0878 8077 4762 [email protected]

Hikmah Mau'izah (Nasihat)

Apa itu hikmah? Kata Ibnul Qayim Al Jauziyah, “Segala kemanfaatan yang kita hadirkan, dinilai dari sudut pandang mitra bicara dan amal.”
Menurut Al Qurtuby dalam Al Jami’, bukan karena kisah Ibrahim mencari tuhan lewat benda-benda alam, melainkan kisah strategi dakwahnya. Mari mengambil pelajaran saat dia memenggal berhala kaumnya, lalu ditangkap. “Tanya saja patung itu!” ujar Ibrahim saat di interogasi. Hujahnya tak terbantahkan, kaumnya terbungkam.
Al Qardhawi dalam Fi Fiqhil Aulawiyat dalam menafsirkan surah An Nahl ayat 125 lafaz “hikmah mau’izah jidal” ialah mengurut efektivitas dan prioritas yang harus diambil dalam metode dakwah.
Ibrahim akhirnya memilih tokoh paling berkuasa bernama namrudz (surah Al Baqarah: 258). “Tuhanku menghidupkan dan mematikan.” ujar Ibrahim. Raja itu menghadirkan 2 tawanan, 1 dibunuh dan 1 dilepas. “Aku juga” katanya. “Tuhanku datangkan mentari di timur. Coba datangkan ia dari barat.” sanggah Ibrahim. Hujah dahsyat. Raja itu terbungkam.
Maka dari itu kebermanfaatan, Abu Bakar menyerahkan Rp 1,8 Miliar (40.000 dirham) kepada Nabi dihari pertama masuk Islam untuk proyek sosial dakwah. Berbeda dengan Al Walid ibn Mughirah yang dihinakan Allah dalam surah Al Balad.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, Penerbit Pro-U Media

