0878 8077 4762 [email protected]

Tuntut Netanyahu Diadili, Ratusan Yahudi Gelar Aksi Demo

PALESTINA—Ratusan Yahudi dilaporkan telah menggelarkan aksi demo di kota Pitah Tikva dekat Tel Aviv, Sabtu (26/8/2017). Mereka menuntut agar PM Netanyahu segera disidang dalam kasus korupsi yang menjeratnya.
Surat kabar Israel Yedeot Aharonot menyebutkan, sekitar 1.500 orang ikut dalam demo yang digelar di dekat markas polisi di kota dan rumah Jaksa Agung Israel, Avihai Mandelblit.
Menurut laporan Yedeot Aharonot, polisi Israel telah mencegah ribuah orang ke lokasi demo berdasarkan keputusan yang dikeluarkan Mahkamah Agung Israel pekan lalu.
Keputusan Mahkamah Agung ini mencakup larangan anggota partai Likud, partai asal Netanyahu, melakukan demo tandingan yang mendukung Netanyahu di dekat demo kontra Netanyahu, guna mencegah terjadinya bentrokan antara kedua belah pihak.
Dalam beberapa bulan yang lalu, telah digelar sejumlah demo di Tel Aviv dan wilayah entitas Zionis lainnya. Mereka menuntut pemecatan Netanyahu dan dilakukan penyelidikan segera terhadapnya.
Sejak beberapa bulan, polisi Israel melakukan penyelidikan dua kasus yang menyeret Netanyahu. Yang pertama seputar korupsi dari para pengusaha yang diduga mengalir kepada istrinya.
Kasus kedua mengenai pembicaraan dengan penerbit surat kabar Yedeot Aharonot Arnon Mozes, diduga memberikan liputan pers berlebih pada Netanyahu, sebagai imbalannya dia mengajukan RUU untuk melawan kompetitor Yedeot Aharonot, yaitu Israel Today.
 
Sumber : Alwaght/Daily Sabah

Hapus Israel dari Peta Dunia, Media Australia Dicap Pengkhianat

SYDNEY – Media yang berbasis di Australia, ABCnet.au, menghapus Israel dari peta dunia  dalam sebuah grafik berita. Publikasi ini memicu kemarahan aktivis terkemuka Israel yang menganggap media itu pengkhianat.
Avi Yemini, aktivis Israel dan pendiri Training Krav Maga perusahaan terkait Angkatan Pertahanan Israel (IDF) mem-posting sebuah foto di Facebook yang menunjukkan cuplikan berita ABC di mana Palestina menempati peta Israel.
”Malam terakhir ABC News menghapus Israel dari peta mereka,” tulis Yemini. ”Mereka benar-benar melakukan pekerjaan kotor kaum Islamis. Kita harus segera menyingkirkan para pengkhianat ini,” lanjut dia.
Pihak ABC pun mengecam komentar tersebut dengan menegaskan bahwa grafik berita mereka adalah bagian dari segmen tentang Libanon yang menghapus undang-undang ”menikahkan korban dengan pemerkosa”.
”Cerita ini tentang pencabutan undang-undang di Libanon yang memungkinkan pemerkosa lolos dari hukuman jika mereka menikahi korbannya,” kata pihak ABC melalui seorang juru bicara, yang dilansir news.com.au, Senin (21/8/2017).
”Grafik yang menyertainya menunjukkan negara-negara di mana undang-undang ini telah dicabut (dalam warna biru) dan negara-negara di mana para aktivis secara aktif berusaha mencabutnya (dalam warna kuning). Hukum ini tidak ada di Israel, dan tidak pernah ada, jadi (Israel) tidak ditunjukkan dalam grafik.”
Berita lain tahun lalu, perusahaan Cotton On terpaksa menarik globe yang telay beredar dari toko alat tulis, karena kesalahan tulis, di mana tidak ada nama Israel dalam peta dunia. Hal itu memicu kemarahan komunitas Yahudi.
 
