by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Jul 30, 2015 | Konsultasi Umum
Assalamualaikum wr wb.
Begini ustadz/ustadzah Hidup saya sekarang akrab dengan rokok maupun minuman keras, sifat buruk saya adalah semacam tempramental mood tidak bisa di tebak, mengedepankan emosi sampai ada teman saya yg katanya dia punya ilmu titen dan bisa membaca mata saya, dia berkata kalau nasib saya itu besok (masa depan) sangat buruk, saya bisa punya pekerjaan tapi di pecat dalam pekerjaan itu, dia bilang hidup saya besok tidak karuan intinya, lalu saya kaget, yg saya mau tanya apakah benar besok jika nasib sudah di katakan seperti itu maka akan terjadi? saya masih percaya bahwa semua hidup saya ada di tangan Allah SWT tapi ramalan itu selalu menghantui saya, apa jika saya berusaha menjadi orang yg lebih baik nasib saya akan berubah menjadi baik? Terimakasih ustadz/ustadzah, mohon segera di jawab pertanyaan yg masih membuat saya bimbang.
Jawaban:
Assalamu alaikum wr.wb.
Alhamdulillahi Rabbil alamin. Wash-shalatu wassalamu ala Asyrafil Anbiya wal Mursalin. wa’ ba’du.
Hidup Anda tidak ditentukan oleh kondisi mata Anda. Juga tidak ditentukan oleh ramalan orang. Namun nasib Anda ditentukan oleh diri Anda sendiri. Yang menjadikan seseorang mendapatkan keburukan adalah manakala ia berbuat buruk. Sebab ia akan mendapatkan akibat dan dampak dari keburukan yang ia lakukan. Allah befirman, “Siapa yang berbuat keburukan seberat biji dzarrah sekalipun pasti ia akan melihat (akibatnya).” (QS az-Zilzalah: 8). Namun siapa yang segera bertobat dan kembali kepada Allah, keburukan tersebut akan diganti dengan kebaikan. (QS al-Furqan: 70). Juga yang membuat seseorang mendapat keburukan ketika ia percaya pada ramalan orang. Sebab, Nabi saw melarang praktek ramal-meramal.
Bahkan Rasul saw mengancam, مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً Siapa yang datang kepada tukang ramal dan bertanya tentang sesuatu kepadanya, shalatnya tidak diterima selama empat puluh hari (kalau ia tidak bertobat). (HR Muslim).
Karena itu, bebaskan diri Anda dari segala ramalan makhluk. Berbaik sangkalah kepada Allah sebab Allah bersama prasangka hamba kepada-Nya. Lalu segeralah bertobat dari segala dosa dan maksiat dengan terus berdoa dan meminta kepada-Nya diringi amal-amal salih. Insya Allah dengan itu semua Anda akan menjadi orang yang sukses dan beruntung dunia akhirat. Wallahu a’lam.
Wassalamu alaikum wr.wb.
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | Jul 30, 2015 | Artikel
Oleh: Syaikh Salman Al-Audah
Betapa meruginya diriku, manakala aku mengira bahwa jalan yang sedang aku lalui akan mengantarkanku pada-Mu, namun ternyata aku sedang melalui jalan yang memisahkanku dengan-Mu.
Sungguh sangat disayangkan manakala aku meninggalkan dunia ini tanpa pernah merasakan hal yang ternikmat di dalamnya yaitu, bermunajat dan bertaqarrub kepada-Mu serta menghayati nama-nama dan sifat-Mu yang Maha Tinggi.
“Sekali-kali tidak sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar terhalang dari (melihat) Tuhannya.” (QS. al-Muthaffifin : 15).
Orang yang terhalang pada hari kiamat ialah orang yang juga terhalang dari-Nya di dunia. Mereka adalah orang-orang yang curang yang tidak dapat menakar “timbangan” dengan baik.
Ketika aku meminta jalan hidayah pada-Mu, maka hidayah yang paling agung adalah pintu ma’rifah (mengenal) dan beriman pada-Mu serta mendapatkan secercah cahaya dari-Mu yang dapat menerangi hatiku.
Bagaimana caranya supaya aku dapat memelihara saat-saat dimana hatiku mendapat penerang dan tersingkap semua hijab dari qalbuku?
Bagaimana caranya agar aku dapat melepaskan diri dari jerat kemaksiatan yang menyebabkan kekeringan dan kekosongan di dalam hatiku sehingga ia dapat menghancurkan bangunan yang aku dirikan?
