by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jun 18, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: M. Lili Nur Aulia
Ibadah puasa terus ada sampai Allah mengizinkan kepada matahari kehidupan untuk terbenam. Pada saat itu orang-orang yang berpuasa benar-benar berbuka atas suara adzan yang bergema, dikumandangkan oleh malaikat Allah Yang Maha Tinggi, sedang dia menyampaikan kabar gembira kepada mereka orang-orang yang berpuasa,
“Dan bergembiralah dengan surga yang dijanjikan kepada kalian.” (QS. Fushilat: 30).
Mereka kelak mendapatkan hidangan berbuka dari Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Pengampun,
“Di tempat yang disenangi di sisi (Rabb) Yang Maha Berkuasa.” (QS. Al Qamar: 55)
Allah menyeru mereka dengan kelembutanNya, dengan rahmat-Nya dan dengan kasih sayangNya: apakah kalian ridha (puas)?
Alangkah indahnya bila kita membangun rencana dalam puasa yang unik ini. Yaitu puasa khususnya khusus ..
Puasanya orang yang ingin dijauhkan dari neraka
Puasanya orang yang ingin mendapatkan ridha Tuhannya ..
Puasanya orang yang ingin mengalahkan derajat orang yang mati syahid ..
Puasanya orang yang ingin berdekatan dengan orang tercinta Muhammad SAW di surga ..
Puasanya orang yang ingin memuliakan tamu (Ramadhan) yang lama ditunggunya.
Setelah ini, sebisa mungkin segeralah tidur lebih awal untuk menyempurnakan program di waktu sahur. Waktu nuzul rabbani (turunnya Tuhan), pada saat Anda berada di tempat bersama malaikat.
(Baca juga: Panggilan Nabawi)
Sumber:
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Jun 17, 2016 | AlimanCenter.TV, Ramadhan
Video Program Spesial Ramadhan: Qadha’ Puasa dan Fidyah oleh Ustadz Hilman Rosyad, Lc
YouTube HD: https://youtu.be/7c7v8xTUiAM
AlimanCenter.Com | Membuka Wawasan – Menggugah Kesadaran
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Jun 17, 2016 | Artikel, Buletin Al Iman, Ramadhan
Oleh: Fahmi Bahreisy, Lc
Sebagai seorang mukmin kita meyakini bahwa setiap perintah atau larangan dari Allah dan Rasul-Nya, pasti mengandung hikmah dan manfaat bagi manusia. Tidak ada satupun aturan dari Allah kecuali didalamnya terdapat kemashlahatan bagi manusia, termasuk ibadah puasa.
Sebagian manusia beranggapan bahwa tak ada manfaat dari ibadah puasa. Persepsi semacam ini tidak lain disebabkan oleh kedangkalan iman dan ketidakfahaman mereka terhadap syariat Allah.
Kita sebagai orang yang beriman, tidak dituntut untuk mencari tahu hikmah atau manfaat dari sebuah ibadah yang telah Allah tetapkan bagi kita. Yang dituntut oleh Allah adalah pelaksanaan ibadah tersebut secara sempurna dan benar, baik kita ketahui hikmahnya ataupun tidak.
Ketika kita melaksanakan syari’at Allah dengan baik dan benar, maka secara otomatis manfaat dan hikmah dari ibadah tersebut akan kita rasakan sendiri. Namun, alangkah baiknya juga jika kita bisa mengetahui hikmah dari ibadah yang kita laksanakan, sebab hal itu akan menambah semangat kita dalam beribadah.
Dalam ibadah puasa, banyak sekali hikmah dan manfaat yang bisa didapatkan oleh orang yang melaksanakannya. Diantaranya ialah bahwa puasa mendidik kita untuk bersikap ikhlas dalam setiap aktivitas yang kita lakukan. Puasa adalah ibadah yang bersifat rahasia antara kita dengan Allah. Tidak ada yang mengetahui apakah seseorang benar-benar berpuasa kecuali kita dan Allah.
Maka dari itu, tatkala ada seseorang yang menjaga dirinya untuk tidak makan dan minum, serta menjaga diri untuk tidak berhubungan suami istri di siang hari, tidak ada yang ia harapkan kecuali ridha dan pahala dari Allah. Oleh karena itu, dalam sebuah hadits Qudis disebutkan, “Puasa adalah untukku, dan aku yang akan memberikan secara langsung pahalanya”.
Ibadah puasa juga dapat membersihkan diri kita dari dosa-dosa yang telah kita lakukan dan dapat melipatgandakan pahala ibadah kita. Sebagaimana dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berpuasa di bulan suci ramadhan, maka dosa-dosanya satu tahun yang lalu akan diampuni oleh Allah” (HR. Bukhari).
