0878 8077 4762 [email protected]

Jangan Lupa Syukuri Nikmat

Oleh : M. Lili Nuraulia
 
Berakhir sudah puasa Anda. Sungguh insya Allah do’a Anda telah terkabul. Masuklah ke dalam rumah dengan mengucapkan salam kepada anggota keluarga. Kemudian duduklah di hadapan makanan yang tersedia.
Bersyukur atas nikmat Allah kepada Anda, seraya mengingat orang lain yang belum memiliki makananseperti Anda. Mereka banyak dijumpai di Palestina, Irak, Suriah, dan semua negara di mana umat Islam dalam kondisi tertindas.
Janganlah nikmat yang Anda rasakan melupakan Anda dari Dzat Pemberi nikmat.
Yang telah berfirman: “Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Al An’am: 99)
Makan Dua Pertiga Saja 
Jangan berlebih-lebihan dalam hal makanan. Karena kita masih memiliki agenda silaturahim dan ibadah lain.
Rasulullah SAW bersabda:
Tidak ada yang diisi anak adam yang lebih buruk dari isi perutnya. Cukuplah bagi anak adam beberapa suap untuk menegakkan tulang punggungnya, jika dia harus melakukannya maka sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman dan sepertiga lagi untuk nafasnya” (HR. Shahih Targhib Wa Tarhib)
Allah swt berfirman:
“Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan Janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaanKu, maka sesungguhnya ia celaka” (QS. Tahaa: 81)
 
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nuraulia

Mengisi Hari Raya Idul Fitri

Oleh : Sharia Consulting Center
 
Hari raya Idul Fitri adalah saat-saat umat Islam mensyukuri kesuksesan mereka melaksanakan ibadah Ramadhan. Ia adalah hari  berbahagia dan bersuka cita. Kebahagiaan dan kegembiraan kaum mukminin ketika mereka berhasil menyempurnakan ibadahnya dan memperoleh pahala amalnya dengan kepercayaan terhadap janji-Nya kepada mereka untuk mendapatkan anugerah dan ampunan-Nya. Allah Ta ‘ala berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ(58)
Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Yunus: 58).
Hari Raya Idul Fitri disebut juga hari pengampunan, sebagaimana riwayat imam Az-Zuhri, ketika datang hari Idul Fitri, maka manusia keluar menuju Allah Swt.
Allah kemudian mendatangi mereka seraya berkata: ”Wahai hamba-Ku! Karena Aku engkau semua berpuasa, karena Aku engkau semua beribadah. Oleh karena itu, maka pulanglah kalian semua (ke rumah masing-masing) sebagai orang yang telah mendapat ampunan (dari-Ku).”
Ketika Nabi Saw tiba di Madinah, kaum Anshar memiliki dua hari istimewa yang mereka bersenang-senang di dalamnya. Maka, Nabi Saw bersabda:
قَإنّ الله قَدْ أبْدَلَكُم بِهِمَا خَيْراً مِنْهُمَا: يَوْمَ الأضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ”.
Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, (yaitu) Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Ahmad, Abu Daud dan An-Nasa’i dengan sanad hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa menampakkan rasa suka cita di hari raya adalah sunnah dan disyari’atkan. Maka diperkenankan memperluas hari raya tersebut secara menyeluruh kepada segenap kerabat dengan berbagai hal yang tidak diharamkan yang bisa mendatangkan kesegaran badan dan melegakan jiwa, tetapi tidak menjadikannya lupa untuk taat kepada Allah.
Sedangkan apa yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat  di saat hari raya dengan berduyun-duyun pergi memenuhi berbagai tempat hiburan dan permainan adalah tidak dibenarkan. Sebab, hal itu tidak sesuai dengan yang disyari’atkan bagi mereka seperti melakukan dzikir kepada Allah. Apalagi mengisi hari raya dengan kemaksiatan, maka itu jauh dari petunjuk Nabi Saw.
Hari Raya dalam Islam datang setelah umat Islam melaksanakan ibadah, yaitu:
1. Idul Fitri setelah puasa Ramadhan. Hari raya ini terselenggara sebagai pelengkap puasa Ramadhan yang merupakan rukun dan asas Islam keempat. Apabila kaum muslimin merampungkan puasa wajibnya, maka mereka berhak mendapatkan ampunan dari Allah dan terbebas dari api neraka, sebab puasa Ramadhan mendatangkan ampunan atas dosa yang lain dan pada akhirnya terbebas dari neraka.
2. Idul Adha adalah hari raya Qurban. Ia lebih agung dan utama daripada Idul Fitri. Hari raya ini terselenggara sebagai penyempurna ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima. Bila kaum muslimin merampungkan ibadah hajinya, niscaya diampuni dosanya.
Kedua hari raya tersebut diperingati dengan ibadah pula seperti shalat Ied, takbir, tahmid dan lain-lain. Di samping itu dibolehkan bergembira dan bersenang dengan menyediakan makanan yang enak, bertemu famili dan keluarga sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Taala.
 
