by Danu Wijaya danuw | Nov 6, 2017 | Artikel, Ringkasan Taklim
Oleh : Ustad Arwani Amin, Lc
Menata hati adalah bisa berbuat baik kepada orang lain. Ada hadist untuk mendapatkan manisnya iman :
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman:
- Dijadikannya Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya.
- Jika ia mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah.
- Dan dia benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka”. (HR. Bukhari:15)
Mencintai orang lain karena Allah swt. Maka menjaga mahabbah diantara orang-orang beriman.
Berlapang dada. Sikap demikian adalah nikmat, tidak gampang memiliki sikap tersebut, karena seperti kali yang diceburin gampang butek/keruh. Bagusnya kali yang dijeburi banyak orang tapi tidak butek, tidak mudah terangkat endapan tanahnya.
Mengutamakan orang lain
Seseorang sedang naik bis kota, ada yang lebih tua dipersilahkan duduk. Itu adalah contoh kecilnya.
Dalam suatu riwayat ada seorang ibu kerumah Rasul bersama puterinya. Saat itu hanya ada Aisyah ra. Ada 3 kurma, 1 buah diberikan putrinya yang 1, dan yang 1 lagi untuk putrinya yang lain. Terakhir yang 1 untuk ibunya sendiri. Namun pada saat ingin dimakan, anaknya minta, akhirnya dibelah jadi dua untuk kedua anaknya.
Ketika rasul datang, diceritakanlah kisah tersebut oleh Aisyah. Rasul mengatakan : “Sesungguhnya Allah menetapkan kecintaan kepadanya. Allah tetapkan surga karena sifat kasih sayangnya.”
Kisah lain, diriwayatkan Rasul memberikan penghargaan kepada sahabat nabi kaum Ashariyin. Karena jika diperjalanan bekal habis, maka akan dikumpulin satu tempat, dan dibagi rata ulang. Sehingga semua mendapat bagian yang sama. Inilah iman kepada saudaranya.
Berbeda sekali jika bertemu dengan orang yang rakus, bakhil, pelit, serakah. Maka tidak akan berbagi. Kisah muhajirin dan Anshar termasuk salah satu kebaikan kepada saudaranya.
Tombol kebahagiaan adalah dengan mngutamakan dan mmbantu org lain.
Suatu ketika turun firman Allah swt,
لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (Ali Imran: 92),
Abu Thalhah kemudian menemui Rasul dan mengatakan bahwa harta yang dicintainya adalah kebun kurma miliknya yang indah, yang ada airnya dan persis didepan masjid nabawi. Maka Abu Thalhah menyedekahkan kebun kurma yang paling dicintai tersebut di jalan Allah. Hal ini beliau lakukan dalam rangka untuk meraih kebaikan yang sempurna dan pahala dari Allah.
Coba lihat siapa yang berbahagia. Abu Thalhah bahagia melalui perbuatan baik tersebut. Rasulullah menempa sahabat agar memiliki sikap ini.
Suatu ketika ada Abu Hurairah yang menjadi santri karena berasal jauh dari Yaman. Abu Hurairah sering nempel dengan Rasulullah sehingga dapat meriwayatkan banyak hadist.
Suatu ketika Abu Hurairah dari pagi sampai siang belum makan. Karena dia kadang beragang, kadang nempel dengan Rasul, maka penghasilan untuk makan sering tidak ada.
Akhirnya dia keluar bertemu Abu Bakar, bertegur salam lalu melanjutkan urusan masing-masing. Begitu pula ketika bertemu Umar ra. Padahal Abu Hurairah sedang lapar namun menjaga kehormatan dengan tidak minta makan.
Sampai akhirnya bertemu Rasulullah, dan Rasulullah melihat Abu Hurairah sambil trsenyum. Terlihat Rasul lebih peka dibanding Abu Bakar dan Umar. Akhirnya diajak kerumah Rasulullah.
Kata beliau saw, Ada susu dalam mangkok agak besar. Dan meminta tolong Abu Hurairah memberikan kepada sahabat lain yag ada di serambi masjid untuk ikut meminum susu tersebut.
Diberikanlah satu, dua, tiga hingga tidak ada sahabat yang lain lagi. Sisa tinggal berdua, antara Abu Hurairah dan Rasulullah. Maka beliau saw mengatakan, “Minumlah”, dikatakan lagi “Minumlah” hingga berkali-kali. Sampai Abu Hurairah mengatakan cukup, krna tidak ada tempat lagi (sudah kenyang).
