by Danu Wijaya danuw | Jan 30, 2016 | Artikel, Dakwah
Oleh: KH. Rahmat Abdullah
Arti al ukhuwah yang dimaksud disini adalah
Agar seorang aktifis dakwah menggabungkan antara hati dan ruh dengan tali aqidah, sementara aqidah itu sendiri merupakan tali yang paling kuat dan paling mahal. Ukhuwah (persaudaraan) adalah saudara (teman) seiman, sementara perpecahan itu saudara kekafiran. Kekuatan yang pertama adalah kuatnya persatuan dan kesatuan.
Tak ada persatuan bila tak ada cinta kasih. Sedangkan derajat cinta yang paling rendah adalah hati yang selamat dari buruk sangka kepada muslim lainnya, dan paling tinggi adalah itsar, yaitu mendahulukan kepentingan saudaranya daripada kepentingan pribadi.
(Hasan al Banna)
Suara merdu persaudaraan sepatutnya didominasi oleh nuansa bening. Serendah-rendahnya bermuatan kelapangan hati dan setinggi-tingginya itsar; memprioritaskan saudara melebihi diri sendiri. Ada hamba Allah bukan nabi bukan syuhada, namun menjadikan iri para nabi dan syuhada.
“Mereka orang-orang yang saling mencintai dengan Ruh Allah, bukan karena hubungan sedarah atau kepentingan memperoleh kekayaan. Demi Allah, wajah-wajah mereka cahaya. Mereka takkan merasakan ketakutan ketika banyak orang ketakutan dan tdak akan bersedih bila umat bersedih”. (H.R. Ahmad)
Bersaudara dalam Senang dan Susah
Belakangan, sosok jamaah dengan sejumlah prestasi gemilang justru menjadi pengunjung tetap penjara (zuwwarus sijn). Mereka telah menata siapa yang lebih banyak hafalan Al Qur’an, kuliah penjara atau program lainnya, tambahan bahasa asing. Sehingga mereka keluar penjara dengan hafalan Al Qur’an dan selesai dengan berbagai strata mata kuliah. Kamar sesak tak jadi soal. Yang tidur belakangan merelakan pangkuan menjadi bantal bagi saudaranya.
Banyak orang mengira mampu menghancurkan mereka dengan cara melontarkan fitnah kedalam shaf. Serangan fisik dan penghancuran sebagai sarana. Mungkin kepala dapat terpisah dari jasad namun, ukhuwah tetap kokoh dan abadi, tak terkeruhkan oleh keterbatasan sifat-sifat kemanusiaan.
Ukhuwah yang Jujur dan Benar
Banyak orang bersaudara karena kesatuan suku, usaha, partai, ormas dan jamaah. Tidak sepatutnya ukhuwah Islamiyah dibatasi oleh tembok-tembok rapuh. Karenanya membicarakan keburukan orang lain (ghibah), membawa berita permusuhan (namimah), serta memata-matai orang (tajassus) tidak serta merta menjadi halal, hanya karena mereka bukan saudara seorganisasi. Siapapun mereka dalam ikatan iman telah memiliki kesakralan ukhuwah yang pantang dinodai.
Abdullah bin Amr kecewa karena pengintaiannya beberapa malam dirumah seorang calon penghuni surga gagal total. Karena ia tak menemukan ibadah-ibadah unggulan pada saudaranya tersebut. Namun ia sangat terhibur ketika lelaki sederhana itu mengatakan “Yang selalu kujaga ialah tak pernah menutup mata untuk tidur sebelum melepaskan perasaan tak baik terhadap sesama muslim”.
Dalam kekalahan perang unta melawan Ali bin Abi Thalib ra, seseorang mencerca Aisyah ra. Namun Ammar bin Yasir ra sebagai panglima Ali, membela Aisyah. “Diam kau wahai si buruk laku. Akankah kau sakiti kecintaan Rasulullah SAW. Aku bersaksi bahwa ia adalah istri Rasulullah di surga. Ibunda Aisyah telah memilih jalannya dan kita tahu ia adalah istri Rasulullah SAW. Akan tetapi Allah telah menguji kita dengannya agar ia tahu apakan kepada-Nya kita taat atau kepadanya.”
