0878 8077 4762 [email protected]

Indonesia dan Negara OKI Berkumpul di PBB Bahas Rohingya

 
New York – Negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) berkumpul di sela sidang umum PBB membahas masalah terhadap etnis Rohingya. Pertemuan ini untuk menjalankan formula 4+1 yang diusulkan Indonesia.
Pertemuan ini dilaksanakan di markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), Selasa (19/9/2017) waktu setempat. Delegasi Indonesia diwakili langsung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).
“Pertemuan OKI di Markas PBB penekanan pada formula 4+1 dan ajakan untuk bantu Myanmar yang sebelumnya telah disampaikan RI,” kata juru bicara Wapres JK, Husain Abdullah.
Indonesia telah mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi Rakhine yang berada di perbatasan Banglades dan Myanmar. Menurut Husain, Formula 4+1 berisi soal upaya menjaga stabilitas keamanan di Rakhine State.
“Pada pertemuan OKI di markas PBB, Wapres Jusuf Kalla berkesempatan menyampaikan poin poin penting tersebut,” terangnya.
Berikut isi formula 4+1 yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia:

  1. Mengembalikan stabilitas dan keamanan.
  2. Menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan.
  3. Perlindungan kepada semua orang yang berada di Rakhine State, tanpa memandang suku dan agama.
  4. Pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan kemanusiaan
Masa Aksi Bela Rohingya '169' Banjiri Kawasan Patung Kuda Monas

Masa Aksi Bela Rohingya '169' Banjiri Kawasan Patung Kuda Monas

Peserta aksi bela Rohingnya datang membanjiri kawasan Patung Kuda, Jakarta Pusat, hari ini Sabtu (16/9). Aksi itu juga diberi nama 169 karena digelar pada 16 September 2017.
Peserta aksi yang jumlahnya mencapai ribuan memadati kawasan tersebut sejak pukul 09.00 WIB. Beberapa bus dan kendaraan kecil lain, pengangkut para peserta juga tampak berjejer, di sekitar Monas dan Patung Kuda.
Aksi kali ini digelar oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan dihadiri sejumlah organisasi masa (Ormas) Islam seperti FPI, PUI, Ikadi, Mathlaul Anwar serta berbagai elemen masyarakat.
Pusat acara dihelat tepat di sisi kiri muka pintu barat Monas, dekat Patung Kuda. Mereka mendirikan satu panggung, lengkap dengan pengeras suara bagi para tokoh yang berorasi.
Melalui pengeras suara, juga terdengar beberapa kali ajakan dari atas panggung kepada peserta aksi untuk meneriakan takbir beberapa kali. “Allahu Akbar Allahu Akbar.”
Peserta aksi juga mengawali kegiatan tersebut dengan melantunkan doa bersama. Masa aksi dari berbagai elemen yang dominan memakai pakaian serba putih itu berdatangan menuju Patung Kuda. Ratusan aparat gabungan, baik TNI dan Polri juga terus bersiaga selama berlangsungnya aksi.
Prabowo dan Amien Rais Datangi Aksi Bela Rohingya
21743006_10209815854334487_3972127237843852550_n
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto dan mantan ketua umum PAN Amien Rais, juga hadir di aksi bela Rohingya 169 yang digelar di Bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat.
Prabowo hadir dengan pengawalan ketat, dan menggunakan mobil Lexus LX570 berwarna putih. Sesampai di lokasi, Prabowo langsung naik panggung dan disambut Presiden PKS Sohibul Iman.
Prabowo langsung duduk di panggung dan mendengarkan orasi-orasi. Dia juga sempat mendapat sabutan dari massa aksi. Massa aksi pun langsung meneriakkan takbir. Tak lama kemudian Amien Rais tiba saat Prabowo berorasi.
Dalam kata sambutannya, Prabowo pun mengucapkan terima kasih kepada 30 ormas Islam dan Presiden Partai PKS karena sudah mengundang dirinya hadir di tengah-tengah massa aksi bela Rohingya.
“Saya hadir di sini untuk menyampaikan solidaritas kita untuk etnis Rohingya,” ujarnya saat berorasi di depan massa aksi bela Rohingya.
Sementara, Amien Rais menyampaikan dalam orasinya, bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak dari segala bangsa.
“Makanya rezim Jokowi ini memang punya tugas secara konstitusional untuk membantu mengatasi kezaliman yang ada di muka bumi dan membantu kaum Rohingya,” katanya.
Walubi Budha Indonesia
21752782_10209815693330462_2891756865329077284_o
Dalam kesempatan ini Walubi mewakili Budha Indonesia menyesalkan tragedi kekejaman di myanmar dan turut mendoakan akan kedamaian disana.
Warga Rohingya beserta Anaknya
IMG_20170916_120334_1505548507233_1505548526750
 