Hikmah Isra’ Miraj

Oleh : Adi Setiawan, Lc., MEI
 
Sepeninggal Abu Thalib dan Siti Khadijah Rasulullah SAW bersedih hati, terasa hilang pembela setianya. Sehingga masa ini pun dikenal dengan ‘aammul huzn (tahun dukacita).
Untuk menghibur beliau SAW Allah SWT pun men-setting beberapa kejadian yang luar biasa. Dimulai dari peristiwa isra’ mi’raj dan peristiwa lainnya yang pada akhirnya lahir kembali pembela-pembela baru bagi perjuangan dakwah Rasulullah SAW.
Firman Allah SWT, “Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka memperoleh apa yang mereka kehendaki di sisi Tuhannya. Demikianlah balasan bagi orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Az-zumar 33-34)
Adalah Abu Bakar As-shiddiq yang menjadi komando bagi para sahabat lainnya untuk berikrar, bersumpah menjadi pembela Rasulullah SAW.
Belajar dari kesetiaan para sahabat Rasulullah SAW, ada banyak kriteria teman, sahabat dan pembela yang mesti dicari:
1. Seperti penjual minyak wangi
Abu Bakar sosok sahabat yang setia bagi Rasulullah SAW. Semenjak keduanya kanak-kanak hingga akhir hayat beliau SAW. Abu Bakar selalu berada di samping beliau. Sahabat seperti inilah yang Rasullah SAW kiaskan dengan penjual minyak, selalu membawa kebaikan sebelum diminta, selalu menebarkan wewangian dari kejauhan sebelum tangan berjabat. Pertemuan pun terasa bahagia, tak ingin segera berpisah. Kalau pun terpisah ingin rasanya segera berjumpa. Inilah persahabatan sejati.
2. Penolong setia
Kehilangan Siti Khadijah membuat Rasulullah SAW bersedih hati untuk sementara waktu. Beliau kembali semangat saat menyaksikan para sahabatnya yang ikhlas lagi setia, rela berkorban harta bahkan nyawa, Para sahabat yang siap mengikuti jejak Siti Khadijah yang gemar menolong orang lain. Apalagi orang yang suka menolong dan meringankan beban orang lain, Allah SWT akan ringankan bebannya.
3. Selalu mendoakan
Dalam sabdanya Rasulullah SAW mengungkapkan bahwa doa adalah shilahul mukmin, doa merupakan senjata rahasia bagi mukmin. Para sahabat Rasulullah SAW selalu mendoakan kebaikan bagi sahabat lainnya. Dengan demikian orang mukmin seharusnya saling mendoakan terlebih ketika seorang muslim mendoakan kebaikan untuk saudaranya sesama muslim, maka kebaikan itu pun akan kembali kepadanya. Jadi yang mesti disadari dan dicari adalah doa-doa yang ikhlas dari sahabat mukmin. Karena bagaimana ikhlas berdoa jika berbeda keyakinan antara sahabat.
4. Selalu saling mengunjungi (silaturrahim)
Para sahabat Rasulullah SAW terbiasa saling mengunjungi. Saling mengunjungi merupakan perekat persahabatan. Selain itu silaturrahim akan memanjangkan umur. Bagaimana tidak panjang umur, jika seseorang dalam kesusahan materi, tidak punya uang misalnya, atau pun kesusahan non materi, seperti ditinggal keluarga maka ketika berkunjung kepada sahabat, minimal uang dikasih, curhatan pun didengar.
5. Sadar bahwa arwah orang yang bersahabat akan bersama
Dalam Al-Qur’an Allah SWT sebutkan, “Sesungguhnya orang-orang yang berbakti benar-benar berada dalam kenikmatan (surga) dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar dalam neraka.” (QS. Al-Infithar: 13-14)
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Arwah-arwah itu akan berbaris, yang saling kenal akan bersama dan yang tidak kenal akan terpisah.”
Demikianlah arwah orang yang baik akan berkumpul dengan arwah orang-orang yang baik begitu pula arwah yang jahat akan berkumpul dengan arwah yang jahat.
Sudah menjadi lumrah, manusia akan selalu mencontoh kemudian bergaul dengan orang satu tipe. Begitu juga dengan agama seseorang sangat tergantung dengan agama temannya. Dan pertemanan di dunia ini akan berlanjut hingga ke akhirat nanti.
6. Selalu mengajak kepada ketaatan
Kebaikan yang dilakukan bersama-sama manfaat yang hadir akan jauh lebih besar. Dan sahabat yang selalu mengajak kebersamaan inilah yang mesti dicari. Sebagai contoh, perbandingan shalat sendiri dengan shalat berjamaah yang mempunyai pahala 27 kali lipat. Mana yang dipilih?
Ketika melaksanakan rangkaian ibadah puasa di bulan Ramadhan, mulai dari sahur, kemudian menahan lapar di siang hari, buka bersama, sampai sholat tarawih,  jauh lebih semangat jika dikerjakan bersama-sama.
Begitu juga ketika fastabiqul khairat dalam ibadah zakat. Dihimpun bersama-sama, dana terkumpul lebih banyak, maka semakin banyak pula para mustahik yang bisa dibantu.
#disampaikan pada khutbah jum’at 06 Mei 2016 di Masjid Al-Hijrah Komplek Kodam Jatiwarna.

Kisah Hikmah: Bukti Ucapan Rasul SAW

Oleh: Fauzi Bahreisy
 
Dalam Shahih Bukhari terdapat riwayat dari Sahl bahwa Nabi SAW dan kaum musyrikin bertemu dalam sebuah peperangan. Mereka saling bertempur. Setiap kaum kembali ke kemahnya.
Di antara kaum muslimin terdapat seorang pemberani yang membuntuti setiap musyrik dan menebas dengan pedangnya.
Lalu ada yang berkata, “Wahai Rasulullah, tidak ada yang melakukan seperti yang dilakukan oleh Fulan.” Beliau menjawab, “Ia termasuk penghuni neraka.” “Jika orang ini termasuk penghuni neraka, lalu siapa di antara kita yang masuk surga?” ujar mereka.
Kemudian ada yang berkata, “Aku akan membuntutinya. Jika ia bergerak cepat atau lambat aku akan selalu bersamanya”.
Sampai akhirnya ia terluka. Maka ia ingin mempercepat kematiannya. Ia letakkan pedangnya di atas tanah dengan mata pedang berada di dadanya. Kemudian ia tancapkan hingga membunuh dirinya.
Segera sahabat yang membuntuti tadi menemui Nabi saw. Ia berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau utusan Allah.” “Mengapa?” tanya beliau. Orang itupun menceritakan apa yang terjadi.
Mendengar hal itu Nabi saw bersabda, “Seseorang beramal dengan amal penduduk surga menurut pandangan manusia, padahal ia merupakan penduduk neraka. Sebaliknya bisa jadi seseorang beramal dengan amal penduduk neraka dalam pandangan manusia, padahal ia merupakan penduduk surga.”

