0878 8077 4762 [email protected]

Ringkasan Taklim : Orang-Orang yang Beruntung dalam Bersikap Terhadap Nabi SAW

Rangkuman Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Orang-Orang yang Beruntung dalam Bersikap Terhadap Nabi SAW
Ahad, 22 Maret 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan, Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Ferry Nur, S.Si (Ketua KISPA)
 
1. Mengimaninya, dengan cara :

  • Mengikuti sunnahnya
  • Mencintai orang-orang yang Nabi cintai
  • Mencintai orang-orang yang mencintai Nabi, meskipun beda suku, kelompok, dan sebagainya

2. Memuliakan Nabi dengan cara :

  • Bersholawat padanya
  • Tidak menghina Nabi dan orang-orang yang Nabi cintai
  • Marah dan tidak rela pada orang-orang yang membenci Nabi dan sahabat Nabi

3. Membela Nabi, dengan cara :

  • Melawan orang-orang yang melecehkan nabi dan sahabatnya sesuai dengan kemampuan

4. Mengikuti apa yang Al-Quran jelaskan, dengan catatan :

  • Membaca keseluruhannya (tidak sepotong-sepotong)
  • Tidak menafsirkannya sesuai kemauan (nafsu)
  • Mendengarkan tafsir yang dijelaskan oleh para ulama tanpa menyelisihi tafsir Nabi dan para sahabat.

Wallahu a’lam.
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Ringkasan Taklim : Mencintai Keluarga Nabi dan Sahabatnya

Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Mencintai Keluarga Nabi dan Sahabatnya
Ahad, 05 April 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Mudzhar Beik
 
Hirarki cinta:
1. Kecintaan kepada Allah
2. Kecintaan kepada Rasulullah SAW
3. Kita mencintai Rasulullah, karena kita cinta kepada Allah SWT. Sebab Allah SWT mencintai Rasulullah
Kecintaan kepada keluarga Rasulullah SAW: kita mencintai keluarga Nabi, karena kita mencintai Rasulullah
Surat Al Ahzab : 6
“Nabi itu lebih utama untuk dicintai orang-orang mukmin ketimbang cintanya kepada dirinya sendiri”
Surat Al Maidah : 55
Siapakah yang boleh dicintai?
1. Allah SWT
2. Rasulullah SAW
3. Orang-orang mukmin
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya mengatakan kecintaan kepada Keluarga Nabi tidak akan berguna jika bercampur dengan kebencian terhadap sahabat Nabi SAW
Kecintaan kepada keluarga Nabi saw adalah sebuah kewajiban dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Kemuliaan Sahabat Nabi SAW