Hingga terakhir barulah Rasulullah minum. Itulah yang diajarkan Rasulullah kepada Abu Hurairah untuk mengutamakan orang lain walau dirinya sedang lapar.
Semoga Allah memudahkan kita untuk berbuat sikap tersebut. Amiin..
Diselenggarakan di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Kebagusan, Jakarta Selatan
Hari Minggu, 5 November 2017, Ba’da Maghrib
by Danu Wijaya danuw | Sep 15, 2017 | Artikel, Dakwah
Banyak problematika dalam kehidupan yang menyangkut seseorang dengan yang lain, seperti dengan teman, saudara, bahkan dengan orangtua sekali pun.
Dari Zarbiy, ia berkata, Aku mendengar Anas bin Malik berkata : Ada orangtua yang datang ingin menemui Rasulullah, lalu orang-orang tidak segera memberi jalan kepadanya, maka Nabi bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak kasihsayang kepada yang lebih muda, dan tidak menghormati kepada yang lebih tua” (HR. Tirmidzi ).
Dikisahkan, seorang wanita yang baru menikah dengan pria yang dicintai dan tinggal serumah dengan ibu mertuanya. Tidak lama setelah mereka berumah tangga, sangat terasa banyak ketidakcocokan di antara menantu dan sang mertua.
Hampir setiap hari terdengar kritikan dari ibu mertua. Pertengkaran pun seringkali terjadi. Apalagi sang suami tidak mampu berbuat banyak atas sikap ibunya.
Saat sang menantu merasa tidak tahan lagi dengan ibu mertuanya, akhirnya ia memutuskan untuk memberi racun sang ibu mertua.
Pergilah si menantu menemui teman baik ayahnya, seorang penjual obat ramuan tradisional. Wanita itu menceritakan kisah sedih dan sakit hatinya dan memohon agar dapat diberikan bubuk beracun untuk membunuh ibu mertuanya.
Sang paman menyatakan kesanggupannya untuk membantu, tetapi dengan syarat. Sambil memberi sekantong bubuk ramuan yang dibuatnya, sang paman berpesan.
“Nak, untuk menyingkirkan mertuamu, jangan memberi racun yang bereaksi cepat, agar orang-orang tidak akan curiga. Karena itu, saya memberimu ramuan yang secara perlahan akan meracuni ibu mertuamu. Setiap hari campurkan sedikit ramuan ini ke dalam masakan kesukaan ibu mertuamu dari hasil masakanmu sendiri. Kamu harus bersikap baik, menghormati, dan tidak berdebat dengannya. Perlakukan dia layaknya ibumu sendiri, agar saat ibu mertuamu meninggal nanti, orang lain tidak akan menaruh curiga kepada kamu.” ungkap paman penjual ramuan.
Perempuan itu menuruti sang paman. Setiap hari, ia menyuguhkan aneka makanan kesukaan ibu mertua. Tidak terasa, empat bulan telah berlalu dan terjadilah perubahan yang sangat besar.
Dari hari ke hari, melihat sang menantu yang bersikap penuh perhatian kepadanya, ibu mertua pun merasa tersentuh. Ia mulai menyayangi sang menantu bahkan memperlakukannya seperti anaknya sendiri.
Menyadari perubahan positif ini, sang menantu cepat-cepat datang lagi menemui sang paman penjual obat, “Tolong berikan kepada saya obat pencegah racun pembunuh ibu mertua saya. Setelah saya patuhi nasihat paman, ibu mertua saya berubah sangat baik dan menyayangi saya seperti anaknya sendiri” pinta sang menantu.
“Anakku, kamu tidak perlu khawatir. Bubuk yang saya berikan dulu bukanlah racun, tetapi ramuan untuk meningkatkan kesehatan. Racun yang sebenarnya ada di dalam pikiran dan sikapmu terhadap ibu mertua. Sekarang semua racun itu telah punah oleh perhatian yang kamu berikan kepadanya.” kata sang paman tersebut.
Karena kasih dan perhatian mampu melepaskan kita dari belenggu kesalahpahaman, meluluhkan ketidakpedulian, hati yang keras, dan pikiran yang penuh kebencian.
