by Danu Wijaya danuw | Jan 17, 2018 | Adab dan Akhlak, Artikel
SEORANG suami tak pelak adalah seorang pemimpin dalam sebuah rumah tangga. Hingga, tak heran, dalam Islam, kedudukan seorang suami menempati beberapa keutamaan.
Utamanya adalah ridho seorang suami juga merupakan ridho Allah SWT. Tentu dalam koridor syariat yang sudah digariskan oleh Islam.
Berikut ini adalah 6 alasan mengapa ridho suami adalah surga untuk para istri :
1. Seorang suami dibesarkan oleh ibu yang mencintainya seumur hidup.
Namun ketika dia dewasa, dia memilih mencintai istrinya yang bahkan belum tentu mencintainya seumur hidup, bahkan sering kali rasa cinta kepada istrinya lebih besar daripada cintanya kepada ibunya sendiri.
2. Seorang suami dibesarkan sebagai lelaki yang ditanggung nafkahnya oleh ayah dan ibunya sehingga dia meningkat dewasa.
Namun sebelum dia mampu membalasnya, dia telah bertekad menanggung nafkah istrinya, perempuan asing yang baru sahaja dikenalinya dan hanya terikat dengan akad nikah tanpa ikatan rahim seperti ayah dan ibunya.
3. Seorang suami ridha menghabiskan waktunya untuk mencukupi keperluan anak-anak seorang istri dan istrinya.
Padahal dia tahu, di sisi Allah, seorang istri lebih harus dihormati 3 kali lebih besar oleh anak-anak dibandingkan dirinya. Namun tidak pernah sekalipun seorang suami merasa iri hati, disebabkan suami mencintai istrinya. Dan berharap sang istri memang mendapatkan yang lebih baik daripadanya di sisi Allah.
4. Seorang suami berusaha menutupi masalahnya di hadapan seorang istri dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
Sedangkan seorang istri terbiasa mengadukan masalah pada suaminya dengan harapan dia mampu memberi penyelesaian. Padahal mungkin saja di saat istri mengadu, suami juga sedang mempunyai masalah yang lebih besar. Namun tetap saja masalah istrinya diutamakan berbanding masalah yang dihadapi sendiri.
5. Seorang suami berusaha memahami bahasa diam istri, bahasa tangisan istri.
Sedangkan seorang istri kadang hanya mampu memahami bahasa lisan suaminya saja. Itupun bila suami telah mengulanginya berkali-kali.
6. Bila seorang istri melakukan maksiat, maka dia akan ikut terseret ke neraka, karena dia ikut bertanggung jawab akan maksiat seorang istri.
Namun bila dia bermaksiat, seorang istri tidak akan pernah dituntut ke neraka. Sebab apa yang dilakukan olehnya adalah hal-hal yang harus dipertanggung jawabkannya sendiri.
Sumber: halimIslam
by Danu Wijaya danuw | Oct 10, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Kiat pertama yang harus dilakukan seorang wanita agar sukses membangun rumah tangga bahagia, langgeng, rukun, serta jauh dari permusuhan adalah mentaati perintah Rasulullah SAW. Sebagaimana Sabda beliau :
“Apabila orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang untuk melamar, nikahkan dia. Jika tidak, pasti akan terjadi fitnah di bumi ini sekaligus kerusakan.”
Para sahabatnya bertanya, “Rasulullah, meskipun pada diri itu terdapat kekurangan?”
Rasulullah menjawab, “Apabila orang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang untuk melamar, nikahkan dia,” jawab Rasulullah tiga kali. (HR. Tirmidzi).
Artinya apabila kalian tidak menikahkan seorang pria yang taat beragama dan berakhlak mulia, meskipun tidak kaya, tidak terhormat, atau tidak terpandang.
Namun karena kalian lebih menyukai sosok yang kaya, terhormat, dan terpandang, meskipun dia tidak taat beragama dan tidak berakhlak mulia, hal ini akan mengakibatkan kerusakan yang parah.