Dua pria rohingya beserta anak-anaknya yang berjilbab turut hadir. Dalam waktu dekat memang membutuhkan bantuan bagi pengungsi rohingya. Namun dalam waktu lama membutuhkan kewarganegaraan dan keadilan dari myanmar.
 
Sumber : Viva/CnnIndonesia

Situs PSSI Dibajak Hacker Pro Rohingya Setelah PSSI Sanksi Persib

Situs PSSI Dibajak Hacker Pro Rohingya Setelah PSSI Sanksi Persib

 
Jakarta – Situs resmi PSSI milik induk sepak bola tertinggi di Indonesia dibajak. Seluruh kanal tidak bisa diakses pada Kamis (14/9) sore.
Dalam situs PSSI tertera gambar yang diduga pengungsi Rohingya dan suporter sepak bola yang membentangkan pesan mengenai tragedi kemanusiaan yang menimpa etnis Rohingya dan berbagai gambar pengungsi.
Selain foto itu juga terdapat tulisan yang mempertanyakan pelarangan PSSI terkait aksi solidaritas kemanusiaan di dalam stadion.
“Dengan alasan politik PSSI melarang aksi solidaritas kemanusian di dalam Stadion. Lalu apa bedanya Rohingya, Palestina, dan Paris?”
“Kenapa untuk aksi Paris boleh, sedangkan untuk Palestina dan Rohingya dilarang? Apalagi menghitung jumlah korban jauh lebih banyak korban di Palestina dan Rohingya.”
Pembajakan situs PSSI terjadi beberapa jam setelah Komisi Disiplin PSSI memberikan sanksi kepada Persib Bandung terkait aksi solidaritas Bobotoh yang melakukan koreografi bertuliskan ‘Save Rohingya’ saat laga kontra Semen Padang di Stadion Si Jalak Harupat, Sabtu (9/9).
Persib dikenakan denda 50 juta dengan masa bayar 2 minggu. Para suporter Bobotoh mulai mengumpulkan koin untuk bayar denda PSSI. Sanksi diberikan menggunakan surat bernomor 92/L1/SK/KD-PSSI/IX/2017 Komdis PSSI menyatakan Persib melanggar pasal 67 ayat (3) kode disiplin PSSI.
Hingga Kamis (14/9) petang, situs PSSI belum bisa dibuka dan diakses secara normal.
Ini bukan kali yang pertama situs PSSI diretas. Tercatat pada tahun 2011, situs yang kala itu masih beralamat di www.pssi-football.com juga pernah dibajak.
 