Di saat aku mengingat-Mu, hatiku menjadi lembut dan lunak. Akan tetapi, aku tidak memiliki kekuatan untuk terus menerus berada dalam kondisi seperti itu kecuali dengan anugerah yang Kau berikan kepadaku.
Manakala aku membaca Al-Qur`an, pikiranku ikut berjalan menyusuri kisah-kisah orang-orang yang dekat dengan-Mu. Ia menangkap berbagai kabar gembira dan peringatan dari-Mu. Saat itulah, dunia terasa kecil di mataku, seakan-akan ia hanyalah kehidupan yang sepintas dan cepat.
Kondisi semacam itu terasa sangat nikmat nan indah, namun aku khawatir ia akan menjadi penuntut bagiku bukan menjadi sarana untuk mendekatkanku pada-Mu.
Barangsiapa yang merasakan manisnya taqarrub dan tunduk kepada-Mu, bagaimana mungkin ia akan lupa dan lalai?
Aku adalah orang yang sering berputus asa di saat melakukan kemaksiatan, dan aku adalah orang yang suka membangkang di saat aku mendapatkan nikmat. Aku orang yang suka meminta saat berada dalam kondisi sulit, akan tetapi aku menjadi orang yang tertipu di saat lapang dan senang.
Aku tidak mampu jika aku harus terus menerus berada dalam kesulitan, dan kehidupan ini tidak akan terus menerus berada dalam kenikmatan.
Apakah ada cara agar jiwaku, diriku, akalku dan qalbuku terus terwarnai dengan kehidupan yang rabbani tanpa ada kotoran riya` dan sum’ah bahkan di saat aku sedang malas?
Bagaimana caranya meneladani mereka yang telah Kau pilih dan Kau jadikan sebagai orang-orang yang shalih, yang telah Kau antarkan mereka menjadi orang-orang yang dekat dengan-Mu? Bgaimana caranya agar bisa mengikuti mereka yang telah Kau jadikan sebagai orang-orang yang Kau kabulkan do’anya, Kau berikan perlindungan dan pertolongan pada-Nya serta Kau jauhkan mereka dari segala macam keburukan dan kesulitan?
Posisiku sebagai hamba menghendaki diriku untuk melepaskan diri dari sikap egois dan sombong. Setiap kali aku menyadari hinanya diriku, di saat itulah aku merasakan kedekatan denganmu.
Aku terus menghadirkan makna sujud (ketundukan) dan terus membersihkan diri ini dari sifat sombong dan ghurur. Hal itu melapangkan diriku menuju jalan Allah. Akan tetapi, pantaskah aku mendapatkannya padahal aku adalah orang yang sudah tenggelam dalam ketamakan terhadap dunia dan sibuk dengan penampilan diriku di hadapan orang lain? Pantaskah aku mendapatkannya padahal aku telah lalai karena kesibukanku berteman dengan fulan dan fulan?
Di kala aku sadar, aku berkata: “Aku wajib memilih jalan menuju Allah dengan penuh keridhaan dan rasa cinta sebelum kematian menjemputku.”
Aku ingin seperti orang tercinta yang telah lama hilang kemudian ia datang kembali pada keluarganya, bukan seperti budak yang diseret secara paksa ke hadapan tuannya.
Sebaik-baik cara yang dapat membuatku ingat kepada Allah adalah tilawah Al-Qur`an dan berdzikir dengan shalawat dan dzikir-dzikir yang lainnya.
* Diterjemahkan oleh: Fahmi Bahreisy, Lc
** Sumber: iumsonline.org
by Muhammad Syukron msyukron | Jul 30, 2015 | Artikel
Suatu malam, khalifah Umar bin Khattab RA berjalan mengelilingi sebuah kampung yang termasuk daerah kekuasannya untuk mengetahui secara langsung kondisi daerah tersebut pada malam hari.
Dalam perjalanan tersebut tiba-tiba sang Khalifah mendengar seorang wanita melantunkan sebuah sya’ir :
لقد طال هذ الليل و اسود جانبه
و أرقني ألا خليل ألاعبه
فو الله لو لا الله تخشى عواقبه
لحرك من هذا السرير جوانبه
“Malam lama berlalu dan langitpun semain pekat,
Namun aku masih dalam kesendirian dan tak ada kekasih yang kucumbu,
Demi Allah , kalau bukan karena Allah yang ditakuti hukumannya,
Niscaya ranjang ini telah bergoyang”
Sya’ir tersebut menggambarkan kerinduan seseorang kepada kekasihnya yang telah lama tidak bertemu dengannya, kerinduan tersebut memuncak hingga muncul keinginan bermaksiat tanpa sepengetahuan kekasih. Namun, karena merasa dipantau oleh Allah SWT dan takut akan hukuman yang akan diberikan, keinginan untuk bermaksiat itu pun mampu diredam.