Mungkin akan banyak wanita yang hidup tanpa suami, dan banyak pula pria yang hidup tanpa isteri. Zina dan perbuatan nista akan tersebar luas. Hal ini akan menyebabkan ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangga.
Allah SWT dan Rasul-Nya telah memberikan wasiat dalam memperlakukan wanita. Dengan demikian, akhlak mulia harus bersanding dengan agama, dan harus dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan pasangan hidup.
Pria yang taat beragama dan mulia pastia akan memperlakukan isterinya dengan baik, apabila dia mencintainya. Dan, jika dia tidak menyukai isterinya, dia takkan pernah menghinanya, kalau tidak bisa mempertahankan rumah tangganya, dia pasti menceraikan isterinya dengan cara yang baik pula.
Sumber: Kiat Menjadi Muslimah Seutuhnya/karya: Adnan Tharsyah/Penerbit: Senayan Publishing/Diposting : Ruang Muslimah
by admin | Jul 21, 2017 | Artikel
“Lidah itu tidak bertulang, tapi dia lebih tajam dari pada pedang.”
“Mulutmu harimaumu.”
“Diam itu emas.”
Sudah sering bukan kita mendengar ungkapan-ungkapan itu.
Wahai para wanita tidakkah kalian menyadari bahwa terkadang kalianlah yang menjadi bagian dari ungkapan-ungkapan itu semua ?
Ada sekelompok wanita yang paling senang berkumpul dan berbincang membahas segala macam hal, tanpa melihat situasi bahkan tanpa sadar telah menyakiti hati orang lain.
Mereka pun juga yang terkadang berkata kasar kepada suami dengan menjadikan keletihannya mengurus rumah sebagai pemaklumannya boleh berkata semena-mena kepada suaminya.
Wanita-wanita ini juga yang terkadang tak bisa menahan untuk mengucapkan keinginan-keinganannya kepada suami tanpa melihat kesanggupan suaminya.
Dan segolongan wanita ini pun sering tak sadar, secara tak langsung berbicara dengan sangat manja, namun sayangnya bukan kepada suaminya.
Dan tahukah kalian bahwa sekelompok wanita ini lebih rela mengorbankan waktunya untuk melihat infotainment yang katanya menyajikan berita-berita terhangat dan inovatif “biar gak kuper” versi mereka, daripada mengantar anak-anaknya sekolah, apalagi membaca Al Qur’an.
Naudzubillahimindzalik!
Bukankah Islam telah mengatur itu semua. Tidakkah kalian ingin menjadi ahli surga. Allah jadikan kalian sebaik-baik makhluk ciptaanNya yang indah bentuk dan rupanya. Kemana rasa syukur kalian.
Kalau saja mereka tahu atau bahkan mau meresapi hadist ini mungkin takkan ada lagi kasus perceraian & kekerasan dalam rumah tangga.
Dari Abu Hurairah ra, ia mendengar Rasullullah saw. bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa diteliti yang karena ia terlempar ke neraka sejauh antara jarak ke timur.” (HR. Bukhari dalam Kitab ke-81 Kitab Pelembut Hati, bab ke-23 bab menjaga lisan)
Lisan itu begitu mudah untuk mengalir bahkan terkadang tanpa ada pembatas di sisi kanan dan kirinya. Ingatkah kalian dengan kisah seorang wanita yang dijuluki “Wanita Pembawa Kayu Bakar” pada zaman Rasulullah saw?
Ya dia adalah Ummu Jamil seorang istri dari Abu Lahab yang sangat terkenal membenci Islam dan memusuhi Rasulullah saw, sama seperti suaminya. Karena begitu membenci Rasullulah saw dan karena ia ingin membela suaminya, Ummu Jamil rela ikut bekerjasama dalam memfitnah nabi, mencela dan menyakiti dengan segala cara.