Oleh: Muhammad Syukron Muchtar
 
Kesempatan untuk bertemu dan menyertai Nabi Muhammad SAW merupakan anugerah terbesar di dalam kehidupan, ia hanya diberikan kepada hamba-hamba pilihan Allah SWT. Hamba-hamba pilihan itulah yang kemudian kita kenal dengan istilah Sahabat Nabi SAW. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Bukhari didalam kitab shahihnya:
Sahabat Nabi SAW merupakan kaum muslimin yang pernah melihat dan menyertai Nabi SAW”.
Keutamaan yang dimiliki oleh para Sahabat Nabi SAW begitu banyak. Tidak hanya bertemu dan menyertai Nabi SAW, tapi lebih dari itu mereka merupakan orang-orang yang dibanggakan oleh Nabi SAW, bahkan Nabi SAW menyebut mereka sebagai sebaik-baik manusia yang pernah hidup dimuka bumi ini. Nabi SAW bersabda :
Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada zamanku (para sahabat), kemudian pada zaman berikutnya (tabi’in), kemudian pada zaman berikutnya (tabi’ut tabi’in)” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidaklah salah baginda Nabi SAW menyebut para sahabatnya sebagai sebaik-baik manusia setelahnya, sebab kecintaan para Sahabat kepada Nabi SAW dan perjuangan mereka dalam membantu dakwah Nabi SAW begitulah besar. Seperti sahabat Abu Bakar yang begitu setia menemani Baginda Nabi SAW, bahkan disaat masa sulit sekalipun Abu Bakar setia menemaninya, seperti yang terjadi pada peristiwa hijrah Nabi SAW dari Makkah ke Madinah.
Sahabat Abu Bakar lah yang menemani Nabi SAW saat berada didalam Gua Tsur, ia rela menahan sakit demi Nabi SAW. Bahkan Sahabat Abu Bakar merupakan orang yang percaya pada peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi SAW tanpa perlu bertanya. Karenanya, Nabi memberinya gelar Abu Bakar Asshiddiq (yang membenarkan).
Pujian buat para Sahabat Nabi SAW tidak hanya diberikan oleh baginda Nabi SAW. Allah SWT secara terang-terangan mengapresiasi perjuangan mereka, Allah SWT ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah SWT, bahkan Allah SWT sudah menyiapkan tempat kembali yang terbaik buat mereka, yaitu surga-Nya. Allah SWT berfirman :
Orang-orang terdahulu yang pertama-tama masuk Islam dari golongan Muhajirin dan Anshar (para Sahabat Nabi SAW) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah SWT ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah SWT. Dan Allah SWT menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Mereka kekal di dalamnya selamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS.At-Taubah : 100).
Begitulah para Sahabat Nabi SAW, mereka merupakan orang-orang yang diridhai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW. Maka, sebuah kewajiban yang harus kita tunaikan adalah mencintai dan memuliakan mereka, sebab mencintai dan memuliakan mereka merupakan tanda keimanan.
Larangan Mencela Sahabat Nabi SAW
Diantara bentuk kecintaan kepada para Sahabat Nabi SAW adalah menjaga citra baik mereka, membaca sejarah hidup mereka dan menjadikan mereka sebagai teladan kehidupan kita setelah keteladanan yang diberikan oleh baginda Nabi SAW. Adapun orang-orang yang munafik mereka merasa dirinya lebih baik dari para Sahabat Nabi SAW, mereka menghinakan para Sahabat Nabi SAW, bahkan mereka tidak segan berdusta demi membuat buruk citra para Sahabat Nabi SAW.
Perbuatan mencela Sahabat Nabi SAW merupakan perbuatan yang dilarang dalam agama, sebab baginda Nabi SAW bersabda :
Janganlah mencela sahabatku! Janganlah mencela sahabatku! Demi Allah yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, jika saja kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya tidak dapat menyamai satu mud sedekah yang mereka lakukan, bahkan tidak juga separuhnya” (HR. Muslim, dari perkataan Abu Hurairah ra).
Melalui hadits diatas, Nabi SAW melarang keras kepada siapa pun untuk mencela para sahabatnya yang mulia, begitu kerasnya larangan tersebut hingga Nabi SAW pun mengatakan “Janganlah mencela sahabatku” sebanyak dua kali.
Bahkan baginda Nabi SAW menjelaskan bahwa sedekah yang kita lakukan itu tidak mampu menyamai sedekah yang dilakukan oleh para Sahabat Nabi SAW, itu menunjukkan betapa besar cinta Nabi SAW kepada para sahabatnya dan betapa mulia kedudukan para Sahabat Nabi di dalam hati Nabi SAW.
Maka, siapapun kita, setinggi apapun jabatan kita, seluas apapun ilmu kita, dan sebanyak apapun harta kita, janganlah kita berani mencela para Sahabat Nabi SAW. Marilah muliakan mereka, cintai mereka sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri, dan marilah kita jadikan mereka sebagai idola kita didalam kehidupan ini setelah baginda Nabi SAW.
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 331 – 24 April 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Marahnya Rasul SAW

