by Danu Wijaya danuw | Apr 28, 2017 | Artikel, Dakwah
Bulan Sya’ban adalah bulan yang terletak setelah bulan Rajab dan sebelum bulan Ramadhan. Bulan ini memiliki banyak keutamaan.
Ibadah-ibadah dibulan sya’ban diperbanyak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah saw mengisinya dengan memperbanyak berpuasa di bulan ini sebagai persiapan menghadapi bulan Ramadhan.
Bulan ini dinamakan bulan Sya’ban karena di saat penamaan bulan ini banyak orang Arab yang berpencar-pencar mencari air atau berpencar-pencar di gua-gua setelah lepas bulan Rajab. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mengatakan:
وَسُمِّيَ شَعْبَانُ لِتَشَعُّبِهِمْ فِيْ طَلَبِ الْمِيَاهِ أَوْ فِيْ الْغَارَاتِ بَعْدَ أَنْ يَخْرُجَ شَهْرُ رَجَبِ الْحَرَامِ وَهَذَا أَوْلَى مِنَ الَّذِيْ قَبْلَهُ وَقِيْلَ فِيْهِ غُيْرُ ذلِكَ.
“Dinamakan Sya’ban karena mereka berpencar-pencar mencari air atau di dalam gua-gua setelah bulan Rajab Al-Haram. Sebab penamaan ini lebih baik dari yang disebutkan sebelumnya. Dan disebutkan sebab lainnya dari yang telah disebutkan.” (Fathul-Bari (IV/213), Bab Shaumi Sya’ban)
Banyak orang menyepelekan bulan ini. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan keutamaan bulan syaban dalam hadits berikut:
Diriwayatkan dari Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkata,
“Ya Rasulullah! Saya tidak pernah melihat engkau berpuasa dalam satu bulan di banding bulan-bulan lain seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban ?”
Beliau menjawab, “Itu adalah bulan yang banyak manusia melalaikannya, terletak antara bulan Rajab dan Ramadhan. Dia adalah bulan amalan-amalan di angkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya suka jika amalanku diangkat dalam keadaan saya sedang berpuasa”. (HR An-Nasai no. 2357, Syaikh Al-Albani menghasankannya dalam Shahih Sunan An-Nasai)
Sahabat Amr bin Qais apabila memasuki bulan sya’ban, ia menutup tokonya dan meluangkan waktu khusus untuk membaca Al Qur’an. Seraya ia berkata, “Sungguh beruntung ia memperbaiki dirinya sebelum ramadhan.”
Sejauh mana persiapanmu menjelang ramadhan?
Sebesar itulah peluangmu meraih kesuksesanmu di bulan tersebut.
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 17, 2016 | Artikel, Dakwah
Kita bisa memahami dengan baik bagaimana kita bisa hidup di bawah naungan firman Allah Jalla Jalaluhu,
“Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupki dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’am: 162)
Tidak masuk akal jika manusia seluruh waktu umurnya hanya melakukan shalat, puasa dan membaca al Quran, tanpa terputus di malam atau siang hari, agar seluruh hidupnya untuk Allah.
Nabi Muhammad saw, dalam hidupnya berpuasa namun juga berbuka (makan), menunaikan shalat namun juga tidur dan menikahi perempuan.
Dengan demikian maka seorang mukmin harus menghimpun antara dunia dan akhirat, menjadikan keduanya satu jalan, agar bisa menjadikan seluruh hidupnya semuanya untuk Allah Ta’ala.
Bila Anda telah memahami definisi menyeluruh tentang arti ibadah ini; Anda tahu bagaimana umat kita ini kalah dan menjadi pengekor bagi bangsa-bangsa lain, karena ketika tercerai berai antara dua kelompok ini.
Antara kelompok yang mengabaikan dunia dengan dalih ingin konsentrasi dan totalitas untuk akhirat, dengan kelompok yang mengabaikan akhirat dan berusaha untuk menggenggam dunia, bukan untuk merealisasikan ridha Allah, namun untuk mendapatkan kenikmatan dan kelezatannya.
Selama anda bekerja atau belajar berarti anda ada dalam ibadah.
Anda dilarang melakukan hal-hal yang membatalkan ibadah Anda. Anda harus menjaga lisan Anda dari berbuat bohong, ghibah, mengumpat dan berkata sia-sia.
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 14, 2016 | Artikel, Dakwah
Perbarui niat, maka pekerjaan yang Anda lakukan akan bernilai ibadah. Dan itu artinya, pekerjaan yang dilakukan akan menjadi jembatan Anda ke surga.
Jangan pergi ke tempat belajar atau tempat kerja dengan jiwa yang tidak bersih dan malas.
Berangkat dan melangkahlah dalam kondisi serius, semangat dan optimis karena sekali lagi, Anda dalam kondisi beribadah, sebagaimana Anda melakukan shalat.