Khalifah Umar bin Khattab RA setelah mendengar sya’ir yang dilantunkan wanita tersebut berupaya menyelidiki, siapakah wanita tersebut? Dan apa gerangan yang membuat wanita tersebut melantunkan sya’ir kerinduan itu?
Setelah mencari informasi, khalifah Umar bin Khattab pun mengetahui bahwa wanita tersebut adalah wanita shalihah yang begitu rindu kepada suaminya yang sudah lama ikut dalam pasukan jihad, namun belum juga kembali kerumah. Ia rindu pada belaian dan cumbu rayu seorang kekasih, hingga terbesit dalam hatinya untuk bercumbu rayu dengan laki-laki lain yang bukan suaminya. Namun, karena iman yang tertancap didalam hatinya, keyakinan bahwa Allah melihat setiap gerak-geriknya, dan takut pada hukuman yang akan Allah berikan ia pun berupaya merendam keinginan bermaksiat itu.
Setelah mengetahui kondisi wanita tersebut, sang khalifah pun bertanya kepada anaknya, Hafshah : “wahai Hafshah berapa lamakah seorang wanita sanggup ditinggal oleh seorang kekasih?” Hafshah pun menjawab : “bahwa wanita sanggup ditinggal oleh kekasih tidak lebih dari empat bulan”
Akhirnya khalifah Umar bin Khattab RA berijtihad dan membuat keputusan bahwa tidak boleh pasukan jihad pergi meninggalkan istrinya lebih dari empat bulan.
‘Ibroh :
Saudaraku, dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran penting, bahwa sikap merasa diawasi oleh Allah SWT dapat menjauhkan seseorang dari perbuatan maksiat yang dilarang oleh-Nya.
Sebagaimana wanita tadi, jika ia ingin bermaksiat bisa saja, sebab peluang untuk melakukan itu terbuka luas dan sang suami mungkin tidak akan mengetahuinya jika ia melakukannya. Namun ia meyakini bahwa kalaupun sang suami tidak mengetahui jika ia bermaksiat, namun Tuhannya, Allah SWT pasti mengetahuinya. Sebab Allah SWT Maha mengetahui segala yang dilakukan setiap hamba-Nya, baik yang dilakukan secara terang-terangan maupun yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Rabbmu benar-benar mengawasi” (QS.Al-Fajr : 14)
“Dan Dia (Allah SWT) bersama kamu dimana saja kamu berada” (Q.S Al-Hadid : 4)
Saudaraku, Jika saja setiap orang merasa dipantau oleh Allah SWT dan takut akan hukuman yang akan Allah berikan, maka dipastikan tidak akan ada lagi yang namanya kejahatan. Perjudian, pemerkosaan, pembunuhan, korupsi dan bentuk penyimpangan lainnya tidak akan pernah ada dimuka bumi.
Dan jika setiap orang merasa dipantau oleh Allah SWT, maka kesejahteraan dan kebahagiaan akan menyeliputi kehidupan, sebab agama ini tidaklah mewajibkan suatu hal kecuali membawa kepada kebahagiaan dan kesejahteraan.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk kedalam golongan orang-orang yang merasa dipantau oleh-Nya dan takut akan hukuman-Nya, hingga kita benar-benar mampu menjauhi segala bentuk penyimpangan.
ed : danw
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Jul 29, 2015 | Konsultasi Umum
Assalamualaikum warrahmatulahi wabarakatuh.
Pak ustad saya ingin bertanya mengenai vonis kafir, sesuai ajaran islam vonis kafir harus ada lembaga pengadilan syariah yg di tetapkan oleh pemerintah yg berhukum islam, seperti yg kita ketahui di indonesia tidak ada lembaga pengadilan syariah, lalu bagaimana seorang muslim yg sedang mencari kesalahanya sendiri jika dia telah kafir atau tidak? Apakah harus bertanya kepada ulama? Apakah ulama akan menilai kafir atau tidaknya? Jika itu bertentangan dengan ajaran islam lalu apa yg harus dilakukan agar fulan mengerti kesalahanya dengan jelas? Terimakasih
wassalamualaikum warrahmatulahi wabbarakatuh.