Kisah Hikmah: Sang Yahudi Menyuruh Anaknya Masuk Islam

Oleh: Fauzi Bahreisy
 
Setiap hari orang Yahudi satu ini selalu mengejek Rasul, kadang melemparinya dengan batu. Tapi Rasulullah tidak membalasnya.
Suatu hari, Yahudi ini tidak kelihatan batang hidungnya. Rasulullah pun heran. Ia bertanya menanyakan ihwal orang Yahudi yang selalu mengganggunya itu.
Akhirnya beliau mendapat kabar bahwa anaknya sakit. Rasulullah kemudian datang ke rumah orang tersebut dan membawakan makanan bagi anaknya yang sakit itu.
Ketika datang, Yahudi tersebut demikian kaget. Ia tidak menyangka Rasulullah yang tiap hari dia ejek dan lempati batu, ternyata menjenguk anaknya yang tengah sakit. Saudara dan kaumnya sendiri pun tidak ada yang menengoknya.
Rasulullah datang menyampaikan makanan dan berdoa agar anak tersebut sembuh. Lalu Rasulullah bersabda kepada anak tersebut. “Masuklah Islam!”.
Sang anak kemudian menengok kepada bapaknya seakan-akan meminta izin. Akhirnya sang bapak mengatakan, “‘Taati Abul Qasim. Ikutilah apa yang dikatakan Muhammad!”. Akhirnya anak tersebut sembuh dan masuk Islam.

Kisah Hikmah: Kerendahan Hati Sang Pemimpin

Oleh: Muhammad Syukron Muchtar
 
Islam sangat perhatian dalam urusan kepemimpinan, saking pentingnya masalah ini hingga suatu ketika, saat Rasulullah SAW wafat, jenazahnya tidak segera dimakamkan, karena belum jelas siapakah yang didaulat menjadi pemimpin sepeninggal Rasulullah SAW.
Para sahabat, yang merupakan orang-orang yang paling mengetahui urusan agama setelah Rasulullah SAW tidak segera memakamkan jasad Rasulullah SAW karena mereka paham, pentingnya seorang pemimpin didalam Islam, hingga jasad Rasulullah SAW dimakamkan setelah dipilihnya seorang pemimpin baru menggantikan manusia agung tersebut.
Setelah melakukan proses diskusi akhirnya sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, seorang yang paling dekat dengan Rasulullah SAW dipilih secara aklamasi untuk menggantikan posisi Rasulullah SAW sebagai pemimpin kaum muslimin. Sempat menolak didaulat sebagai pemimpin, Abu Bakar Ash-Shiddiq RA pun tidak punya alasan kuat untuk tidak menerima amanah tersebut, sebab semua sahabat Rasulullah SAW yang hadir saat itu sepakat untuk menjadikannya sebagai pengganti Rasulullah SAW. Akhirnya Abu Bakar pun menerima amanah berat tersebut
Abu Bakar sangat mengerti bahwa tidaklah mudah menjadi pemimpin dan berat sekali pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT, karenanya ia pun bersedih, dan didalam pidato pelantikannya sebagai pemimpin ia pun menyampaikan sebuah pesan yang sangat berharga, menunjukkan kerendah hatian dan kesungguhannya dalam memimpin. Abu Bakar berpesan :
“Wahai sekalian manusia, hari ini aku telah dipilih sebagai pemimpin bagi kalian, dan aku yakin bahwa aku bukanlah yang terbaik diantara kalian. Maka jika kalian melihat kepemimpinanku dalam kebenaran, bantulah aku. Namun jika kalian melihat kepemimpinanku dalam kebatilan maka ingatkanlah aku dan bersikap keraslah kepadaku”
‘Ibrah :
Saudaraku, banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambi dari kisah diatas, diantaranya :
1. Janganlah kita mengajukan diri sebagai seorang pemimpin, kecuali jika kita benar-benar yakin mampu mengemban amanah tersebut. Sebab sungguh berat pertanggung jawabannya disisi Allah SWT. Namun jika semua orang/sebuah forum sepakat menjadikan kita sebagai pemimpin bagi mereka, maka seorang muslim sejati tidak akan berlari dari amanah dan siap mengemban amanah tersebut tanpa penghianatan sedikitpun.
2. Ketika kita dijadikan sebagai pemimpin, maka bersikap sederhanalah dan jangan mengungkapkan janji-janji yang mewah yang belum tentu kita mampu merealisasikannya. Sebab setiap janji adalah hutang dan detiap hutang dituntut pengembaliannya.
Semoga Allah SWT menjadikan kita orang-orang yang sederhana didalam kehidupan ini.