0878 8077 4762 [email protected]

Fiqih Wanita Berkaitan dengan Ramadhan (bagian 1)

Oleh: Sharia Consulting Center
 
Wanita muslimah yang sudah baligh dan berakal, pernah mengalami haid dan hamil maka ia wajib berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana perintah puasa dalam Al Qur’an. Namun bila syarat tidak terpenuhi seperti wanita bukan muslim, belum baligh, tidak berakal, dan dalam keadaan haidh atau nifas maka tidak diwajibkan berpuasa.
1. Wanita haidh atau nifas
Wanita yang sedang haidh atau nifas diharamkan melakukan puasa, jika ia melakukannya maka berdosa. Apabila seorang wanita sedang berpuasa keluar darah haidhnya baik di pagi, siang, sore ataupun sudah menjelang terbenamnya matahari, maka ia wajib membatalkannya. Dan wajib meng-qadha (mengganti) setelah ia bersuci. Sedangkan jika wanita tersebut suci sebelum fajar walaupun sekejap, maka ia wajib berpuasa pada hari itu walau mandinya baru dilakukan setelah fajar.
(Simak juga: Video Empat Langkah Menuju Ramadhan)
2. Wanita tua yang tidak mampu berpuasa
Seorang wanita yang lanjut usia yang tidak mampu lagi untuk berpuasa dan jika berpuasa akan membahayakan dirinya, maka justru ia tidak boleh berpuasa, melihat firman Allah
“….Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan…” (Q.S. Al Baqarah ayat 195)
Disebabkan orang yang lanjut usia itu tidak bisa diharapkan untuk bisa mengqadha, maka baginya wajib membayar fidyah saja (tidak wajib meng-qadha) dengan memberi makan setiap hari satu orang miskin berdasarkan firman Allah swt.
(Baca juga: Visi Ramadhan Umat Muslim)
Dan bagi orang yang tidak mampu berpuasa, maka ia harus membayar fidyah dengan memberi makan setiap hari satu orang miskin” (Q.S. Al Baqarah : 184)
Kemudian dalam riwayat Bukhari
Dari Atha ia mendengar Ibnu Abbas membaca ayat yang artinya “Wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya untuk membayar fidyah yaitu memberi makan satu orang miskin” Ibnu Abbas berkata : “Ayat ini tidak dinasakh, ia untuk orang yang lanjut usia baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak sanggup berpuasa hendaknya memberi makan setiao hari satu orang miskin”. *bersambung
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

