0878 8077 4762 [email protected]

Jika Terjadi Gempa Bumi dan Bencana Alam Jangan Bercanda, Segera Bertaubat

Ketika gempa bumi menyapa, ketika bangunan hancur berkeping-keping menjadi tanah, ketika banyak korban luka dan meninggal, pada saat itu semua hendaknya kita semua lebih mendekatkan diri kepada Allah swt.
Mengingat akhirat, segera bertaubat, bersemangat ibadah, dan tidak tertipu dengan dunia yang fana.
Taubat kepada Allah
Sesungguhnya peristiwa ini akan membuahkan bertambahnya iman seorang mukmin, memperkuat hubungannya dengan Allah.
Dia sadar bahwa musibah-musibah ini tidak lain dan tidak bukan adalah akibat dosa-dosa anak manusia berupa kesyirikan, kebid’ahan, dan kemaksiatan.
Tidaklah terjadi suatu malapetaka melainkan karena dosa, dan malapetaka itu tidak akan dicabut oleh Allah kecuali dengan taubat.
Allah menciptakan berbagai tanda-tanda kekuasaan-Nya sesuai yang Dia kehendaki. Dia pun menetapkannya untuk menakut-nakuti hamba-Nya.
Dengan tanda-tanda tersebut, Allah mengingatkan kewajiban hamba-hamba-Nya, yang menjadi hak Allah ‘
Allah Ta’ala berfirman,

أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ, أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ, أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ

“Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?
Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalan naik ketika mereka sedang bermain?
Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)?
Tiadalah yang merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (QS. Al-A’raaf ayat 97-99)
Saat terjadi gempa atau bencana lain seperti gerhana, angin ribut dan banjir, hendaklah setiap orang bersegera bertaubat kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Merendahkan diri kepada-Nya dan memohon keselamatan dari-Nya, memperbanyak dzikir dan istighfar (memohon ampunan pada Allah).
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam ketika terjadi gerhana bersabda,
Jika kalian melihat gerhana, maka bersegeralah berdzikir kepada Allah, memperbanyak do’a dan bacaan istighfar.” (H.R. Bukhari dalam Al Jumu’ah no. 999 dan Muslim dalam Al Kusuf no. 1518)
Maka tak layak menyebarkan candaan, baik meme gambar guyonan atau kalimat lawakan yang melalaikan dari mengingat Allah (tadzkirah).
Oleh karena itu, wajib bagi setiap kaum muslim agar bertaubat dan berdoa kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Konsisten di atas agama, serta menjauhi larangan Allah yaitu kesyirikan dan maksiat. Sehingga dengan demikian, mereka akan selamat dari seluruh bahaya di dunia maupun di akhirat.
 
Disadur dari Rumasyo

Kemuliaan Sang Pentaubat

Dikalangan Bani Israil ada seorang pendosa, kemaksiatannya sebilang hurun pasir. Tetapi hidayah Allah menyapa. Dia mencoba berpindah ke negeri jauh menghapus jejak kesalahan dikotanya.
Dalam perjalanan dipadang pasir yang menyengat, dia berjumpa kawan perjalanan yakni seorang Nabi. Sang Nabi berkata pada si pendosa, “Mari berdoa agar Allah memayungkan awan di perjalanan!” Sang pendosa berkata, “Demi Allah, aku malu meminta hal tersebut, aku merasa tak layak berdoa kepada-Nya.”
Nabi Bani Israil itu tersenyum, “Baiklah aku yang berdoa, kau cukup aminkan saja!” Tak lama, awanpun menaungkan bayang-bayang. Lalu tibalah dipersimpangan, tujuan berbeda haruskan mereka berpisah arah. Maka setelah salam, masing-masing menempih perjalanannya.
Alangkah terkejutnya Nabi itu ketika mendapati awan yang menaungi perjalanan mereka berdua kini tak lagi bersama dirinya. Yang menakjubkan, ternyata awan itu tetap menaungi laki-laki yang tadi bersamanya. Bergegas Nabi itu berbalik san menghampirinya.
“Saudara, tunggu! Kaubilang tadi tak punya keutamaan apapun, bahkan berdoapun merasa tak layak, tapi awan itu malah mengikutimu.”
“Katakan padaku.” desaknya, “apa yang menjadi rahasia kemuliaanmu disisi Allah sehingga justru ucapan amin-mu yang dikabulkan!”
Lelaki pendosa itu kebingungan. “Apa?” Aku tak tahu duhai Nabi Allah. Aku tak tahu. Aku hanya pendosa nista yang lari dari masa lalu. Aku ahli maksiat yang hina, dan kini begitu haus akan ampunan Rabbku!” ujarnya.
“Itulah dia! Itulah dia!” sahut sang Nabi. “Sungguh benar, di sisi Allah, kemuliaan seorang yang bertaubat mengungguli keutamaan seorang Nabi seperti aku.” pungkasnya.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProMedia