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

Shalat Hari Raya Idul Fitri

Oleh : Sharia Consulting Center
 
Shalat hari raya Idul Fitri hukumnya sunnah muaqqadah. Sebagian ulamanya menyatakan fardhu kifayah, dan sebagian yang lain menyatakan fardhu ain.
Pada saat hari raya Idul Fitri, Nabi Saw mengenakan pakaian terbaiknya dan makan kurma — dengan bilangan ganjil: tiga, lima atau tujuh — sebelum pergi melaksanakan shalat ‘Ied. Tetapi pada Idul Adha beliau tidak makan terlebih dahulu sampai beliau pulang, setelah itu baru memakan sebagian daging binatang sembelihannya.
Beliau mengakhirkan shalat Idul Fitri agar kaum muslimin memiliki kesempatan untuk membagikan zakat fitrahnya, dan mempercepat pelaksanaan shalat Idul Adha supaya kaum muslimin bisa segera menyembelih binatang kurbannya.
Ibnu Umar selalu bersungguh-sungguh dalam mengikuti sunnah Nabi Saw, tidak keluar untuk shalat ‘Ied kecuali setelah terbit matahari, dan dari rumah sampai ke tempat shalat beliau senantiasa bertakbir.
Nabi Saw melaksanakan shalat ‘Ied terlebih dahulu, baru berkhutbah. Beliau shalat dua rakaat. Pada rakaat pertama beliau bertakbir 7 kali berturut-turut dengan takbiratul ihram, dan berhenti sebentar di antara tiap takbir. Beliau tidak mengajarkan dzikir tertentu yang dibaca saat itu. Hanya saja ada riwayat dari Ibnu Mas’ud Ra, ia berkata: “Dia membaca hamdalah dan memuji Allah Ta ‘ala serta membaca shalawat”.
Dan diriwayatkan bahwa Ibnu Umar mengangkat kedua tangannya pada setiap bertakbir. Sedangkan Nabi Saw setelah bertakbir membaca surat Al-Fatihah dan “Qaf” pada raka’at pertama serta surat “Al-Qamar” di raka’at kedua.
Kadang-kadang beliau membaca surat “Al-A’la” pada raka’at pertama dan “Al-Ghasyiyah” pada raka’at kedua. Kemudian beliau bertakbir lalu ruku’ dilanjutkan takbir 5 kali pada raka’at kedua, lalu  membaca Al-Fatihah dan surat.
Setelah selesai, beliau menghadap ke arah jamaah, sedang mereka tetap duduk di shaf masing-masing, lalu beliau menyampaikan khutbah yang berisi wejangan, anjuran dan larangan.
Nabi Saw senantiasa memulai setiap khutbahnya dengan hamdalah, dan bersabda: “Setiap perkara yang tidak dimulai dengan hamdalah, maka ia terputus (dari berkah)” (HR.Ahmad dan lainnya).
Dari Ibnu Abbas Ra, ia berkata :
Bahwasanya Nabi Saw menunaikan shalat ‘Ied dua raka’at tanpa disertai shalat yang lain baik sebelumnya ataupun sesudahnya” (HR. Al Bukhari dan Muslim dan yang lain).
Hadits ini menunjukkan bahwa shalat ‘Ied itu hanya dua raka’at, demikian pula mengisyaratkan tidak disyari’atkan shalat sunnah yang lain, baik sebelum atau sesudahnya. Allah Mahatahu segala sesuatu, shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad, seluruh anggota keluarga dan segenap sahabatnya.
 
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

Takbiran Idul Fitri

Oleh : Sharia Consulting Center
 
Takbiran pada Idul Fithri merupakan bentuk taqarrub kepada Allah Swt tang sangat dianjurkan, sebagai rasa syukur atas nikmat dan petunjuk yang diberikan oleh Allah Swt. kepada kita, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” (QS al-Baqarah 185).
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
Artinya: ”Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang” (QS al-Baqarah 203).
كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Artinya: ”Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS al-Haj 37).
Takbiran merupakan syiar Islam yang harus dipelihara dan diagungkan. Firman Allah:
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ
Artinya: ”Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS al-Hajj 32).
Adab Takbiran
Karena takbiran merupakan taqarrub pada Allah Swt, maka harus dilakukan dengan memperhatikan adab-adab berikut:
1. Ikhlas
Takbiran dimaksud untuk menghayati makna takbir. Yaitu mengagungkan asma Allah, meningkatkan rasa takut, dan mencari ridha-Nya. Allah Swt. berfirman:
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى. فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
Artinya: ”Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya)” (QS an-Nazi’aat 40-41).
2. Khidmat
Takbiran hendaknya dilakukan dengan penuh khidmat, sopan, dan tawadlu’. Allah Swt berfirman:
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ. إِنَّ الَّذِينَ عِنْدَ رَبِّكَ لَا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَيُسَبِّحُونَهُ وَلَهُ يَسْجُدُونَ
Artinya: ”Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai. Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nyalah mereka bersujud” (QS al-Araaf 205-206).
3. Menjauhi Maksiat
Takbiran merupakan sebuah ketaatan oleh karenanya harus dipisahkan dan dihindarkan dari kemaksiatan. Allah Swt. berfirman:
وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ
Artinya: ”Dan janganlah kamu campur-adukkan yang hak dengan yang bathil” (QS al-Baqarah 42).
4. Tidak Hura-Hura
Takbiran harus dijauhkan dari hura-hura, berlebih-lebihan dan pemborosan, sehingga nilai ibadah dan taqarrubnya dapat dirasakan oleh umat Islam. Allah Swt berfirman ketika menyebutkan sifat orang beriman:
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ
Artinya: ”Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (QS al-Mu’minuun 3).
Lafaz Takbiran
Riwayat Abdur Razzak dari Salman dengan sanadnya yang shahih, berkata: “Bertakbirlah:
الله أكبر الله أكبر الله أكبر كبيرا
Dari Umar dan Ibnu Mas’ud:
الله أكبر الله أكبر لاإله إلا الله والله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Menurut madzhab Maliki dan Syafii: “Allahu akbar 3x
Lafazh takbir boleh  ditambah dengan lafaz lain.
Waktu Takbiran 
Menurut pendapat yang kuat dari jumhur ulama, takbiran Idul Fithri dapat dimulai ketika hendak pergi menuju shalat Ied sampai imam mulai khutbah. Tetapi pendapat lain membolehkan dari mulai terbenam matahari sampai imam mulai khutbah.
 
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

Adab dan Doa Safar (Berpergian)