(Baca juga: 4 Kiat Sukses Ramadhan)
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Amal manusia ditampilkan pada hari senin dan kamis. Oleh karena itu, aku ingin amalku ditampilkan oleh Allah dalam kondisi aku sedang berpuasa”.
Para ulama mengomentari hadits ini bahwa ketika kita melakukan sebuah ibadah di saat kita berpuasa, maka hal itu akan menambah pahala dan kedudukan dari ibadah tersebut.
Puasa juga melatih kita untuk mengontrol syahwat dan hawa nafsu kita. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa selain setan ada nafsu yang sering kali membuat manusia melakukan perbuatan yang menyimpang dari aturan Allah. Larangan untuk berhubungan intim di siang hari dan ancaman akan gugurnya pahala puasa bagi mereka yang tidak menjaga lisan dan sikapnya, hal ini dapat mengekang hawa nafsu dan syahwat. Ia akan menjadi kontrol agar tidak mendorong manusia untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa adalah perisai, maka ia tidak boleh berkata kotor dan tidak boleh bersikap bodoh. Jika ada seseorang yang mencela dan memusuhinya, maka katakan ‘saya sedang berpuasa’” (HR. Bukhari).
Selain itu ibadah puasa juga dapat menumbuhkan sikap disiplin dalam beribadah dan mengatur waktu. Dalam berpuasa kita dituntut untuk bangun sebelum shubuh untuk makan sahur dan mulai tidak makan dan minum saat adzan shubuh berkumandang. Kemudian kita baru diperbolehkan untuk makan dan minum ketika waktu maghrib sudah masuk.
Ini merupakan sebuah tarbiyah dari Allah agar kita terbiasa hidup disiplin dalam beribadah. Terlebih lagi ibadah puasa membutuhkan fisik yang fit di siang hari, sehingga tubuh kita memerlukan istirahat yang cukup. Hal ini membuat tidur kita lebih teratur demi lancarnya puasa yang kita lakukan.
Puasa juga mendidik kita untuk menjadi manusia yang sosial, peka terhadap sesama, dan perhatian terhadap hubungan silaturrahim. Anjuran untuk memberikan ifthar (ta’jil) dalam berpuasa dan rasa lapar dan haus yang kita rasakan saat berpuasa, ini semua merupakan sebuah tarbiyah dari Allah agar kita menjadi manusia yang peduli terhadap kondisi sesama dan mempererat hubungan silaturrahim dan ukhuwah diantara umat Islam.
Manfaat lainnya ialah dari sisi kesehatan, bahwa dalam banyak penelitian yang telah dilakukan oleh ahli kesehatan dan kedokteran menyebutkan bahwa puasa memberikan dampak positif terhadap kesehatan. Orang yang terbiasa berpuasa memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik daripada yang tidak berpuasa. Apalagi jika kita mengikuti tata cara Rasulullah dalam mengkonsumsi makanan yang dimakan pada saat sahur dan berbuka.
Inilah beberapa manfaat yang dapat menjadi tambahan motivasi bagi kita untuk melaksanakan ibadah puasa. Tentu saja, masih banyak manfaat yang lainnya yang tak dapat kita ketahui. Namun, yang lebih penting dari itu adalah kita melaksanakan puasa dengan sebaik-baiknya sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, agar tujuan dari puasa, yaitu menjadi insan yang bertaqwa, dapat kita raih.
Wallahu a’lam.
Sumber:
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 375 – 3 Juni 2016. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan. Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah. Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Jun 17, 2016 | AlimanCenter.TV, Ramadhan
Video Program Spesial Ramadhan: Yang Diperbolehkan Berbuka (Tidak Berpuasa) di Bulan Ramadhan oleh Ust. Hilman Rosyad, Lc
YouTube HD: https://youtu.be/r6wNXc_tuBI
AlimanCenter.Com | Membuka Wawasan – Menggugah Kesadaran
by Sharia Consulting Center scc | Jun 15, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Shaum atau shiyam bermakna menahan (al-imsaak), dan menahan itulah aktivitas inti dari puasa. Menahan makan dan minum serta segala macam yang membatalkannya dari mulai terbit fajar sampai tenggelam matahari dengan diiringi niat. Jika aktivitas menahan ini dapat dilakukan dengan baik, maka seorang muslim memiliki kemampuan pengendalian, yaitu pengendalian diri dari segala hal yang diharamkan Allah.
Al-Quran menjelaskan bahwa ibadah puasa adalah ibadah alamiyah (universal) yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Bahkan tradisi puasa juga dilakukan oleh binatang-binatang. Hakikat ini mengantarkan pada kita bahwa puasa adalah suatu aktivitas yang sangat dibutuhkan oleh manusia untuk menuju tingkat kesempurnaannya.