Sumber : CNNIndonesia

Paus Fransiskus Ajak Umat Katolik Doakan Keselamatan Etnis Rohingya

Di tengah aksi pembantaian yang dilakukan militer kepada etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar, Pemimpin Katolik Paus Fransiskus mengumumkan akan berkunjung ke negeri tersebut.
Sebagaimana dikutip Telegraph, Minggu (3/8), Vatikan sejak pekan lalu telah mengumumkan rencana Paus mengunjungi Myanmar pada November mendatang. Pengumuman ini disampaikan saat ribuan etnis Rohingya terusir paksa dan melarikan diri ke Bangladesh.
Paus turut menyoroti aksi pembantaian tersebut. Ia bahkan mengajak umat Katolik berkumpul di Lapangan Santo Petrus, Roma dan mendoakan keselamatan etnis Rohingya.
“Ada berita duka tentang penganiayaan terhadap minoritas agama dari saudara Rohingya kami. Semoga Tuhan menyelamatkan mereka,” pungkasnya.
Sebanyak 800 orang warga Rakhine, termasuk perempuan dan anak-anak, dilaporkan tewas dalam pembersihan ‘etnis rohingya’ yang dilakukan militer rezim Aung San Suu Kyi.
Pekan ini, tercatat sebanyak 3 ribu pengungsi Rohingya berada di daerah perbatasan Bangladesh. Mereka bertahan di tempat tak bertuan tersebut demi menghindari penganiayaan dari pemerintah Myanmar.
 
Sumber : Rmol/Telegraph

Masa Aksi Bela Rohingya '169' Banjiri Kawasan Patung Kuda Monas

Dulu, Ayah Aung San Suu Kyi Akui Etnis Rohingya Sebagai Warga Myanmar

Pembantaian etnis Rohingya belum juga berakhir. Setelah dihebohkan dengan ribuan pengungsi yang mengapung di atas kapal pada tahun 2015 lalu, kini gelombang itu kembali terjadi. Pada 25 Agustus militer Myanmar membantai etnis Rohingya di negara bagian Rakhine. Aksi tersebut mengakibatkan 300 ribu lebih warga rohingya mengungsi ke Bangladesh.
Apa penyebab dari rumitnya krisis di Myanmar ini?
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana menilai situasi ini tak lepas dari tidak diakuinya etnis Rohingya sebagai warga Myanmar oleh rezim yang tengah berkuasa.
“Bahkan ada kecenderungan pemerintah Myanmar melakukan ethnic cleansing (pembersihan etnis) saat terjadinya konflik antar etnis Rohingya dengan otoritas Myanmar,” ujar Hikmahanto seperti dikutip dari Historia.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Moshe Yegar dalam Between Integration and Secession: The Muslim Communities of the Southern Philippines, Southern Thailand, and Western Burma.
Mereka mengungkapkan, masyarakat Rohingya tidak lagi diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar sejak 1982. Dua dekade setelah terjadinya kudeta militer oleh Jenderal Ne Win, hingga menetapkan pemerintahan junta militer.
Paspor mereka dicabut, hak-hak politik mereka dikebiri. Dalam Debating Democratization in Myanmar yang dirangkum Nick Cheesman dan Nicholas Farrelly, masyarakat muslim Rohingya Myanmar tidak lagi dicantumkan sebagai satu dari 135 kelompok etnis resmi yang disebut national races di Myanmar.
Bapak Bangsa Myanmar Dulu Dekat dengan Muslim Rohingya
Jika dilihat secara historis, Bapak Bangsa Myanmar, U Aung San ayah dari Aung San Suu Kyi, pernah merangkul Muslim Rohingya. Aung San merangkul etnis yang kini tidak diakui itu sebelum Myanmar merdeka pada tahun 1948.
Pada Perang Dunia II, Aung San dengan kelompok antifasisnya bahu-membahu dengan milisi Rohingya yang didukung Inggris dalam memerangi Jepang.
“Bapak Aung San dengan sangat ramah menerima Rohingya sebagai satu dari ras asli Burma sebagaimana Kachin, Kayah, Karen, Chin, Mon dan Rakhine.”
“Dia menjamin kewarganegaraan (warga Rohingya) saat bertemu para petinggi muslim di Akyab, Mei 1946,” sebut U Kyaw Min alias Shamsul Anwarul Haque, dalam artikel Legal Nexus Between Rohingya and the State di jurnal An Assessment of the Question of Rohingya’s Nationality.
Muslim Rohingya Pernah Mengisi Parlemen Myanmar
Saat Myanmar merdeka, Muslim Rohingya bisa hidup tenang. Mereka menikmati semua hak nya sebagai warga negara. Mereka benar-benar bisa hidup setara di bawah payung Residents of Burma Registration Act yang dirilis 1949 dan disusul Burma Registration Rules pada 1951.