Sumber : news.com.au/SindoNews

Pertemuan OKI di Istanbul Tegaskan Akan Membela Masjid Al-Aqsha

Pertemuan OKI di Istanbul Tegaskan Akan Membela Masjid Al-Aqsha

ANKARA, TURKI – Organisasi Kerjasama Islam (OKI) hari Rabu ini (2/8/2017) menyatakan tekadnya untuk membela Masjid Al-Aqsha dari semua ancaman Israel dan menekankan kesucian situs suci umat Islam tersebut, lapor Anadolu Agency.
Dalam pidato pembukaan, Sekjen OKI Yousef bin Ahmad Al-Othaimeen mendesak negara-negara Islam termasuk para pengusaha dan bisnisman kaya untuk memberi perhatian lebih kepada situs suci umat Islam itu, juga membantu warga Al-Quds yang tinggal di sekitarnya.
“Kepada negara-negara anggota OKI, lembaga keuangan dan swasta, sektor swasta serta individu untuk menyediakan semua bentuk bantuan kepada masyarakat Al-Quds terutama di sektor-sektor kritis, seperti pendidikan, perumahan dan kesehatan,” katanya sebagaimana dilaporkan Koresponden MINA di Sudan Sidiq Mustakim.
Yousef juga menjelaskan bahwa OKI, melalui Islamic Development Bank (IDB), sedang melaksanakan proyek yang mencakup semua aspek pembangunan sosial dan ekonomi di Palestina.
timthumb (14)
Sebelumnya, OKI bersama Dana Solidaritas Islam juga  telah memberikan bantuan senilai $ 27 juta dolar AS untuk berbagai proyek di Palestina, terutama dalam pemeliharaan Masjid Al-Aqsha dan proyek infrastruktur di Al-Quds Al-Sharif.
Dalam pidato sambutan yang sama, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengajak negara anggota OKI untuk bekerja keras melindungi umat Islam dan Kristen di Al-Quds.
“Kita harus bergerak dari sekarang untuk melindungi Palestina dan Al-Quds. Kita perlihatkan kepada Israel bahwa kerja sama kita sangat berurat-berakar dan langgeng.” Tegasnya.
Cavusoglu mendesak masyarakat internasional melakukan tindakan yang perlu guna mencapai perdamaian yang menyeluruh dan langgeng antara Israel dan Palestina dengan landasan penyelesaian dua-negara.
Dalam sebuah pidato akhir yang dikeluarkan di Istanbul para menteri luar negeri OKI mengutuk tindakan provokatif Israel baru-baru ini, termasuk penutupan Masjid Al-Aqsha.
“Komite mengecam larangan Muslim dan Kristen Palestina mendapatkan hak alaminya untuk beribadah di tempat-tempat suci di Al Quds Al Sharif” katanya dalam pernyataan OKI.
Para menteri luar negeri OKI juga menekankan toleransi beragama yang ditetapkan selama berabad-abad di bawah pemerintahan Islam di Al-Aqsha dan mengulangi bahwa masjid suci tersebut adalah kiblat Islam pertama dan satu dari tiga masjid paling yang menjadi milik Islam.
OKI juga mengutuk upaya Israel untuk mengubah status quo bersejarah di Masjid Al-Aqsha, termasuk pemasangan detektor logam dan kamera di dan sekitar Al Haram Al Sharif.
OKI berterima kasih kepada Turki, Yordania dan Arab Saudi atas dukungan serta sikap proaktif mereka selama konflik tersebut.
 
OKI, yang terdiri atas 57 negara di empat benua, adalah organisasi terbesar kedua antar-pemerintah setelah PBB.
 
Sumber : Antara/Voa-Islam/MirajNews

Pertemuan OKI di Istanbul Tegaskan Akan Membela Masjid Al-Aqsha

Detektor Logam di Masjid al Aqsa Dicopot, Palestina Bersuka Cita

YERUSALEM – Usai mendapat beragam protes serta kecaman dari berbagai pihak, Israel akhirnya melepas detektor logam yang terpasang di Masjid al Aqsa, Selasa (25/7) waktu setempat. Langkah ini mereka ambil pasca pecahnya kerusuhan berdarah di beberapa titik di Yerusalem.
Sebagai pengganti, dalam rilis resminya, Kantor Perdana Menteri Israel menyatakan akan mengganti detektor logam dengan pengamanan berdasarkan teknologi maju dan cara terkait. Namun hingga saat ini, belum jelas pengamanan seperti apa yang dimaksud.
Menyambut kebijakan ini, ratusan warga Palestina yang berkumpul di depan masjid bersorak ria. Salah seorang dari mereka bahkan sampai menyalakan kembang api.
Warga Palestina yang menunggu di luar gerbang bersorak pada Kamis (27/7/2017) pagi, saat truk-truk yang mengangkut metal detector Israel meninggalkan daerah tersebut.