Salah satunya adalah dengan setiap harinya ia meletakkan kayu-kayu yang berduri di depan rumah Rasullullah agar Rasulullah terluka. Bahkan sampai diakhir hayatnya ia tetap pada kekafirannya.
Allah berfirman dalam surat Al-Lahab ayat 1-5:
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.”
Allah mengisahkan di dalam Al Quran agar kita dapat mengambil pelajaran dari apa yang diperbuat Abu Lahab dan istrinya Ummu Jamil. Karena lisan yang tak terjaga dan hati yang kotor, Allah masukkan mereka ke dalam neraka. Sudah cukup hal itu sebagai pengontrol kita dalam bertutur kata dan berprilaku.
Dari Abu Usman ra. dari Usamah dari Nabi saw, beliau bersabda: “Aku berdiri di ambang pintu surga, maka aku pun menyaksikan bahwa kebanyakan yang memasukinya adalah orang-orang miskin, sedang orang-orang yang memiliki kekayaan tertahan. Selain penduduk neraka telah diperintahkan untuk dimasukkan dalam neraka. Aku berdiri di ambang neraka, dan ternyata kebanyakan penghuninya adalah para wanita.” (HR. Bukhari dalam Kitab ke-67 Kitab Nikah, bab ke-17 bab Hati-hati dengan Fitnah Wanita).
Ada beberapa hal yang terkadang wanita tidak menyadari lisannya :
Pertama, bergosip atau ghibah
“Allah SWT menceritakan penghuni neraka. Ketika ditanya penyebabnya, mereka menjawab: “…dan adalah kami membicarakan yang batil bersama dengan orang-orang yang membicarakannya” (QS. Al Mudatsir : 45)
Kedua, Menceritakan kejelekan-kejelakan suami dan berkata kasar kepadanya
Dari Ibnu Abbas ra. berkata Rasulullah saw bersabda “…dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.
Shahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihiwasallam?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikit pun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari)
Ketiga, suka menceritakan kepada orang lain perihal hubungan badan dengan suaminya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya (pelanggaran) amanah terbesar di sisi Allah pada hari kiamat adalah seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya, lalu dia menyebarkan rahasia ranjangnya.” (HR. Muslim)
Dan pada zaman sekarang ini banyak wanita yang lupa akan fitrahnya bahkan sudah jauh dari nilai-nilai Al Qur’an dan Sunnah. Mereka tidak lagi sungkan untuk melakukan hal-hal yang dilarang Islam dan dibenci Allah.
Semoga Allah melindungi dan menjauhkan kita semua dari sifat-sifat buruk itu. Sesungguhnya surga Allah adalah kekal dan abadi, begitu indah seperti yang tertuang dalam firman Allah SWT,
“Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar. Itu adalah keberuntungan yang besar.” (QS. At-Taubah : 72)
Subhanallah! Begitu indahnya kenikmatan surga yang Allah janjikan itu, hanya bisa diperuntukkan untuk wanita-wanita sholehah. Wanita yang tidak pernah kering lisannya dari mengingat Allah.
Wanita yang taat dan menghormati suaminya.
Wanita yang menjaga tangan dan lisannya terhadap orang lain
Wanita yang mampu menjaga aibnya dan aib orang lain
Wanita yang takut dan malu terhadap Allah SWT
Adakah itu semua ada dalam diri kita..?
Pilihan ada ditanganmu wahai wanita.
Lisanmu, nerakamu, ataukah lisanmu adalah surgamu…?
Wallahua’lam
Referensi :
- Keakhwatan 2 – Cahyadi Takariawan
- Kumpulan Hadist Shahih Bukhari Muslim – Muhammad Fuad Abdul Baqi
by admin | Jun 10, 2017 | Muslimah
Untukmu, ya Untukmu….
Secuek apapun seorang lelaki dalam benak dan hatinya tersimpan gundah yang mampu menggetarkan Bumi.
Gelisahnya tak selalu terdengar desah rana.