Ketika Imam Ali bin Abi Thalib ditanya apakah lawan-lawan politiknya itu musyrik? Jawabnya: “Justru dari kemusyrikan mereka berlari.” Tanya lagi: “Jadi siapa mereka itu?” Jawabnya: “Mereka ikhwan (saudara) kita walau berontak kepada kita”
Zaid bin Tsabit pernah berbeda pendapat yang tajam dalam suatu masalah. Namun mereka akur. Ibnu Abbas ra menuntun kendaraan Zaid bin Tsabit. “Tidak usahlah wahai paman Rasulullah” pinta Zaid. “Demikianlah kami diperintahkan menghormati ulama dan pembesar kami”, jawab Ibnu Abbas. Kemudian Zaid mencium tangannya. “Begitulah kami diperintahkan terhadap Ahli bait Rasulullah” ujar Zaid.
Saudara dan Persaudaraan
Arrabi’ Al Aslami dari generasi gemilang sahabat Rasul dipersilahkan mengajukan permintaan. Apa jawab Arrabi? “Kuminta agar dapat tetap menemanimu di surga” sahutnya.
Hasan al Bashri dengan kesederhanaan hidup dan ketajaman pandangannya berujar: “Tak ada yang tersisa dari kehidupan kecuali tiga:
Pertama, saudara (akh)-mu yang dapat kau peroleh kebaikan dari bergaul dengannya. Bila engkau tersesat dari jalan lurus ia akan meluruskanmu.
Kedua, shalat dalam keterpaduan, engkau terlindung dari melupakannya dan meliput ganjarannya
Ketiga, cukuplah kebahagiaan hidup bila engkau tak punya beban tuntutan seseorang yang harus kau tanggung di hari kiamat”.
Syair dari Imam Syafii ra :
Sahabat yang tak berguna saat datangnya derita
Nyarislah seperti seteru lainnya
………………..
Selamat tinggal dunia
Bila tak ada lagi teman sejati
Yang jujur, tepat janji dan saling mengerti
Referensi :
Untukmu Kader Dakwah, Penerbit Dakwatuna, KH Rahmat Abdullah
by Ahmad Sodikun S.Pd.I. ahmadsodikun | Jan 30, 2016 | Artikel
Oleh: Ahmad Sodikun, S.Pd.I., M.Pd.I
Syaikh Nashr bin Muhammad As-Samarqandi dalam Syathrun Mintanbiihil Ghafilin menyebutkan, “Sebagian para tabi’in berkata “Barang siapa mendapat berbagai nikmat hendaknya mengucapkan Alhamdulillah. Barang siapa sering merasa sedih dan gelisah hendaknya mengucapkan istighfar (astaghfirullah). Barang siapa ditimpa kemiskinan hendaknya mengucapkan laa haulaa walaa quwwata illaa billahil ‘aliyyil ‘adziim.”
Membaca tahmid (Alhamdulillah) ketika mendapatkan nikmat merupakan salah satu indikator orang yang bersyukur. Pertanyaannya “Apakah bersyukur cukup hanya dengan mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah)?
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata “Syukur (yang sebenarnya) adalah dengan hati, lisan dan anggota badan (Minhajul-Qasidin hal.103).
Adapun tugasnya hati dalam bersyukur kepada Allah ‘Azza wa Jalla adalah :
1. Mengakui dan meyakini bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah Ta’ala dan bukan dari selain-Nya. Allah Ta’ala berfirman:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)….” (QS. An-Nahl : 53).
Meskipun secara zahir kita mendapatkan nikmat itu melalui banyak wasilah misalkan dari teman kita, aktivitas jual beli, bekerja atau yang lainnya, semuanya itu adalah hanyalah perantara yang Allah Ta’ala gunakan untuk memberikan nikmat-Nya.
2. Mencintai Allah Ta’ala sang pemberi nikmat.
3. Meniatkan untuk menggunakan nikmat itu di jalan yang Allah ridhai.
Adapun tugasnya lisan adalah memuji dan menyanjung Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut pada kita. Hamba yang bersyukur kepada Allah Ta’ala ialah hamba yang bersyukur dengan lisannya. Allah sangat senang apabila dipuji oleh hamba-Nya. Allah cinta kepada hamba-hamba-Nya yang senantiasa memuji Allah Ta’ala.