Oleh : Dr. Aidh Al-Qarni
 
Dalam banyak hadits Rasulullah SAW menegaskan sisi kemanusiaan beliau dan bahwa beliau sama seperti manusia lainnya. Beliau bisa marah seperti yang lain. Beliau juga ridha sebagaimana halnya mereka.
Abu Hurairah ra meriwayatkan, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Ya Allah, Muhammad adalah manusia biasa. Ia bisa marah seperti yang lainnya marah.  Aku sudah membuat janji pada-Mu yang tidak akan kuingkari. Siapa saja mukmin yang kusakiti, kucela, atau kucambuk, jadikanlah hal itu sebagai penebus dosa baginya dan sebagai bentuk taqarrub yang mendekatkannya kepada-Mu di hari kiamat.’”
Kehidupan Rasul SAW tidaklah selalu lapang dan dihiasi dengan mawar. Terdapat berbagai kondisi yang di dalamnya beliau marah seperti manusia pada umumnya. Hanya saja, marah beliau tetap di jalan Allah dan karena membela agama-Nya.
Beliau marah demi agama dan demi kebenaran. Beliau marah sebagai bentuk rahmat bagi semesta alam. Beliau marah ketika ada larangan yang dilanggar, dan seterusnya. Yang membedakan dengan yang lain, marah Rasul SAW tidak membuat beliau keluar dari kebenaran. Marah beliau tetap disertai sikap sabar, santun, dan tabah.
Di antara contoh marah beliau yang sebenarnya mencerminkan kasih sayang beliau kepada umat adalah saat mendengar keberadaan imam yang memanjangkan shalat, tidak seperti tuntunan beliau.
Ibn Mas’ud ra berkata, “Seseorang bercerita, ‘Ya Rasulullah saya mundur dari shalat subuh berjamaah lantaran Fulan yang menjadi imam memanjangkan shalatnya.’
Mendengar hal itu Rasul SAW marah. Aku tidak pernah melihat  beliau semarah itu pada saat tersebut. Kemudian beliau berkata, ‘Wahai manusia, di antara kalian ada yang membuat orang lari. Siapa yang menjadi imam hendaknya meringankan. Sebab, di belakangnya terdapat orang yang papa, tua, dan memiliki hajat.’”
Beliau juga marah demi agama. Hal itu seperti yang diriwayatkan oleh Jabir ibn Abdillah bahwa Umar ibn al-Khattab mendatangi Nabi SAW dengan membawa sebuah buku yang ia dapat dari Ahlul Kitab. Umar membacakannya di hadapan Nabi SAW.
Seketika beliau marah seraya berkata, “Apakah engkau masih bimbang wahai Ibnul Khattab?! Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya. Aku telah datang kepada kalian dengan membawa syariat yang putih dan bersih. Jangan sampai kalian tanyakan sesuatu kepada mereka dimana ketika mereka mengabarkan yang benar, kalian dustakan atau yang batil tapi justru kalian benarkan. Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikan Musa hidup, pasti ia akan mengikutiku.”
Kondisi lain yang menjelaskan marah Rasul SAW adalah ketika ada sahabat yang memberikan pembelaan agar hukum Allah tidak ditegakkan. Hal ini diriwayatkan oleh Aisyah ra bahwa kabilah Quraisy sangat risau dengan posisi wanita mereka yang mencuri di masa Nabi SAW, tepatnya di perang al-Fatah.
Mereka bertanya, “Adakah orang yang bisa berbicara dengan Nabi SAW?” Menurut mereka yang berani untuk membicarakan hal itu kepada Rasul SAW, hanya Usamah ibn Zaid, orang yang sangat dicintai beliau. Maka, Usamah membawa wanita yang dimaksud kepada Rasulullah SAW. Usamah berbicara tentangnya.
Seketika wajah Rasulullah SAW berubah. Beliau bersabda, “Apakah engkau akan memberikan pembelaan terkait dengan salah satu hukum hudud yang telah Allah tetapkan?
Mintakan ampunan untukku wahai Rasulullah!” ujar Usamah.
Selanjutnya Rasulullah SAW bangkit berdiri. Beliau berkhutbah diawali dengan pujian untuk Allah yang memang layak untuk Dia sandang.
Kemudian beliau bersabda, “Amma ba’du, yang membuat binasa orang-orang sebelum kalian adalah bahwa ketika yang mencuri di antara mereka berasal dari keluarga mulia (ningrat), mereka membiarkannya. Namun jika yang mencuri dari kalangan lemah, mereka memberikan hukuman kepadanya. Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, andaikan Fatimah binti Muhammad mencuri, tentu telah kupotong tangannya.” Kemudian beliau menyuruh untuk memotong tangan wanita tersebut.
Dari sini tampak dengan jelas apa yang dikatakan oleh Anas ra, “Aku tidak pernah melihat Rasulullah memberikan hukuman untuk kepentingan dirinya. Beliau hanya memberikan hukuman saat ada larangan Allah yang dilanggar.
Apabila larangan atau kehormatan Allah dilanggar, beliau akan sangat marah. Kalau dua urusan diperlihatkan kepada beliau, tentu beliau akan memilih yang paling mudah di antara keduanya selama tidak mengandung murka Allah. Namun jika di dalamnya terdapat murka Allah, beliau orang yang paling jauh darinya.
Itulah tiga kondisi yang ada. Masih banyak lagi kondisi lain yang menerangkan bahwa Rasul SAW tidak marah untuk dirinya. Namun beliau marah untuk Allah, untuk kebenaran, dan untuk agama, dan karena cinta beliau kepada umat. Inilah yang dijelaskan oleh Ali ibn Abi Thalib.
Ia berkata, “Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dunia. Apabila beliau marah karena sebuah kebenaran, tidak ada yang tahu. Ketika marah itu datang beliau dapat menguasainya. Akhlak tersebut (Engkau berada di atas akhlak yang agung, QS al-Qalam: 4) beliau miliki karena beliau paham.
Beliau bersabda, “Tidak ada tegukan yang pahalanya di sisi Allah lebih besar daripada tegukan amarah yang ditahan oleh seseorang karena mencari ridha Allah.”
Diterjemahkan oleh: Ustadz Fauzi Bahreisy
Sumber : Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 325 – 6 Maret 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!