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by Sharia Consulting Center scc | Jun 29, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : Sharia Consulting Center
Islam merupakan agama yang mudah. Perintah dan larangannya mudah dan sesuai dengan fitrah manusia. Setiap perintah Allah pasti memberikan manfaat kepada manusia jika dilaksanakan. Setiap larangan-Nya pasti memberikan kebaikan bagi mereka, jika ditinggalkan. Tidak ada satu kewajiban atau larangan dalam Islam yang memberatkan manusia. Allah Swt berfirman:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu” (QS Al-Baqarah 185).
Dalam kondisi-kondisi tertentu, Islam memberikan keringanan dalam pelaksanaan ibadah. Bagi orang yang sakit dan musafir (orang dalam berpergian jauh) banyak diberikan kemudahan dalam Islam.
Orang yang sedang melakukan safar (perjalanan), termasuk mudik pulang ke kampung halaman saat lebaran adalah orang yang mendapat rukhsah (keringanan). Di antara kemudahan yang diberikan Islam, yaitu pada saat melaksanakan shalat wajib.
Keringanan shalat saat safar di antaranya dibolehkan mengqashar (mengurangi rakaat shalat) dan menjama (menggabung) shalat dan lain-lain. Rasulullah Saw bersabda:
إن الله تعالى يحب أن تؤتى رخصه، كما يكره أن تؤتى معصيته
Artinya: “Sesungguhnya Allah suka jika diambil keringanannya sebagaimana benci jika maksiat kepada-Nya” (HR Ahmad, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).
Panduan ibadah bagi musafir (pemudik), terdiri dari :
- Shalat berjamaah
- Shalat bagi musafir
- Adab safar
- Doa safar
Dengan panduan ringkas ini kami berharap agar umat Islam yang sedang dalam bepergian dan mudik pulang kampung tetap dapat melaksanakan shalat dengan baik dan memenuhi ibadah lainnya, sehingga mudik yang dilakukannya senantiasa dipenuhi berkah dan rahmat Allah Swt
1. Shalat Jamaah
Shalat adalah rukun Islam kedua setelah syahadat dan fardhu ain (kewajiban yang mengikat setiap individu muslim) dalam setiap kondisi. Baik kondisi aman maupun perang, kondisi sehat maupun sakit, kondisi muqim (menetap) maupun safar (bepergian).
Shalat merupakan tiang agama. Bahkan, shalat merupakan tolok ukur perbuatan yang dapat dilihat untuk membedakan seorang muslim atau tidak. Rasulullah Saw bersabda:
بين الرجل وبين الشرك والكفر ترك الصلاة
Artinya: ”Batas antara seorang lelaki dengan kemusyrikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat” (HR Muslim, Abu Dawud, at-tirmidzi dan Ibnu Majah).
العهد الذي بيننا وبينهم الصلاة، فمن تركها فقد كفر
Artinya: “Janji yang mengikat antara kita dan mereka adalah pada shalat. Siapa yang meninggalkannya maka telah kafir”(HR Ahmad, at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim).
Umat Islam harus memelihara shalatnya dengan senantiasa dilaksanakan secara berjamaah, baik dalam kondisi muqim maupun musafir, aman maupun perang, sehat maupun sakit. Allah Swt berfirman:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا لِلَّهِ قَانِتِينَ(238)
“Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wustha. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu`” (QS Al Baqarah 238).
*bersambung
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by Sharia Consulting Center scc | May 29, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Sudah berapa tahunkah kita menunaikan ibadah Ramadhan? Jika usia kita sekitar 35 tahun, dan kita hitung dari usia baligh, maka kita sudah menunaikan ibadah Ramadhan sekitar 20 tahun. Perubahan apakah yang sudah kita dapatkan dari ibadah Ramadhan tersebut? Sejauh manakah tingkat ketaqwaan kita?
Jika kita jumlahkan secara kumulatif, bahwa bangsa Indonesia yang mayoritasnya umat Islam, dan mayoritas umat Islam tersebut menunaikan ibadah Ramadhan. Dengan hitungan secara makro, kita dapat mengatakan bahwa prestasi Indonesia saat ini adalah prestasi dari sebagian besar umat Islam yang berpuasa. Indonesia yang banyak hutang, korup, terbelakang dan berbagai predikat buruk lainnya.
Dengan demikian kita harus merencanakan peningkatan ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun. Tahun depan harus lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah Ramadhan yang kita lakukan harus dapat mengubah dan memberikan hasil yang positif. Perubahan pribadi, keluarga, masyarakat dan perubahan sebuah bangsa.