Oleh karena itu orang-orang beriman harus mengetahui segala hal yang terkait dengan puasa, sehingga ibadah itu dapat menghasilkan sesuatu yang paling maksimal dalam kehidupan dirinya, keluarga dan masyarakat. Baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam berpuasa, orang beriman tentunya harus mengikuti tuntunan Rasul Saw atau sesuai dengan adab-adab Islam sehingga puasanya benar. Dalam hal ini bahwa yang harus diperbanyak dalam bulan Ramadhan adalah ibadah, bukan makan atau memindahkan jadwal makan, apalagi daftar dan menu makan lebih banyak dari hari biasa. Pilar-pilar di bawah ini yang dapat mengantarkan kesempurnaan puasa umat Islam.
1. Memahami Fiqih Shiyam (Puasa)
Setiap ibadah dalam Islam pasti ada fiqihnya, begitu juga shiyam. Maka memahami fiqih dalam setiap ibadah adalah suatu keniscayaan yang tidak boleh ditinggalkan orang-orang beriman.
Dengan fiqih inilah, puasa yang dilakuakan oleh umat Islam benar-benar bernilai ibadah dan bukan tradisi yang dilakukan hanya sekedar ikut-ikutan tanpa mengetahui adab-adabnya dan segala sesuatu yang terkait dengan puasa.
Bukankah banyak umat Islam yang berpuasa cuma mengikuti arus orang banyak dan tradisi yang berjalan secara turun temurun?
Di beberapa daerah di Indonesia, setelah sahur, masyarakat turun ke jalan, sebagiannya tidak shalat Shubuh. Jalan-jalan ke sana kemari tidak ada sasaran yang jelas, kecuali menghabiskan waktu. Bahkan sebagian mereka — mungkin sebagian besar — berjalan-jalan dengan lawan jenisnya, bukan suami-istri. Tradisi yang lain jalan-jalan menunggu waktu berbuka, bahasa Sundanya ngabuburit. Tradisi lain main-main di masjid saat shalat tarawih, atau menyimpan banyak sekali daftar makanan. Tradisi yang buruk dan membahayakan adalah main petasan dan masih banyak lagi.
Puasa bukanlah sekedar tidak makan dan tidak minum, tapi ada rambu-tambu kehidupan yang harus ditaati, sehingga puasa itu menjadi sarana tarbiyyah (pendidikan) menuju kehidupan yang bertaqwa kepada Allah Swt. Puasa seperti inilah yang bisa menghapus dosa seorang muslim, Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيماناً واحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ ما تَقَدّمَ مِنْ ذَنْبِهِ،
”Barangsiapa berpuasa Ramadhan dengan sepenuh iman dan kesungguhan, maka akan diampunkanlah dosa-dosa yang pernah dilakukan.” (HR. Bukhari dan Muslim ).
2. Mengetahui awal dan akhir Ramadhan dengan benar.
Salah satu yang prinsip dan harus diketahui oleh setiap muslim adalah pengetahun tentang awal dan akhir Ramadhan, sehingga ibadah yang dilakukannya sesuai sunnah Rasul saw . dalam beberapa hadits Rasulullah saw . telah menetapkan awal dan akhir Ramadhan, beliau bersabda:
صُومُوا لِرُؤْيتِهِ وأَفْطِرُوا لِرُؤْيتِهِ فإِن غُمّ عَلَيْكُم فَأكْمِلُوا العِدة
Artinya: ”Puasalah kamu jika melihat bulan, dan berbukalah kamu jika melihat bulan. Jika terhalang (mendung) maka sempurnakan bilangannya” (Muttafaqun ‘alaihi).
Pembahasan penentuan awal dan akhir Ramadhan telah dilakukan secara rinci sebelumnya
3. Tidak berbuka tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariat Islam.
Seorang muslim yang di bulan Ramadhan tidak berpuasa atau berbuka tanpa alasan syari, maka dia telah melakukan dosa besar. Karena puasa Ramadhan adalah salah satu dari rukun Islam. Rasulullah Saw bersabda :
مَنْ أفْطَرَ يَوْماً مِنْ رَمَضَانَ منْ غَيْرِ رُخْصَةٍ ولا مَرَضٍ لَمْ يَقْضِ عنهُ صَوْمُ الدّهْرِ كُلّهِ وإنْ صَامَهُ”
“Barangsiapa tidak puasa pada bulan Ramadhan sekalipun sehari tanpa alasan rukhshah atau sakit, hal itu (merupakan dosa besar) yang tidak bisa ditebus, bahkan seandainya ia berpuasa selama satu tahun (HR.At-Turmudzi).