Dosa dan Taubat

Ditanya Hasan Al Bashri, “Tak malukah seorang dari kami pada Allah jika dia berdosa lalu bertaubat, lalu berdosa dan bertaubat lagi?”
Beliau menjawab, “Betapa senangnya syaitan bila mengalahkan kalian hingga menghentikan istighfar. Jangan pernah berhenti memohon ampunan.”
Sahut beliau, “Apa semalam kau menunaikan qiyamul lail?”
“Tidak” ujarnya
“Begitulah. Hukuman terberat atas maksiat mungkin bukan terputusnya rezeki, tapi terputusnya munajat.” jelas Sang Imam.
Di zaman Umar, seorang pencuri dihukum potong tangan setelah tertangkap, terbukti dan tersaksi. Maka ibunya datang dan berkata, “Maafkanlah dia, ini baru pertama kali dia mencuri!”
Jawab Umar, “Wahai ibu, Allah pasti tak hanya sekali memperingatkan seorang hamba yang melakukan dosa.”
Maknanya, Allah Maha Santun. Jika seseorang sampai tertangkap dan terhukum, besar kemungkinan dosanya telah berulang dan tak ditaubati dengan segera.
Semoga Allah mudahkan kita bertaubat dari setiap dosa kala Dia masih menutup aibnya, mengampuni dan melapangkan ke surga.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Penerbit Pro-U Media

Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan untuk Bertaubat

Oleh: Sharia Consulting Center
 
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana setan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih islami.
Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah Swt, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat. Orang-orang kafir, baik itu Yahudi, Nashrani, atau orang-orang musyrik yang masuk Islam berarti mereka telah bertaubat.
Begitu juga orang-orang yang berbuat maksiat, seperti membunuh, berzina, mencuri dan sebagainya, kemudian dia meninggalkan dosa tersebut dan kembali kepada Allah Swt, maka dia telah bertaubat. Adapun orang-orang yang meninggalkan kemaksiatan dan belum kembali kepada ajaran Islam, maka taubatnya belum sempurna, dan harus disempurnakan dengan cara kembali kepada ajaran Allah Swt, yaitu Islam.
(Baca juga: Persatuan Islam dan Ukhuwah di Bulan Ramadhan)
Taubat  mencakup tiga dimensi waktu :  masa lalu, sekarang dan akan datang. Yang terkait dengan masa lalu adalah penyesalan atas dosa yang telah dilakukan. Oleh karenanya disebutkan dalam hadits:
الندم توبة
Penyesalan adalah taubat” (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Sedangkan yang terkait dengan masa kini adalah segera meninggalkan dosa tersebut sekarang juga. Faktor yang terkait dengan waktu yang akan datang adalah bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika taubat terkait  dengan sesama manusia, maka ditambah satu unsur lagi, yaitu meminta dimaafkan atas segala kesalahannya dan menyelesaikan segala urusannya.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Oleh karena itu barangsiapa yang tidak taubat masuk kelompok yang zalim dan orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung.
Allah Swt. berfirman: “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS Al-Hujuraat 11).
Ayat lain: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nur 31).
Dengan demikian hakikat taubat yaitu kembali dari apa yang dibenci Allah Swt. secara lahir dan batin menuju apa yang dicintai Allah secara lahir dan batin. Sehingga taubat adalah suatu proses yang tidak pernah berhenti dan perjalanan awal, pertengahan dan akhir orang-orang beriman.
(Baca juga: Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah Ramadhan)
Langkah orang-orang beriman diawali dengan taubat, dan dalam proses dia terus-menerus bertaubat, hingga akhir dari amal harus ditutup dengan taubat. Inilah hikmah, kenapa mereka diperintahkan melakukan istighfar dan taubat, setelah melakukan amal shalih. Seperti setelah berwudhu, shalat, bahkan setelah berhasil melakukan semua tugas dan mendapatkan kemenangan, kita diperintahkan istighfar dan taubat.
Oleh karena itu, di bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah Swt. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka.
Taubat  adalah sebuah sikap menyesali akan segala kesalahan, melepaskannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut. Dosa, maksiat dan kesalahan merupakan sebab inti dari keterpurukan dan krisis saat ini. Sehingga taubat adalah jalan pembuka untuk memulai hidup baru menuju yang lebih baik. Taubat dan istighfar menjadi syarat utama bagi bangsa Indonesia untuk mendapat maghfirah, rahmat dan karunia Allah Swt.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud 52).
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

Agar Nikmat Menjadi Berkah

Tausiyah Iman – 4 Mei 2016
 
Betapa banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita, namun ternyata kita masih belum mendapatkan ketenangan dalam hidup ini.
Bahkan, betapa banyak orang yang secara materi berlimpah, kedudukannya tinggi, pamornya juga hebat, namun hidupnya dipenuhi dengan kegelisahan dan kecemasan.
Ternyata, kebahagiaan itu bukanlah karena materi dan lainnya.
Simak dan renungkan firman Allah berikut ini, karena itulah kunci agar nikmat Allah menjadi berkah dan membawa kebahagiaan hidup.
ﺍﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻭﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﺛُﻢَّ ﺗُﻮﺑُﻮﺍ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻳُﻤَﺘِّﻌْﻜُﻢْ ﻣَﺘَﺎﻋﺎً حَسَنًا.
Beristighfarlah dan bertaubatlah kepada Tuhanmu, niscaya ia akan memberikan kepada nikmat yang baik (berkah)” (QS. Hud: 3).
Ustadz Fahmi Bahreisy, Lc
(Baca juga: Siapa Teman Anda?)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman