0878 8077 4762 [email protected]

Adab Terhadap Rambut (bagian 4)

Oleh: Farid Nu’man Hasan
 
4. Batasan Panjang Rambut Laki-Laki
Ada pun laki-laki, tidak boleh pula menyerupai wanita dalam hal model dan ukuran panjang rambut. Paling panjang laki-laki dibolehkan sampai atas bahu dan sebagian telinga, sebagaimana dicontohkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bahkan para sahabat ada yang disebut dengan jummiyyun yaitu para sahabat nabi yang rambutnya gondrong-gondrong sampai menyentuh bahu bagian atas. Selebih dari itu tidak boleh karena menyerupai wanita.
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha, katanya:
كُنْتُ أَغْتَسِلُ أَنَا وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ مِنْ إِنَاءٍ وَاحِدٍ وَكَانَ لَهُ شَعْرٌ فَوْقَ الْجُمَّةِ ودون الوفرة
Saya pernah mandi bersama Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam di satu bejana, rambut Beliau itu menjuntai sampai di atas bahu dan di bawah telinga“.
(HR. At Tirmidzi No. 1755, juga dalam Asy Syamail No. 22, katanya: hasan shahih. Al Baghawi, Syarhus Sunnah No. 3187). [Baca juga: Adab Terhadap Rambut (bagian 3)]
Dari Anas bin Malik Radhiallahu ‘Anhu, katanya:
كَانَ شَعْرُ رَسُولِ الله صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ إلى نصف أذنيه
Rambut Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam itu panjangnya sampai menutupi setengah telinganya“.
(HR. An Nasa’i No. 5234, At Tirmidzi, Asy Syamail, No. 21, Al Baghawi, Syarhus Sunnah No. 3638. Dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Mukhtashar Asy Syamail No. 21).
Wallahu A’lam.
*bersambung

Siapa Teman Anda?

Tausiyah Iman – 3 Mei 2016
 
Seseorang sangat ditentukan oleh agama temannya. Karena itu, hendaknya ia cermat siapa yang layak dijadikan teman karibnya (al-hadits).
Kerapkali kita melihat orang yang tadinya baik tidak lama kemudian menjadi jahat. Sebaliknya kita lihat pula orang yang tadinya “jahat” tiba-tiba menjadi baik.
Rasa takjub dan heran atas perubahan tersebut sirna tatkala kita tahu siapa orang-orang yang berada di sekelilingnya.
Perokok biasanya berkumpul dengan perokok. Tukang minum berkumpul dengan tukang minum. Orang liberal berkumpul bersama orang liberal. Dan orang taat berkumpul bersama  orang taat.
Semoga kita selalu dikumpulkan dengan orang-orang saleh dan taat di dunia dan di akhirat.
Ustadz Fauzi Bahreisy
(Baca juga: Menegakkan Keadilan)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman

Menyambut Ramadhan, Harapan dari Kondisi Umat Islam

Oleh: Sharia Consulting Center
 
Waktu begitu cepat berlalu, bulan demi bulan terus berjalan, dan insya Allah sebentar lagi kita akan menyambut datangnya bulan Ramadhan. Bulan yang senantiasa ditunggu-tunggu oleh orang beriman. Karena di bulan ini Allah memanggil langsung orang-orang beriman, untuk berpuasa dan ibadah Ramadhan. Bulan suci yang penuh berkah dan memberikan banyak kebaikan, keberuntungan dan kebahagiaan bagi mereka. Bulan tarbiyah orang beriman untuk mengantarkan ke derajat kemanusiaan tertinggi, muttaqiin.
Puasa bermakna imsak atau menahan dir dari makan, minum dan segala sesuatu yang membatalkannya dari waktu fajar sampai tenggelam matahari. Esensi puasa bermakna pengendalian diri dari hal-hal yang merusak dan dari memperturutkan selera hawa nafsu.
Dan diantara hikmah dari ibadah Ramadhan adalah adanya kebersamaan saat ifthor dan saat memulai puasa, kebersamaan dalam ibadah shalat fardhu dan shalat tarawih serta kebersamaan dalam aktifitas ibadah lainnya. Kebersamaan ini diharapkan juga diharapkan terjadi pada penetapan awal ramadhan dan Idul Fitri. Kesiapan bersatu dalam hal yang prinsip adalah bentuk kematangan dalam beragama, sebagaimana kesiapan berbeda dalam cabang agama adalah bentuk toleransi dan kedewasaan dalam beragama.
(Baca juga: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan)
Bulan Ramadhan datang pada saat umat muslim membutuhkan kekuatan iman dan ruhiyah untuk menghadapi kondisi sulit dan berat dalam kehidupan mereka. Dan dengan datangnya bulan ramadhan, Allah SWT memberikan tambahan energi kekuatan iman dan ruhiyah, sehingga posisi mereka meningkat naik jauh melebihi permasalahan yang dihadapinya. Maka dalam suasana keimanan dan ruhiyah yang kuat, umat muslim dapat sukses mengatasi segala permasalahan hidupnya.
Kondisi umat Islam didunia sedang dalam kondisi berjuang. Umat muslim di Palestina masih terjajah, masjidil Aqsho dibawah cengkraman penjajah zionisme Yahudi, begitu juga di Irak, Afghanistan, Pakistan, Suriah, Iran, Mesir, dan lainnya. Mereka masih menghadapi rezim tirani dan belum mendapatkan hak kemerdekaannya secara sempurna. Sedangkan umat muslim di Tunisia, Libya, Turki dan sebagainya sedang menata wajah baru yang lebih baik dan lebih Islami. Sementara itu umat muslim yang tinggal di negara-negara minoritas muslim seperti Uighiur di Cina, Pattani di Filipina, Rohingya di Myanmar, Thailand,  India, negara-negara Eropa dan Amerika masih jauh dari nilai-nilai ideal.
(Baca juga: Rajab dan Persiapan Ramadhan)
Dalam suasana seperti ini harapan itu masih tetap ada. Allah memberikan hadiah berupa bulan Ramadhan. Ramadhan membuat umat muslim lebih kuat, lebih optimis, lebih bersemangat, berani dan berjihad. Bersatu membebaskan dominasi musuh-musuhnya baik musuh internal berupa syahwat dan syetan, maupun musuh eksternal dari orang-orang kafir yang mengadakan kerusakan dimuka bumi. Demikianlah yang terjadi dalam perjalanan sejarah umat muslim di bulan Ramadhan.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

Menegakkan Keadilan

Tausiyah Iman – 2 Mei 2016
 
Suatu ketika khalifah Umar bin Abdul Aziz berpesan kepada walikota Madinah. “Bentengilah Madinah dengan keadilan.”
Umar bermaksud memberikan pengarahan bahwa suatu wilayah hukum tidak dapat dilindungi dan dibentengi dari serangan pihak luar atau fitnah dari dalam, hanya semata-mata membangun tembok-tembok yang tinggi dan benteng-benteng yang kokoh.
Akan tetapi, batin penduduknya harus dilindungi dan dibentengi terlebih dahulu dengan cara menegakkan keadilan kepada penduduknya dan memberikan hak-hak mereka.
Sehingga penduduknya sendirilah yang akan menjadi benteng hakiki yang siap menjaga dan melindungi wilayah tersebut.
Ustadz Adi Setiawan, Lc., MEI
(Baca juga: Yang Seharusnya Dicari Mukmin)
•••
Join Channel Telegram: http://tiny.cc/Telegram-AlimanCenterCom
Like Fanpage: fb.com/alimancentercom
•••
Rekening donasi dakwah:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman

Fatimah binti Asad: Wanita yang Mendidik Nabi Setelah Wafatnya Sang Kakek (bagian 3-Akhir)

Oleh: Lia Nurbaiti
 
Sosok Fatimah binti Asad Dimata Para Sahabat Nabi SAW
Setelah Ali bin Abu Thalib menikah dengan Fatimah putri Rasulullah saw, Fatimah binti Asad menjalankan tugas sebagai ibu kandung dan ibu mertua dengan baik. Ia sangat menyayangi menantunya. Bahkan, ia membantu Fatimah binti Muhammad dalam menyelesaikan ekerjaan rumah tangga.
Pada suatu kali, Ali bin Abu Thalib ra. menuturkan, “Aku pernah berkata kepada ibuku (Fatimah binti Asad), ‘Biarkan Fatimah yang mengambil air dan berbelanja, ibu yang  membuat tepung dan bubur’.”
Saatnya Berpisah
Fatimah binti Asad menjalani  hidupnya dengan iman dan tauhid. Ia adalah seorang wanita yang taat lagi rajin beribadah. Hingga akhirnya Allah memanggilnya kembali pada-Nya. Fatimah binti Asad ra. meninggal dunia. Ia dimakamkan di Madinah dan Rasulullah sendiri yang masuk ke dalam liang lahatnya dan menguburkannya. Sungguh ini merupakan satu kemuliaan tersendiri.
Rasulullah begitu kehilangan atas kepergian Fatimah binti Asad yang beliau sebut sebagai  Ibu keduanya itu.
Tapi begitu indahnya kepribadian dan akhlak Rasulullah saw, ia ingin menunjukkan sikap balas budi terhadap Fatimah binti Asad yang telah merawatnya sejak kecil.
[Baca juga: Fatimah binti Asad: Wanita yang Mendidik Nabi Setelah Wafatnya Sang Kakek (bagian 2)]
Ibnu Abbas ra. menuturkan, “Ketika Fatimah ibunya Ali bin Abu Thalib wafat, Nabi melepas gamisnya dan memakaikan kepadanya. Beliau rebahan di dalam kuburannya. Ketika beliau menimbunnya dengan tanah, sebagian sahabatnya bertanya, “Ya Rasul, belum pernah engkau melakukan ini sebelumnya”. Beliau menjawab “Gamisku kupakaikan kepadanya supaya dia memakai pakaian surga. Aku rebahan di dalam kubur di sisinya, agar dia diringankan dari tekanan kubur. Selain Abu Thalib, tiada yang lebih baik  perlakuannya terhadapku daripada dia.” (HR.Thabrani) .
Begitulah kisah mulia dari seorang wanita mulia, berakhlak surga dengan segala keindahan imannya. Semoga Allah meridhainya dan menjadikan surga Firdaus sebagai tempat tinggalnya.
Referensi:
35 Sirah Shahabiyah jilid 2, Mahmud Al Mishry.