Oleh : Sharia Consulting Center
 
Adab Safar
Apabila seorang muslim hendak melakukan safar / perjalanan mudik maka hendaknya memperhatikan adab-adab safar berikut ini:
1. Jika terdiri dari dua orang atau lebih, maka harus diangkat seorang ketua rombongan.
2. Sebelum berangkat dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rakaat.
3. Berdoalah kepada Allah untuk memohon keselamatan dirinya, keluarga yang ditinggal dan kaum muslimin, seperti:
اللَّهُمَّ بِكَ أسْتَعِينُ وَعَلَيْكَ أتَوَكَّلُ؛ اللَّهُمَّ ذَلِّلْ لي صعُوبَةَ أمْرِي، وَسَهِّلْ عَليَّ مَشَقَّةَ سَفَرِي، وَارْزُقْنِي مِنَ الخَيْرِ أكْثَرَ مِمَّا أطْلُبُ، وَاصْرِفْ عَنِّي كُلَّ شَرٍّ. رَبّ اشْرَحْ لي صَدْرِي، وَيَسِّرْ لِي أمْرِي، اللَّهُمَّ إني أسْتَحْفِظُكَ وأسْتَوْدِعُكَ نَفْسِي وَدِينِي وأهْلِي وأقارِبي وكُلَّ ما أنْعَمْتَ عَليَّ وَعَليْهِمْ بِهِ مِنْ آخِرَةٍ وَدُنْيا، فاحْفَظْنَا أجمعَينَ مِنْ كُلّ سُوءٍ يا كَرِيمُ.
Ya Allah, kepada-Mu aku memohon dan bertawakkal, ya Allah mudahkan urusanku, gampangkan kesusahan safarku, berilah rezeki padaku berupa kebaikan yang lebih banyak dari yang aku minta, jauhkan dariku segala keburukan. Ya Rabb lapangkan dadaku, mudahkan urusanku. Ya Allah aku memohon perlindungan-Mu, dan menitipkan diriku, agamaku, keluargaku, kerabatku dan nikmat yang telah Engkau berikan padaku dan pada mereka dalam hal akhirat dan dunia, dan jagalah kami semua dari setiap keburukan ya Karim.”
Memberi wasiat (nasehat) dan meminta wasiat, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Saw  dan para sahabatnya. Dikatakan  Ibnu Umar pada Qoz’ah: ”Kemarilah saya akan melepasmu sebagaimana Rasulullah Saw  melepasku (saat akan bepergian):
“أسْتَوْدِعُ اللَّهَ دِينَكَ وأمانَتَكَ وَخَوَاتِيمَ عَمَلِكَ”.
Saya titipkan pada Allah dinmu, amanatmu, dan akhir amalmu (HR Abu Dawud).
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, datang seseorang kepada Nabi SAW  dan berkata:
Wahai Rasulullah Saw saya akan bepergian, maka bekalilah saya! Rasulullah Saw  bersabda: Semoga Allah membekali engkau dengan taqwa. Tambahlah!. Semoga Allah mengampuni dosamu. Tambahlah!. Semoga Allah memudahkanmu dimana saja engkau berada.”
4. Saat dalam perjalanan harus menjaga shalatnya, memberi hak tubuh untuk istirahat, tidak membebani kendaraan melebihi kapasitas dan mematuhi peraturan lalu lintas.
5. Menggunakan waktunya pada sesuatu yang baik dan bermanfaat, seperti memperbanyak dzikir dan doa, membaca al-Quran, membaca buku, tafakur alam, mendengarkan nasyid (lagu-lagu Islami) dan lain-lain.
6. Jangan melakukan kemaksiatan, dan mengupayakan agar suasana di kendaraan menjadi Islami, dengan tidak berkata kasar dan sabar saat perjalanan serta memberi salam.
Doa Safar
Doa Keluar Rumah
بِسْمِ الله تَوَكّلْتُ عَلَى الله، لا حَوْلَ وَلا قُوّةَ إِلاّ بالله
Artinya: ”Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dari Allah”.
Do’a Naik Kendaraan dan Safar
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ . اللَّهُمَّ إنَّا نَسألُكَ فِي سفَرِنَا هَذَا البِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنْ العَمَلِ ما تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوّنْ عَلَيْنا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنّا بُعْدَهُ. اللَّهُمَّ أنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالخَلِيفَةُ في الأهْلِ. اللَّهُمَّ إني أعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثاءِ السَّفَرِ وكآبَةِ المَنْظَرِ وَسُوءِ المُنْقَلَبِ في المَالِ والأهْلِ. وإذا رَجع قالهنّ وزاد فيهنّ: آيِبُونَ تائبُونَ عابدُونَ لرَبِّنَا حامِدُون”
Maha Suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dalam safar ini kebaikan dan ketaqwaan, dan dari amal yang Engkau ridhai. Ya Allah mudahkan safar kami, dan pendekkan jauhnya perjalanan. Ya Allah Engkau teman dalam safar dan pemimpin keluarga. Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari susahnya safar, kesedihan dan buruknya kesudahan pada harta dan keluarga. Jika akan pulang maka baca do’a serupa dan ditambah: ”Kami kembali, bertaubat, beribadah dan memuji kepada Allah”.
Ketika kendaraan yang dinaiki adalah kapal laut, maka membaca do’a:
بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ(41)
Artinya: ”Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّماوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ(67)
Artinya:” Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan (QS Az-Zumaar : 69)
 
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center