Carter mengaku bahwa putrinya suka memakai rok panjang, dan tidak suka memakai rok diatas lututnya.
Setelah menjadi muslim, Leslie sekarang bekerja di Islamic Cultural Center di Irlandia yang dibangun dengan dana bantuan dari Al-Maktoum Foundation yang berpusat di Dubai.
Sekarang, kata Leslie, banyak orang yang datang ke Islamic Center itu untuk meminta salinan Al-quran.
“Mungkin mereka ingin mencari penjelasan tentang Islam yang selama ini belum mereka ketahui,” kata Leslie.
Sebelumnya dia adalah penganut Nasrani. Dia mengaku bahwa dia selalu dihantui pertanyaan seputar keyakinan dalam agama kristen, khususnya mengenai pengakuan dosa yang diungkapkan terhadap pendeta. Menurut Leslie, pengakuan dosa itu seharusnya antara dia dan Tuhan, tidak harus memakai perantara.
Namun lamban laun, Leslie merasa mulai meragukan agamanya dan mulai bertanya-tanya tentang Islam. Leslie banyak membaca buku-buku Islam. Dari situ Leslie merasa telah mendapat jawaban dari pertanyaannya tentang Agama.
 
Sumber : OnIslam.net