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)”. (QS. Adh Dhuha: 11)
Seorang hamba yang setelah makan mengucapkan rasa syukurnya dengan berdoa, maka ia telah bersyukur. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, dari Mu’adz bin Anas, dari ayahnya ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَكَلَ طَعَامًا فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى أَطْعَمَنِى هَذَا وَرَزَقَنِيهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّى وَلاَ قُوَّةٍ . غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa yang makan makanan kemudian mengucapkan: “Alhamdulillaahilladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi min ghairi haulin minnii wa laa quwwatin” (Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan merizkikan kepadaku tanpa daya serta kekuatan dariku), maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Tirmidzi no. 3458. Tirmidzi berkata, hadits ini adalah hadits hasan gharib. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).
Anas bin Malik meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :
إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) sesudah makan dan minum” (HR. Muslim no. 2734).
Sementara tugasnya anggota badan adalah menggunakan nikmat tersebut untuk melakukan amal sholeh dan menahan diri agar jangan menggunakan kenikmatan itu untuk bermaksiat kepada-Nya. Dan semua yang kita lakukan akan ditanya dan dimintai pertanggungjawabannya.
ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ
“Kemudian engkau pasti akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang telah engkau terima di dunia)“. (QS. At-Takatsur : 8)
Saudaraku mari kita jadikan syukur mendarah daging dengan tubuh, kemudian menjadi nafas kehidupan serta menjadi tingkah laku dan perbuatan kita. Dengan demikian sebenarnya kita telah mendapatkan kenikmatan yang jauh lebih besar daripada nikmat yang telah kita terima. Al-Hasan meriwayatkan :
“Apabila Allah memberi seorang hamba nikmat, besar maupun kecil, lalu ia bersyukur kepada Allah, maka ia telah diberi nikmat yang lebih besar dari yang ia terima.” (H.R. Hakim)
Wallahu a’lam
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Jan 29, 2016 | Download
Download MP3 Ceramah Kajian Al Quran Majelis Taklim Al Iman: Menghayati Keagungan Al Quran oleh Ust. Fauzi Bahreisy.
Klik disini untuk download.
by Fauzi Bahreisy fauzibahreisy | Jan 28, 2016 | Konsultasi, Konsultasi Ibadah
Assalamualaikum, wr, wb. Nama saya Yanti, karyawan swasta dan sudah menikah. Saya bersama kakak saya patungan membeli rumah untuk orang tua dan untuk sementara ini saya dan orang tua yang menempati rumah tersebut, saya juga punya tabungan serta perhiasan emas. Bagaimanakah cara penghitungan zakat mal yg harus saya keluarkan? Atas perhatian dan jawabannya saya ucapkan terima kasih. Wassalamualaikum wr wb
Jawaban:
Assalamu alaikum wr.wb. Alhamdulillahi Rabbil alamin wash-shalatu wassalamu ala Asyrafil Anbiya’ wal Mursalin. wa ba’du:
Rumah yang Anda tempati tidak terkena zakat. Rumah yang dizakati adalah rumah yang diperjualbelikan. Itupun dengan syarat tertentu. Yang mungkin terkena zakat dari harta Anda adalah tabungan dan perhiasan emas.
Tabungan atau simpanan termasuk yang harus dikeluarkan zakatnya jika jumlahnya telah mencapai nishab sebagaimana yang telah ditentukan dan mencapai haul (satu tahun).
Adapun aturan zakat tersebut menurut fuqoha diqiyaskan (analogikan) kepada zakat emas dan perak. Dalam hal ini jika seseorang memiliki uang tunai, tabungan, maupun deposito yang jumlahnya mencapai harga emas seberat 85 gram, dan telah berlalu satu tahun dari waktu kepemilikannya (berlalu satu haul) maka ia wajib untuk mengeluarkan zakatnya sebanyak 2,5% setiap tahunnya.
Hal yang sama berlaku pada emas atau perhiasan emas ketika jumlahnya mencapai 85 gram dan sudah dimiliki setahun dengan kadar 2,5%.
Apakah boleh uang simpanan digabung dengan emas?
Uang dan emas adalah dua jenis harta yang berbeda apalagi pada masa sekarang ini. Karena itu, keduanya tidak bisa disatukan dalam perhitungan zakat. Kondisinya dapat disamakan dengan sapi yang tidak bisa disatukan atau digabung dengan kambing dalam perhitungan zakatnya. Masing-masing dihitung sendiri-sendiri dan memiliki ketentuan yang berbeda. Wallahu a’lam
Wassalamu alaikum wr. wb.