Imam Ibnul Qoyyim telah memberikan konsep perubahan dengan sangat baik. Suatu peradaban yang besar dimulai dari lintasan pikiran, lintasan pikiran akan meningkat menjadi motivasi atau tekad, tekad akan meningkat jadi perkataan, perkataan akan berubah menjadi perbuatan, dan perbuatan jika terus menerus dilakukan akan menjadi sebuah tradisi atau kebiasaan, lalu kebiasaan jika dilakukan oleh orang banyak akan menjadi sebuah budaya dan perdaban.
Sedangkan Imam Hasan Al-Banna membuat Grand Design perubahan sebagai berikut: Perbaikan diri, pembentukan keluarga muslim, pencerahan masyarakat, reformasi pemerintahan, dan perubahan negara-negara di dunia.
(Baca juga: 4 Kiat Sukses Ramadhan)
Yang pasti perubahan itu harus dimulai dari diri kita masing-masing, dan ibadah Ramadhan berorientasi pada perubahan diri menjadi pribadi yang bertaqwa. Allah Swt berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS AR- Ra’du 11).
Perencanaan yang dilakukan seorang muslim dapat dilakukan dari dua dimensi, perencanaan bersifat makro atau umum dan perencanaan bersifat mikro atau secara rinci. Di antara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan Ramadhan, misalnya: peningkatan ibadah puasa, tilawah Al-Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan Al Qur’an.
Peningkatan dalam aktifitas sosial, seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang dan produksi dalam negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
a. Peningkatan Ibadah Puasa (shaum)
Ibadah shaum yang kita laksanakan dari tahun ke tahun harus meningkat. Shaum dengan hati yang ikhlas dan penuh pemahaman serta memperhatikan segala adab dan sunnah-sunnahnya. Memahami Fiqih Shiyam dan mendalami segala sesuatu yang terkait dengan ibadah puasa. Rasulullah Saw bersabda:
قَدْ جَاءكُمْ شَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرٌ مُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ يُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ الشَّيَاطِينُ فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرُهَا فَقَدْ حُرِمَ
“Sungguh, telah datang kepadamu bulan yang penuh berkah, dimana Allah mewajibkan kamu berpuasa, dibuka pintu-pintu syurga, ditutup pintu-pintu neraka, dibelenggu setan-setan. Di dalam Ramadhan terdapat malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Maka barangsiapa yang tak berhasil memperoleh kebaikan Ramadhan sungguh ia tidak akan mendapatkan itu buat selama-lamanya.” (Riwayat Ahmad, Nasaa’i dan Baihaqy).
b. Peningkatan Ibadah Penunjang
Yang dimaksud dengan ibadah penunjang dalam berpuasa adalah segala sesuatu yang menguatkan ibadah puasa dan memberikan tambahan pahala puasa, seperti buka puasa di awal waktu dengan kurma atau manis-manisan, sahur di akhir waktu, dan tidak merusak ibadah puasa dengan perkataan dan perbuatan yang tidak berguna. Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لله حَاجَةٌ في أنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan tetap melakukannya, maka Allah tidak butuh seseorang meninggalkan makanan dan minumannya.” (HR Bukhari)
c. Menghidupkan Malam Ramadhan dengan Al-Qur’an dan Qiyamul Lail.
Malam-malam Ramadhan adalah malam yang penuh berkah. Oleh karenanya, hiasilah malam Ramadhan dengan interaksi bersama Al-Qur’an secara utuh, baik dari segi tilawah, hafalan, pemahaman, dan pengamalan. Menumbuhkan semangat mencintai Al-Qur’an dan Ahlul Qur’an, mensosialisasikan Al-Qur’an di tengah keluarga muslim dan masyarakat muslim, serta menciptakan generasi Al-Qur’an.
Al-Qur’an diturunkan di bulan Ramadhan dan surat yang pertama turun adalah surat al-Alaq yang berisi perintah membaca. Maka jadikanlah Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dan pengawal kebangkitan Islam. Allah Swt. berfirman:
إِنَّ هَذَا الْقُرْءَانَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS Al-Israa’ 9).
(Baca juga: Keistimewaan Ramadhan dan Beramal Didalamnya)
Begitu juga keberkahan malam-malam Ramadhan harus diisi dengan qiyamul lail atau shalat tarawih. Shalat yang akan mengantarkan kita pada ampunan Allah dan derajat yang tinggi di sisi Allah. Siapakah yang tidak ingin mendapatkan maghfirah dari Allah Swt? Bukankah orang-orang yang nanti masuk neraka sebab utamanya karena tidak sempat mendapat maghfirah dari Allah Swt. di dunia?
Maghfirah itu dapat diraih dengan Qiyam Ramadhan Rasulullah Saw bersabda:
مَنْ قامَ رَمَضانَ إيماناً واحْتِسَاباً غُفِرَ لهُ ما تَقدّمَ مِنْ ذَنْبِه
“Barangsiapa yang melakukan shalat malam di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan perhitungan, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center