Sumber: SangBidadari
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | May 27, 2016 | Artikel, Tausiyah Iman
Tausiyah Iman – 18 Mei 2016
Setiap kali engkau mendekat kepada Allah dengan jujur, Allah akan mencurahkan hatimu dengan cahaya-Nya.
Sejauh mana engkau melangkah menuju Allah, setinggi itulah kedudukanmu disisi-Nya.
Melangkahlah, mendekatlah kepada-Nya, dan jangan ragu-ragu.
(وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ)
“Dan orang-orang yang berjuang (berusaha) di jalan Kami, pasti akan Kami berikan petunjuk pada jalan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)
Ustadz Fahmi Bahreisy, Lc
(Baca juga: Mengelola Informasi)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | May 24, 2016 | Artikel, Tausiyah Iman
Tausiyah Iman – 15 Mei 2016
Berjuang untuk Islam bukanlah dengan cara mengukir “Allahu Akbar” di bendera atau lisan kita, tetapi yang dinamakan dengan berjuang demi Islam ialah dengan cara mengisi hati kita dengan hakikat dari “Allahu Akbar.”
Jadikan Ia sebagai motivasi kita dalam beramal dan sebagai orientasi dalam kehidupan, bukan ketenaran, harta, kedudukan dan lainnya.
Ustadz Fahmi Bahreisy, Lc
(Baca juga: Jangan Memandang Rendah Orang Lain)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
by Muhammad Syukron msyukron | Mar 5, 2016 | Artikel, Dakwah
Oleh: Muhammad Syukron Muchtar
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bersegeralah beramal sebelum datangnya rangkaian fitnah seperti sepenggalan malam yang gelap gulita, seorang laki-laki di waktu pagi mukmin dan di waktu sore telah kafir, dan di waktu sore beriman dan pagi menjadi kafir, ia menjual agamanya dengan kesenangan dunia.” (HR. Ahmad).
Hadits di atas menunjukkan kepada kita sikap tidak istiqomah yang menjadikan seseorang baik pada pagi hari dan telah menjadi kafir pada sore harinya atau sebaliknya. Inilah kondisi umat pada era yang penuh dengan fitnah ini. Tidak ada jaminan bagi seseorang akan menjadi baik dan berada dalam ketaatan kepada Allah SWT selamanya.
Terkadang kita merasa tenang-tenang saja akan kondisi hati kita. Padahal kita tidak mempunyai kekuatan apapun terhadap hati kita. Terkadang ia merasa baik dan dipenuhi ketaatan kepada-Nya, namun terkadang ia berpaling dari mengingat-Nya lantaran bisikan nafsu syetan yang menguasainya. Hal ini dipertegas oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya:
Diriwayatkan dari Nawwas bin Sam’an ia berkata aku mendengar Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah ada satu hatipun melainkan berada diantara dua jemari dari jari jemari Ar Rahman bila ia kehendaki Ia akan meneguhkannya dan bila Ia kehendaki Ia akan menyesatkannya.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al Musnad dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh Al Bani).
Dan dari Abu Musa Al Asy’ari ia berkata : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hati ini laksana bulu ditengah padang pasir tandus yg dibolak-balikkan oleh angin”
Menyadari akan ketidakmampuan kita dalam menajaga hati kita, hendaknya kita senantiasa memohon kepada Allah SWT agar membimbing, mengarahkan dan menetapkannya dalam kebaikan dan ketaatan kepada-Nya.
Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita sebuah do’a, sebagaimana tercantum dalam kita As-Sunnah karya Ibnu Abi Ashim. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu’anha bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam sering membaca doa
يَا مُقَــلِّـبَ اْلقُــلٌــوْبِ ثَبِّــتْ قَــلْبِـــيْ عَــلَى دِيْنـِــكَ
(Wahai Dzat yg meneguhkan hati teguhkanlah hatiku diatas agama-Mu)
Aku pun bertanya: ‘Wahai Rasulullah sesungguhnya engkau sering membaca doa ini apakah engkau merasa khawatir?’ Beliau menjawab “Ya lalu apa yg membuat aku merasa aman wahai Aisyah sementara hati para hamba berada diantara dua jari jemari Ar Rahman” Maka bila engkau telah mengetahui bahwasanya hati para hamba berada diantara dua jari dari jari jemari Ar Rahman, Ia bolak-balikkan sekehandaknya.”