Screenshot_2017-07-28-08-48-35_com.android.chrome_1501206552376

Truk pengangkut alat metal detektor yang telah dicopot Israel depan kerumunan warga Palestina


Israel memindahkan instalasi tersebut setelah terjadi aksi besar-besaran di dalam dan luar Yerusalem menolak dipasangnya pintu elektronik pendeteksi logam. Suka cita mereka membuat pasukan Israel kewalahan.
“Gerakan (demonstrasi) ini adalah gerakan tanah suci. Jika tanah suci menghendakinya, kami akan lakukan. Jika tidak, kami tidak akan melakukannya,” ujar koordinator organisasi wakaf Islam yang mengelola kompleks Masjid al Aqsa, Syekh Raed Dana, dilansir dari AFP.
Sebelumnya, Israel memasang detektor logam di pintu masuk kompleks Masjid al Aqsa dan Kubah Shakhrah, sebagai bentuk pengamanan pasca serangan yang menewaskan dua polisi, 14 Juli lalu.
Warga Palestina tidak terima, mereka menganggap Israel ingin mengintervensi situs agama mereka. Sebagai bentuk penolakan, mereka beribadah di luar kompleks sebagai bentuk protes
Sementara itu, utusan PBB untuk Timur Tengah, Nikolay Mladenov telah mengatakan bahwa ketegangan harus sudah mereda sebelum salat Jumat pekan ini agar sengketa tersebut tak meluas ke kawasan lain.
 
Sumber : Fajar.co.id/JerusalemPost

Israel Berada di Ambang Pertempuran dengan Dunia Muslim

TEL AVIV – Mantan Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni, mengatakan, ia khawatir Israel berada di ambang pertempuran dengan dunia Muslim.
Pernyataan Livni muncul di tengah ketegangan terbaru antara Israel dan Palestina di komplek al-Aqsa, yang memancing kecaman serius dari dunia Muslim.
“Israel satu langkah mengubah konfliknya dari melawan orang-orang Palestina, menjadi peristiwa melawan negara Muslim.” kata Livni dalam sebuah wawancara dengan media Israel.
Livini, seperti dilansir Spunnik pada Senin (24/7), kemudian mengatakan, ia yakin pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu harus bersikap tegas dan mencegah agar skenario semacam itu tidak muncul.
Belum lama ini negara-negara Muslim sejumlah 20 negara melakukan latihan perang gabungan bersama, bernama Northen Thunder. Parade militer ini termasuk yang terbesar dengan berbagai alat tempur canggih.
Negara-negara yang berpartisipasi adalah Saudi Arabia, Turki, Malaysia, Pakistan, Mesir, UAE, Jordan, Bahrain, Senegal, Sudan, Kuwait, Maladewa, Maroko, Chad, Tunisia, Kepulauan Comoro, Djibouti, Oman, Qatar, Mauritania, dan Mauritius.
North Thunder mengirimkan pesan yang jelas bahwa Kerajaan Arab Saudi dan negara-negara saudara serta negara-negara sahabat yang bergabung dalam manuver ini berdiri bersama-sama dalam menghadapi semua tantangan untuk memelihara perdamaian dan stabilitas regional khususnya dan dunia pada umumnya.
Inilah yang ditakutkan Israel, sebuah negara kecil yang tidak memiliki koalisi. Dan hanya mengandalkan lobi Amerika. Tindakan menjajah Palestina menjadi kebencian semua bangsa Dunia.
Pihak keamanan Israel pun akhirnya membuka kompleks masjid itu beberapa hari kemudian. Dan mencopot detektor logam yang menghina tempat ibadah umat Islam, Masjid Al Aqsha. Kebijakan tersebut juga akibat tekanan dunia Internasional.
 
Sumber : Middleeastupdate/SindoNews