Ustadz Fauzi Bahreisy
Ingin konsultasi seputar ibadah, keluarga, dan muamalah? Kirimkan pertanyaan Anda kesini
by M. Nasir Azzainy mnasirazzainy | Jan 28, 2016 | Artikel
Ringkasan Kajian Hadits Majelis Ta’lim Al Iman
4 Wasiat Rasulullah SAW
Ahad, 17 Januari 2016
Pkl. 18.00-19.30
Di Majelis Ta’lim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66 Jakarta Selatan
Bersama:
Ust. Fahmi Bahreisy, Lc
Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَبِي يُوسُف عَبْدِ اللَّهِ بْنِ سلام رَضِيَ اللَّهُ عَنهُ قالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّم يَقُولُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُوا السَّلاَم، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصِلُوا الأَرْحَام، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَام، تَدْخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلَام
(رَوَاهُ التِّرمِذِيُّ)
Dari Abu Yusuf, Abdullah bin Salam r.a. ia berkata, aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, jalin tali silaturrahim, dan shalatlah di malam hari, niscaya kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. At-Tirmidzi).
4 wasiat Rasulullah yang terkandung dalam hadits diatas adalah:
1. Menyebarkan Salam
Ulama bersepakat bahwa yang dimaksud dengan menyebarkan salam yaitu mengucapkan kalimat “Assalamu’alaikum.…” kepada sesama muslim.
Hukum memberi salam adalah sunnah sedangkan menjawab salam hukumnya wajib.
Dalam kaidah fikih disebutkan “pahala amalan wajib lebih besar dibandingkan dengan pahala amalan sunnah”. Namun kaidah ini tidak berlaku dalam memberi salam, meskipun memberi salam hukumnya sunnah namun, lebih besar pahalanya daripada yang menjawabnya yang hukumnya wajib.
Salam yang diajarkan oleh Rasulullah menggunakan kata isim (kata benda) yaitu “assalamu” bukan fi’il (kata kerja) “sallama” maka dalam tata bahasa arab apabila diawali dengan isim maka hal itu menunjukkan sesuatu yang tetap (as-tsubut). Oleh karena itu salam adalah sebuah doa agar keselamatan selalu ditetapkan kepada orang yang diberi salam.
Mengucapkan “assalamu’alaikum” mendapat 10 pahala, sedangkan “assalamu’alaikum warahmatullah” mendapat 20 pahala. Adapun “assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh” mendapat 30 pahala. Semakin sempurna salam yang kita ucapkan semakin besar pula pahala yang kita dapatkan.
Adab dalam memberi salam yaitu : orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk, yang muda memberi salam kepada yang tua, kerumunan orang yang sedikit memberi salam kepada kerumunan orang yang banyak.
2. Memberi Makan
Dalam hadits diatas Rasulullah menyebutkan kata-kata “wa-ath’imutha’am” yang bermakna memberi makan, hal ini karena makanan merupakan salah satu hal yang urgen bagi manusia.
Ulama bersepakat tidak hanya terbatas memberi makanan namun bisa sesuatu yang lain seperti uang, pakaian dan lain-lain.
Seorang wanita Yahudi yang buta yang selalu menghina Rasulullah SAW selalu diberikan dan disuapkan makanan oleh Rasulullah, sampai akhinya wanita tersebut memeluk agama Islam karena ketulusan Rasulullah tersebut.
3. Menyambung Tali Silaturrahim
Menyambung tali silaturrahim dengan sesama merupakan salah satu amal ibadah yang bernilai besar dihadapan Allah SWT, begitu juga sebaliknya, memutuskan tali silaturrahim adalah termasuk dosa besar.
4. Shalat Malam
Merupakan salah satu ibadah yang dapat melunakkan hati.
Apabila kita melakukan empat wasiat ini maka sebagaimana janji Rasul diakhir hadits adalah kita akan masuk surga dengan selamat atau “bissalam“. Para ulama mengartikan kata “bissalam” ini yaitu masuk surga tanpa hisab & tidak singgah di neraka. Wallahua’lam.
***
Majelis Ta’lim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
● Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
● Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
● Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!