by Rizky Rustam rizkyrustam | Apr 14, 2016 | Artikel, Ringkasan Taklim
Ringkasan Kajian Kontemporer Majelis Taklim Al Iman
Mencintai Keluarga Nabi dan Sahabatnya
Ahad, 05 April 2015
Pkl. 18.00-19.30
Di Pusat Dakwah Yayasan Telaga Insan Beriman, Jl. H. Mursid No.99B, Kebagusan Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Mudzhar Beik
Hirarki cinta:
1. Kecintaan kepada Allah
2. Kecintaan kepada Rasulullah SAW
3. Kita mencintai Rasulullah, karena kita cinta kepada Allah SWT. Sebab Allah SWT mencintai Rasulullah
Kecintaan kepada keluarga Rasulullah SAW: kita mencintai keluarga Nabi, karena kita mencintai Rasulullah
Surat Al Ahzab : 6
“Nabi itu lebih utama untuk dicintai orang-orang mukmin ketimbang cintanya kepada dirinya sendiri”
Surat Al Maidah : 55
Siapakah yang boleh dicintai?
1. Allah SWT
2. Rasulullah SAW
3. Orang-orang mukmin
Ibnu Taimiyah dalam kitabnya mengatakan kecintaan kepada Keluarga Nabi tidak akan berguna jika bercampur dengan kebencian terhadap sahabat Nabi SAW
Kecintaan kepada keluarga Nabi saw adalah sebuah kewajiban dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah
***
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pukul 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
Join Telegram: @AlimanCenterCom
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Muhammad Syukron msyukron | Apr 8, 2016 | Artikel, Buletin Al Iman
Oleh: Muhammad Syukron Muchtar
Kesempatan untuk bertemu dan menyertai Nabi Muhammad SAW merupakan anugerah terbesar di dalam kehidupan, ia hanya diberikan kepada hamba-hamba pilihan Allah SWT. Hamba-hamba pilihan itulah yang kemudian kita kenal dengan istilah Sahabat Nabi SAW. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Bukhari didalam kitab shahihnya:
“Sahabat Nabi SAW merupakan kaum muslimin yang pernah melihat dan menyertai Nabi SAW”.
Keutamaan yang dimiliki oleh para Sahabat Nabi SAW begitu banyak. Tidak hanya bertemu dan menyertai Nabi SAW, tapi lebih dari itu mereka merupakan orang-orang yang dibanggakan oleh Nabi SAW, bahkan Nabi SAW menyebut mereka sebagai sebaik-baik manusia yang pernah hidup dimuka bumi ini. Nabi SAW bersabda :
“Sebaik-baik manusia adalah yang hidup pada zamanku (para sahabat), kemudian pada zaman berikutnya (tabi’in), kemudian pada zaman berikutnya (tabi’ut tabi’in)” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tidaklah salah baginda Nabi SAW menyebut para sahabatnya sebagai sebaik-baik manusia setelahnya, sebab kecintaan para Sahabat kepada Nabi SAW dan perjuangan mereka dalam membantu dakwah Nabi SAW begitulah besar. Seperti sahabat Abu Bakar yang begitu setia menemani Baginda Nabi SAW, bahkan disaat masa sulit sekalipun Abu Bakar setia menemaninya, seperti yang terjadi pada peristiwa hijrah Nabi SAW dari Makkah ke Madinah.
Sahabat Abu Bakar lah yang menemani Nabi SAW saat berada didalam Gua Tsur, ia rela menahan sakit demi Nabi SAW. Bahkan Sahabat Abu Bakar merupakan orang yang percaya pada peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi SAW tanpa perlu bertanya. Karenanya, Nabi memberinya gelar Abu Bakar Asshiddiq (yang membenarkan).
Pujian buat para Sahabat Nabi SAW tidak hanya diberikan oleh baginda Nabi SAW. Allah SWT secara terang-terangan mengapresiasi perjuangan mereka, Allah SWT ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah SWT, bahkan Allah SWT sudah menyiapkan tempat kembali yang terbaik buat mereka, yaitu surga-Nya. Allah SWT berfirman :
“Orang-orang terdahulu yang pertama-tama masuk Islam dari golongan Muhajirin dan Anshar (para Sahabat Nabi SAW) dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah SWT ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah SWT. Dan Allah SWT menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai dibawahnya. Mereka kekal di dalamnya selamanya. Itulah kemenangan yang besar” (QS.At-Taubah : 100).