Kemampuan dan kekuatan selalu dicoba untuk mendekatkan pada harapan.
Sehingga mampu untuk memberikan ketenangan.
Untukmu, ya Untukmu,
Terima Kasih telah mau berjuang dan bersabar.
Sekalipun air mata harus jatuh dan dibayar mahal dengan rasa yang belum tentu dapat dirasa olehku.
Hal ini kau lakukan demi cita bersama, yaitu melahirkan dan membangun bata-bata peradaban yang akan gemilang diakhir zaman.
Sekalipun ragamu dan ragaku lenyap dari peredaran….
Untukmu, ya Untukmu,
Terima kasih telah mau berpeluh dan bersusah payah.
Sekalipun ada semilir angin yang hampir membuatmu goyah, menggenggam erat tanganku agar kau tetap kuat.
Dan mendapatkan kekuatan untuk tetap melangkah, mengambil bagian dari estafet risalah nubuwah…
Untukmu, ya Untukmu,
Syukurku tidaklah sebanding dengan syukurmu.
Usahaku tidaklah sebanding denganmu tapi bukan perihal comparatif.
Tujuan kita hidup satu atap, berlayar dan nantinya berlabuh pada dermaga cita dan cinta.
Namun adanya nota kesepahaman yang tak tertulis
Terpatri dalam hati, bahwa Robbul Izzati adalah titik akhir dan tujuan kita untuk kembali.
Untukmu, ya Untukmu,
Segala kecemasanmu atas hari ini maupun esok seringkali tak mampu kutangkap.
Namun dari detik aku memetik, dari menit kudapat secelumit, dari jam beberapa asa kugenggam.
Dari hari ku pasrahkan setiap ikhtiar yang sudah kujalani dan terlewati, hanya mampu berdo’a.
Dan mendo’akan yang terbaik untukmu, untukku, untuknya (anak-anak kita) dan untuk mereka (orang tua, saudara, dan sahabat seperjuangan)
Untukmu, ya Untukmu
Aku hadir sebagai pendampingmu.
Dan Kau Hadir sebagai sayap kehidupan yang melengkapi hingga menjadi sepasang sayap untuk meraih mimpi dan harapan bersama.
Terima Kasih, Semoga Allah SWT senantiasa merahmati kita dengan kebaikan dan keistiqomahan dalam berbuat baik….
Uhibbuki Fillahi Yaa Zaujati
أحبُّك فِ اللّه يازوجتي
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Jul 5, 2016 | Artikel, Ramadhan
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya mau menanyakan, apakah hukum-nya jika istri yang membayarkan Zakat fitrah suami karena suami pada saat ini dalam kondisi tidak bekerja, sedangkan si istri berkarir. dimana selama si suami tidak bekerja segala kebutuhan rumah tangga pun di tanggung oleh istri semua. terima kasih
Jawaban
Assalamu alaikum wr.wb. Bismillahirrahmanirrahim. Ash-shalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbihi ajmain. Amma ba’du:
Pada dasarnya yang wajib membayarkan zakat fitrah isteri dan anak adalah suami. Pasalnya suami berkewajiban memberikan nafkah untuk mereka.
Namun dalam kondisi suami tidak mampu untuk membayarkan zakat fitrah mereka, bahkan zakat untuk dirinya sendiri, maka kewajiban tersebut menjadi gugur.
Lalu, apakah sang isteri wajib mengeluarkan untuk dirinya sendiri?
Menurut Imam Malik, seseorang wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya dan untuk isterinya bila ia mampu.
Namun bila tidak mampu dari mana ia keluarkan? Apakah sang isteri wajib mengeluarkan untuk dirinya?
Menurut beliau, sang isteri mengeluarkan untuk dirinya. Kemudian bila isteri juga membayarkan zakat fitrah suaminya, hal itu juga dibenarkan dan diperbolehkan selama atas ijin suami.
Wallahu a’lam Wassalamu’alaikum wr.wb.
Ustad Fauzi Bahreisy