4. Menjauhi hal-hal yang dapat mengurangi atau bahkan menggugurkan nilai shiyam
Puasa merupakan pengendalian diri dari segala sesuatu yang haram, syubhat, dan perkataan serta perbuatan yang tidak terpuji. Sehingga orang-orang beriman harus berusaha semaksimal mungkin menjaga puasanya dan tidak dirusak dengan perkataan dan perbuatan yang tidak terkait dengan nilai ibadah, khususnya ibadah puasa. Rasulullah bersabda bahwa:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لله حَاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang selama berpuasa tidak juga meninggalkan kata-kata bohong bahkan mempraktekkannya, maka tidak ada nilainya bagi Allah, apa yang ia sangkakan sebagai puasa, yaitu sekedar meninggalkan makan dan minum” (HR.Bukhari dan Muslim).
5. Bersungguh-sungguh puasa karena Allah SWT dengan keyakinan penuh akan kebaikan-kebaikannya
Rasulullah Saw. bersabda:
من صام يوما في سبيل الله بعد الله وجهه عن النار سبعين خريفا
“Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka selama 70 tahun” (Muttafaqun ‘alaihi).
6. Bersahur
Makan pada waktu sahur adalah berkah. Bagi orang yang hendak berpuasa, disunnahkan untuk makan sahur pada saat sebelum tiba waktu subuh (fajar), sahur merupakan makanan yang berkah (Al-ghada’ al-mubarak). Dalam hal ini Rasulullah bersabda bahwa :
“تسحروا فإن في السحور بركة
“Makan sahurlah, karena pada makan sahur ada keberkahan” (HR Muslim)
السحور أكلة بركة فلا تَدَعوه ولو أن أحدكم تجرَّع جرعة ماء، فإن اللّه وملائكته يصلون على المتسحرين” (رواه الإمام أحمد عن أبي سعيد الخدري)
”Makanan sahur semuanya bernilai berkah, maka jangan kalian tinggalkan, sekalipun hanya dengan seteguk air. Allah dan para Malaikat mengucapkan salam kepada orang-orang yang makan sahur (HR. Ahmad).
7. Ifthar (berbuka puasa)
Ketika waktu Maghrib telah tiba, yakni saat matahari telah terbenam, maka saat itulah waktu berbuka. Sangat ditekankan kepada orang yang berpuasa untuk segera berbuka puasa.
Rasulullah pernah menyampaikan bahwa salah satu indikasi kebaikan umat, manakala mereka mengikuti sunnah dengan mendahulukan ifthar dan mengakhirkan sahur.
Sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya termasuk hamba Allah yang paling dicintai oleh-Nya ialah mereka yang bersegera berbuka puasa.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Bahkan beliau mendahulukan ifthar, walaupun hanya dengan ruthab (kurma mengkal), atau tamar (kurma), atau air saja (HR. Abu Daud dan Ahmad).
8. Berdoa
Sesudah menyelesaikan ibadah puasa dengan berifthar, Rasulullah Saw sebagaimana yang beliau lakukan sesudah menyelesaikan suatu ibadah, dan sebagai wujud syukur kepada Allah, beliau membaca doa sebagai berikut:
عن أنس قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أفطر قال : بسم الله اللهم لك صمت وعلى رزقك أفطر ت. وزاد ابن عباس وقال: فتقبل مني إنك انت السميع العليم.
وعن ابن عمر قال كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا افطر قال : ذهب الظمأ وابتلـت العروق وثبت الاجر إن شاء الله
“Ya Allah, karena Engkau kami berpuasa, dan atas rezeki-Mu kami berbuka”, dan ditambahkan oleh Ibnu Abbas: “Maka terimalah doaku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Dan dari Ibnu Umar menceritakan ketika Rasulullah Saw berbuka, beliau mengucapkan: Telah hilang rasa haus dan basahlah tenggorokan serta ditetapkanlah ganjaran, atas kehendak Allah.”
Rasulullah bahkan mensyariatkan agar orang-orang yang berpuasa banyak memanjatkan doa, sebab doa mereka akan dikabulkan oleh Allah.
Dalam hal ini beliau pernah bersabda bahwa, “Ada tiga kelompok manusia yang doanya tidak ditolak oleh Allah. Yang pertama ialah doa orang-orang yang berpuasa, sehingga mereka berbuka.” (HR.Ahmad dan Turmudzi).
(Baca juga: Orang Yang Diperbolehkan Tidak Berpuasa dan Wajib Membayar Fidyah)
Sumber:
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center