Begitulah para Sahabat Nabi SAW, mereka merupakan orang-orang yang diridhai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad SAW. Maka, sebuah kewajiban yang harus kita tunaikan adalah mencintai dan memuliakan mereka, sebab mencintai dan memuliakan mereka merupakan tanda keimanan.
Larangan Mencela Sahabat Nabi SAW
Diantara bentuk kecintaan kepada para Sahabat Nabi SAW adalah menjaga citra baik mereka, membaca sejarah hidup mereka dan menjadikan mereka sebagai teladan kehidupan kita setelah keteladanan yang diberikan oleh baginda Nabi SAW. Adapun orang-orang yang munafik mereka merasa dirinya lebih baik dari para Sahabat Nabi SAW, mereka menghinakan para Sahabat Nabi SAW, bahkan mereka tidak segan berdusta demi membuat buruk citra para Sahabat Nabi SAW.
Perbuatan mencela Sahabat Nabi SAW merupakan perbuatan yang dilarang dalam agama, sebab baginda Nabi SAW bersabda :
“Janganlah mencela sahabatku! Janganlah mencela sahabatku! Demi Allah yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, jika saja kalian menginfakkan emas sebesar gunung uhud, niscaya tidak dapat menyamai satu mud sedekah yang mereka lakukan, bahkan tidak juga separuhnya” (HR. Muslim, dari perkataan Abu Hurairah ra).
Melalui hadits diatas, Nabi SAW melarang keras kepada siapa pun untuk mencela para sahabatnya yang mulia, begitu kerasnya larangan tersebut hingga Nabi SAW pun mengatakan “Janganlah mencela sahabatku” sebanyak dua kali.
Bahkan baginda Nabi SAW menjelaskan bahwa sedekah yang kita lakukan itu tidak mampu menyamai sedekah yang dilakukan oleh para Sahabat Nabi SAW, itu menunjukkan betapa besar cinta Nabi SAW kepada para sahabatnya dan betapa mulia kedudukan para Sahabat Nabi di dalam hati Nabi SAW.
Maka, siapapun kita, setinggi apapun jabatan kita, seluas apapun ilmu kita, dan sebanyak apapun harta kita, janganlah kita berani mencela para Sahabat Nabi SAW. Marilah muliakan mereka, cintai mereka sebagaimana kita mencintai diri kita sendiri, dan marilah kita jadikan mereka sebagai idola kita didalam kehidupan ini setelah baginda Nabi SAW.
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 331 – 24 April 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Farid Numan Hasan faridnuman | Apr 5, 2016 | Artikel, Buletin Al Iman
Oleh : Farid Nu’man Hasan
Berikut ini pujian Rasulullah terhadap para sahabatnya diantaranya adalah:
Pertama, hadits ‘Sebaik-baiknya manusia adalah zamanku…’
Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah zamanku, dan kemudian setelahnya, dan kemudian setelahnya.” (HR. Bukhari No. 2509, 3451, 6065, 6282. Muslim No. 2533. At Tirmidzi No. 2320, dari Imran bin Al Hushain)
Manusia zaman nabi tentunya adalah para sahabat Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Imam An Nawawi Rahimahullah menerangkan:
“Yang benar adalah bahwa manusia terbaik adalah zaman Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sahabat, kedua tabi’in, ketiga adalah orang-orang yang mengikuti mereka.” (Syarh Shahih Muslim, Bab Fadhlush Shahabah, No. 4603. Mausu’ah Syuruh Al Hadits)
Berkata Syaikh Abdurrahman Al Mubarakfuri:
“Sabdanya: Sebaik-baik manusia adalah zamanku, yaitu yang hidup pada zamanku. Berkata Al Hafizh (Ibnu Hajar), yang dimaksud pada zaman Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hadits ini adalah sahabat nabi.” (Syaikh Abdurrahman Al Mubarakfuri, Tuhfah Al Ahwadzi, 6/469. Al Maktabah As Salafiyah. Madinah Al Munawarah)
Kedua, hadits ‘Jangan cela para sahabatku …’
Dari Abu Said Al Khudri Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Jangan kalian cela para sahabatku, seandainya salah seorang kalian menginfakkan emas sebesar Uhud itu tidak akan bisa menyamai satu mud-nya mereka bahkan setengahnya.” (HR. Bukhari No. 3470. Muslim No. 2540. At Tirmidzi No. 3952)
Imam Al Baidhawi mengatakan:
“Makna hadits adalah tidaklah infakkan kalian walau emas sebesar gunung Uhud mampu menyamai keutamaan dan pahala yang sudah diraih oleh salah seorang mereka (para sahabat) yang sebesar satu mud makanan atau setengahnya saja.” (Al Hafizh Ibnu Hajar, Fathul Bari, 7/34. Darul Fikr)
Demikian keras larangan mencela para sahabat nabi, namun kaum Syi’ah mencela mereka, dan hal itu sama juga telah mencela orang-orang yang dicintainya.