Screenshot_2017-09-14-10-25-24_com.android.chrome_1505359697405

Surat pengakuan etnis rohingya myanmar kala itu


Tak hanya itu, pada tahun 1951 seorang etnis Rohingya berhak mencalonkan diri sebagai anggota parlemen. Mereka mewakili daerah-daerah pemilihan (dapil) Buthidaung Utara, Buthidaung Selatan, Maungdaw Utara serta Maungdaw Selatan.
Tercatat beberapa nama anggota parlemen terkemuka asal Rohingya. Sebut saja nama-nama seperti Abdul Gaffar, Abul Bashar, Sultan Ahmed, Daw Awe Nyunt (a) Zurah, Ezar Meah, Sultan Mahmood, Abul Khair, Rashid, hingga MA Subhan.
Kebudayaan dan Hak Ibadah Haji Muslim Rohingya Dijamin Kala Itu
Apresiasi pemerintah terhadap kebudayaan Rohingya diperlihatkan pula dengan adanya acara program bahasa Rohingya d BBS (Burma Broadcasting Service) atau stasiun radio milik pemerintah Myanmar.
Hak-hak beragama pun dijamin oleh pemerintah. Untuk mengikuti ibadah haji misalnya, pemerintah Myanmar menerbitkan paspor bagi masyarakat Rohingya yang sudah memiliki NRC (Kartu Registrasi Nasional) dan FRC (Sertifikat Registrasi Orang Asing), agar mereka bisa pergi naik haji ke Makkah.
Kudeta Militer Myanmar dan Pencabutan Kewarganegaraan Etnis Rohingya
Akan tetapi, kedamaian itu berakhir sejak kudeta dilakukan oleh pihak militer pimpinan Jenderal Ne Win pada 2 Maret 1962.
Jendral Ne Win

Pemimpin Kudeta, Jenderal Ne Win


Pemerintahan junta militer lantas melindas pemerintahan sipil AFPFL (Liga Kebebasan Rakyat Anti-Fasis) yang kala itu dipimpin Perdana Menteri U Nu.
Usai berhasil menggulingkan U Nu, secara sistematis hak-hak politik masyarakat Rohingya dihapuskan. Baik dalam mengikuti pencalonan, maupun memberikan suaranya dalam pemilu, melalui UU baru tentang Kewarganegaraan Tahun 1982. Benih-benih konflik mulai tertebar hingga menuai krisis hingga sekarang.
“Rohingya telah ada di Rakhine sejak dunia diciptakan. Arakan adalah tanah kami; tanah India selama seribu tahun lalu,” cetus politisi Rohingya Kyaw Min dalam suratkabar The Economist 3 November 2012.
Pemerintah junta militer Myanmar sudah tak lagi menjabat sejak 2016. Saat ini Pemerintahan dipimpin oleh wakil dari partai pimpinan Aung San Suu Kyi. Lewat Pemilu, NLD (Liga Nasional Demokratik) pimpinan Aung San Suu Kyi, dan wakilnya, U Htin Kyaw berhasil jadi presiden.
Meski pemerintahan junta militer sudah berakhir. Muslim Rohingya belum mendapat hak-haknya sebagai warga negara.
Agaknya Suu Kyi tak belajar dari sang ayah. Maka tak heran, Sang Ayah yang pernah merangkul Muslim Rohingya ini dikenal sebagai Bapak Bangsa Myanmar.
 
Oleh : Eva F Hasan
Sumber : Islampos/Historia/TheEconomist