Jawaban:
Assalamu alaikum wr.wb.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbih ajmain. Amma ba’du.
Nabi saw bersabda, “Siapa yang berkata kepada saudaranya, ‘Wahai kafir!’ berarti salah satunya kafir seperti yang dikatakan. Atau jika tidak maka dosanya kembali kepada yang menuduh.” (HR Muslim) Karena itu, tidak boleh sembarangan menuduh seseorang kafir. Yang bisa menuduh orang kafir hanya mereka yang mengetahui rambu-rambu agama, serta yang mengetahui batas-batas syariat dan akidah.
Pada dasarnya orang yang mengekspresikan syiar-syiar Islam seperti syahadat, shalat, puasa, haji dst, maka ia harus dihukumi dan diperlakukan sebagai muslim. Ia layak mendapat salam, layak diberi loyalitas, dan seterusnya. Tidaklah dianggap keluar dari Islam dan disebut kafir kecuali yang jelas-jelas melakukan tindakan sebagai berikut: – Secara sengaja dan sadar mengaku bahwa dirinya kafir. – Secara sadar dan sengaja mengucapkan ungkapan atau keyakinan yang jelas-jelas kufur menurut ijma para ulama. Misalnya menganggap Allah punya sekutu, mengaku dirinya sebagai malaikat, dst.
Paling tidak ada dua syarat untuk menilai seseorang kafir:
(1) adanya dalil atau petunjuk yang jelas bahwa tindakan yang dilakukannya kufur;
(2) ia melakukan itu dalam kondisi tahu dan sadar; tanpa dipaksa.
Karena itu, menuduk orang kafir bukan perkara yang ringan dan sepele. Harus ada dalil yang valid dan kuat yang mengarah kepadanya. Di sini harus ada sikap hati-hati. Dan di antara bentuk kehati-hatian adalah bertanya kepada ahlinya, yaitu para ulama dan fukaha. Wallahu a’lam.
Wassalamu alaikum wr.wb.
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Jul 29, 2015 | Konsultasi Umum
Assalamu alaikum.
Ustad mau tanya, kalau maksudnya setan makan bersama kita itu apa si setan makan makanan kita? dan membuat kita jadi kurus kering? Terima kasih
Jawaban:
Assalamu alaikum wr.wb.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi Rabbil alamin. Ash-shalatu wassalamu ala Rasulillahi wa ala alihi wa shahbih ajmain. Amma ba’du.
Dalam riwayat ath-Thabrani dan yang lain disebutkan bahwa seseorang makan bersama dengan Nabi saw. Ketika berada di suapan terakhir, ia mengucap
بسم الله أوله وآخره
Mendengar hal tersebut, Nabi saw berkata, “Tadinya setan terus makan bersamanya sampai ia mengucap doa tersebut. Saat ia membacanya setan memuntahkan semua yang ia makan.”
Dari hadits tersebut Rasul saw menyebutkan bahwa setan ikut makan bersama orang yang lupa membaca basmalah. Yang menjadi pertanyaan: apa makna dari “setan makan bersamanya”?
Sebagian ulama seperti al-Imam an-Nawawi berpendapat bahwa maksud dari “setan makan bersamanya” adalah makan dalam pengertian sebenarnya. Artinya setan-benar makan bersamanya. Namun cara dan hakikatnya tidak kita ketahui. Hal ini diperkuat oleh hadist yang berbunyi, “Jika salah seorang kalian makan, hendaknya makan dengan tangan kanan, minum dengan tangan kanan, mengambil dengan tangan, dan memberi dengan tangan kanan. Pasalnya, setan makan dengan tangan kiri, minum dengan tangan kiri, memberi dengan tangan kiri, dan mengambil dengan tangan kiri.” (HR Muslim) Hadits ini menunjukkan bahwa setan juga makan.
Namun sebagian ulama lain menjelaskan bahwa maksud dari “setan makan bersamanya” adalah keberkahannya hilang akibat tidak membaca basmalah. Demikian yang dikatakan oleh ath-Thibi.
Kesimpulannya, setan benar-benar makan dan ia ikut makan bersama orang yang makan tanpa membaca basmalah. Hal itu tentu akan membuat keberkahannya hilang. Akibatnya apa yang dimakan tidak mendatangkan kebaikan. Misalnya tidak melahirkan tenaga untuk melakukan ketaatan meskipun sudah makan banyak dan perutnya buncit.
Wallahu a’lam
Wassalamu alaikum wr.wb.