Ketiga, keutamaan Ahli Badr, ‘Lakukan apa saja Allah Telah mengampuni kalian…’
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Lakukan apa saja oleh kalian, kalian telah diampuni.” (HR. Bukhari No. 2845, 4025, 4608. At Tirmidzi No. 3360, Ibnu Abi Syaibah No. 51, 74. Al Hakim No. 6968, dari jalur Abu Hurairah, katanya: shahih. Ibnu Hibban No. 4798, juga dari jalur Abu Hurairah)
Keempat, keutamaan para peserta Bai’atur Ridhwan, ‘Tidak akan masuk neraka orang yang ikut bai’at di bawah pohon…’
Dalam Al Quran, Allah ‘Azza wa Jalla telah memuji mereka. Berikut adalah pujian dari Rasulullah untuk mereka.
Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tidak akan masuk neraka orang-orang yang berbaiat di bawah pohon.” (HR. Abu Daud No. 4653. At Tirmidzi No. 3795, katanya: hasan shahih. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 7980).
Dari Jabir juga, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Benar-benar akan masuk surga orang-orang yang berbaiat di bawah pohon, kecuali pemilik Unta Merah.” (HR. At Tirmidzi No. 3955, katanya: hasan gharib. Al Haitsami mengatakan, hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Bazar dari Ibnu Abbas, rijalnya shahih kecuali Hidasy bin ‘Iyasy, dia tsiqah, Majma’ Az Zawaid, 9/161).
Al Qadhi ‘Iyadh menjelaskan tentang maksud ‘Pemilik Unta Merah.’ Katanya:
“Dikatakan: dia adalah Al Jadd bin Qais seorang munafiq.” (Al Qadhi ‘Iyadh, Ikmalul Mu’allim Syarh Shahih Muslim, 8/157. Maktabah Al Misykat)
Kelima, menyakiti para sahabat adalah sama dengan menyakiti Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Dari Abdullah bin Mughaffal Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Bertaqwa-lah kalian kepada Allah terhadap hak-hak sahabatku, jangan jadikan mereka sasaran kata-kata keji setelah aku wafat. Barangsiapa yang mencintai mereka (para sahabat) maka dengan kecintaanku, aku akan mencintai mereka (orang yang mencintai sahabat), dan barangsiapa yang membenci mereka, maka dengan kebencianku, aku akan membenci mereka (orang yang membenci sahabat), dan barangsiapa yang menyakiti mereka maka dia telah menyakiti aku, dan barangsiapa yang telah menyakiti aku, maka dia telah menyakiti Allah, dan barangsiapa yang menyakiti Allah, maka Dia akan memberinya azab.” (HR. At Tirmidzi No. 3954, katanya: hasan gharib. Ahmad No. 19641).
Dikutip dari dakwatuna.com
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 330 – 17 April 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Lia Nurbaiti Lia Nurbaiti | Feb 19, 2016 | Artikel, Sirah Shahabiyah
Oleh: Lia Nurbaiti
Sepeninggal Rasulullah SAW, Ummu Aiman tetap dihormati oleh para sahabat. Ketika itu Abu Bakar ra. berkata kepada Umar, “Mari kita mengunjungi Ummu Aiman sebagaimana Rasulullah mengunjunginya.”
Ketika sampai di rumah Ummu Aiman, ditemuinya Ummu Aiman dalam keadaan sedang menangis. Mereka bertanya “Apa yang membuat ibunda menangis? Apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah.” Ummu Aiman menjawab, “Aku menangis bukan karena aku tidak tahu apa yang ada di sisi Allah lebih baik bagi Rasulullah. Akan tetapi, aku menangis karena sekarang tidak ada wahyu lagi.” Jawaban itu membuat keduanya menangis.
Begitulah rasa cinta dan sayangnya Ummu Aiman yang begitu dalam terhadap Rasulullah SAW.
Ummu Aiman diberi umur panjang oleh Allah SWT. Ia mengikuti masa pemerintahan Abu Bakar ra. hingga pemerintahan Umar ra. Bahkan ketika Umar ra. terbunuh, Ummu Aiman menangis dan berkata, “Hari ini Islam mulai lemah”.
Saatnya Berpisah
Umur panjang yang dikaruniakan kepada Ummu Aiman sungguh sangat bermakna perannya terhadap perjuangan Islam akan selalu tercatat dalam sejarah. Namun setiap manusia akan mati, begitu juga dengan ibunda kita ini. Pada masa pemerintahan Utsman ra. Allah memanggilnya untuk berkumpul dengan orang yang dicintainya (Rasulullah) di surga, yang kenikmatannya tiada terkira.
Allah berfirman, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.“(QS. Al-Baqarah: 155-157).
Teriring doa, Semoga Allah meridhai pengasuh Rasul-Nya. Dia-lah panutan sejati wanita dunia. Kejernihan hati, semangat perjuangan dan pengorbanan untuk kebenaran, semuanya ada padanya.
Referensi:
35 Shirah Shahabiyah, Jilid 2, Mahmud Al-Mishri
by M. Nasir Azzainy mnasirazzainy | Jan 28, 2016 | Artikel
Ringkasan Kajian Hadits Majelis Ta’lim Al Iman
4 Wasiat Rasulullah SAW
Ahad, 17 Januari 2016
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Ta’lim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66 Jakarta Selatan
Bersama:
Ust. Fahmi Bahreisy, Lc
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي يُوسُف عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سلام رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَم، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَام، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَام، تَدْخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلَام
(رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ)
Dari Abu Yusuf, Abdullah bin Salam r.a. ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, jalin tali silaturrahim, dan shalatlah di malam hari, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmidzi).
4 wasiat Rasulullah yang terkandung dalam hadits diatas adalah:
1. Menyebarkan Salam
Ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan menyebarkan salam yaitu mengucapkan kalimat “Assalamu’alaikum.…” kepada sesama muslim.
Hukum memberi salam adalah sunnah sedangkan menjawab salam hukumnya wajib.
Dalam kaidah fikih disebutkan “pahala amalan wajib lebih besar dibandingkan dengan pahala amalan sunnah”. Namun kaidah ini tidak berlaku dalam memberi salam, meskipun memberi salam hukumnya sunnah namun, lebih besar pahalanya daripada yang menjawabnya yang hukumnya wajib.
Salam yang diajarkan oleh Rasulullah menggunakan kata isim (kata benda) yaitu “assalamu” bukan fi’il (kata kerja) “sallama” maka dalam tata bahasa arab apabila diawali dengan isim maka hal itu menunjukkan sesuatu yang tetap (as-tsubut). Oleh karena itu salam adalah sebuah doa agar keselamatan selalu ditetapkan kepada orang yang diberi salam.
Mengucapkan “assalamu’alaikum” mendapat 10 pahala, sedangkan “assalamu’alaikum warahmatullah” mendapat 20 pahala. Adapun “assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” mendapat 30 pahala. Semakin sempurna salam yang kita ucapkan semakin besar pula pahala yang kita dapatkan.
Adab dalam memberi salam yaitu : orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk, yang muda memberi salam kepada yang tua, kerumunan orang yang sedikit memberi salam kepada kerumunan orang yang banyak.
2. Memberi Makan
Dalam hadits diatas Rasulullah menyebutkan kata-kata “wa-ath’imutha’am” yang bermakna memberi makan, hal ini karena makanan merupakan salah satu hal yang urgen bagi manusia.
Ulama bersepakat tidak hanya terbatas memberi makanan namun bisa sesuatu yang lain seperti uang, pakaian dan lain-lain.
Seorang wanita Yahudi yang buta yang selalu menghina Rasulullah SAW selalu diberikan dan disuapkan makanan oleh Rasulullah, sampai akhinya wanita tersebut memeluk agama Islam karena ketulusan Rasulullah tersebut.
3. Menyambung Tali Silaturrahim
Menyambung tali silaturrahim dengan sesama merupakan salah satu amal ibadah yang bernilai besar dihadapan Allah SWT, begitu juga sebaliknya, memutuskan tali silaturrahim adalah termasuk dosa besar.
4. Shalat Malam
Merupakan salah satu ibadah yang dapat melunakkan hati.
Apabila kita melakukan empat wasiat ini maka sebagaimana janji Rasul diakhir hadits adalah kita akan masuk surga dengan selamat atau “bissalam“. Para ulama mengartikan kata “bissalam” ini yaitu masuk surga tanpa hisab & tidak singgah di neraka. Wallahua’lam.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!