Visi Ramadhan Umat Muslim

Mendekati ramadhan yang sangat baik ini, umat muslim harus mempersiapkan diri dengan baik sehingga visi ramadhan dapat tercapai. Yaitu terealisasinya ketakwaan. Ketakwaan yang sebenarnya diseluruh lapangan kehidupan baik dirumah, masjid, kantor, sekolah, kampus, pasar, dan dimana saja kita berada. Ketakwaan inilah yang membuka pintu keberkahan dari langit dan bumi, rahmat Allah SWT dan jalan keluar serta solusi atas segala problematika umat muslim dan umat manusia secara keseluruhan.
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al A’raf : 96)
Solusi krisis secara horizontal harus dimulai dengan mendidik manusia menjadi insan bertakwa, sehingga mampu menahan diri dari pelanggaran-pelanggaran dan tunduk pada Allah dan hukum Islam. Dan solusi krisis secara vertikal dengan menegakkan syariah Islam dalam masyarakat dan pemerintah, sehingga mereka takut akan sanksi dan tidak melanggar larangan-Nya.
Syariah Islam memberi rahmat bagi manusia, menjamin hak beragama, hak hidup, hak pemilikan harta, hak berfikir, dan berpendapat, hak terpeliharanya kehormatan dan keturunan. Kesinilah langkah harus ditujukan, pikiran dicurahkan, gerakan reformasi diarahkan, dan segala tenaga dikerahkan.
(Baca juga: Menyambut Ramadhan, Harapan dari Kondisi Umat Islam)
Marilah kita mempersiapkan ramadhan dengan bekal maksimal, yaitu bekal ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah. Persiapan ruhiyah dengan memperbanyak ibadah seperti memperbanyak membaca Al Qur’an, Shaum sunnah, Dzikir, Doa, dll. Persiapan fikriyah dengan mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Dan persiapan jasadiyah dengan menjaga kesehatan, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Menyiapkan harta yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan.
Bulan ramadhan adalah bulan yang terbaik (sayyidusyuhur), dan mengandung seluruh sebutan, nama dan makna yang baik. Oleh karenanya umat muslim harus meningkatkan semua potensi kebaikannya di bulan Ramadhan. Bulan ramadhan adalah bulan puasa (Syahrus Siyam), bulan ibadah (Syahrul Ibadah), bulan Al Qur’an (Syahrul Qur’an), bulan ampunan dan kembali (Syahrul Maghfirah wal Inabah), bulan kepedulian dan solidaritas (Syahrul Muwaasaah), bulan pembinaan (Syahrut Tarbiyah), bulan jihad (Syahrul Jihad), bulan kesabaran (Syahru Shabr), dan bulan ketakwaan (Syahrut Taqwa).
(Simak juga: Video Ceramah Keistimewaan Ramadhan dan Beramal Didalamnya)
Semoga Allah SWT menerima shiyam dan ibadah kita. Mudah-mudahan tarhib  ini dapat membangkitkan semangat amal, dakwah, dan jihad kita sekalian, sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia dan seluruh dunia Islam yang lebih baik, lebih aman, lebih adil, dan lebih sejahtera dengan mendapat ridha Allah.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

Keistimewaan Ramadhan dan Beramal Didalamnya

Oleh: Fahmi Bahreisy, Lc
 
Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan yang dipenuhi dengan berbagai macam keistimewaan dan kemuliaan yang telah Allah persiapkan bagi hamba-Nya. Kini ia kembali hadir bersama kita untuk mengantarkan kita menjadi hamba yang bertaqwa. Tentu saja, keistimewaan ini hanya akan dirasakan oleh mereka yang mau mempergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Hanya mereka yang sadar akan kemuliaan ramadhan sajalah yang akan diantarkan olehnya untuk menjadi insan yang mulia.
Banyak sekali riwayat yang menyebutkan keistimewaan dan kemuliaan dari bulan suci ramadhan, yang mana hal ini menunjukkan bahwa beramal di dalamnya merupakan sebuah amalan yang agung dan mulia. Diantara keistimewaan tersebut ialah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
Telah datang pada kalian bulan suci ramadhan. Allah mewajibkan puasa di dalamnya. Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu pada bulan tersebut. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari pada seribu malam. Barang siapa yang terhalang dari keutamaan malam tersebut, maka sungguh ia benar-benar merugi.
Al-Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa ada dua pelajaran yang bisa kita ambil dari hadits diatas.
Yang pertama, dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka merupakan sebuah petunjuk bahwa Allah SWT membuka seluas-luasnya amal ibadah di bulan ramadhan. Allah memberikan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya untuk melakukan berbagai macam aktivitas taqarrub kepada-Nya. Ini adalah salah satu bentuk kasih sayang dan kemurahan yang Allah berikan bagi manusia di  bulan suci ramadhan ini.
Yang kedua, dari hadits ini, Qodhi Iyadh mengatakan bahwa di bulan suci ramadhan Allah membuka pintu maaf dan ampunan yang luas bagi manusia. Oleh sebab itu, barang siapa yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk merasakan ramadhan hingga hari terakhir, namun ia belum diampuni oleh-Nya, maka ini adalah sebuah kerugian yang amat besar.
(Baca juga: Menyambut Ramadhan, Harapan dan Kondisi Umat Islam)
Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu saat Rasulullah saw naik di atas mimbar. Pada saat itu, beliau mengucapkan amin sebanyak tiga kali. Lalu para sahabat bertanya-tanya maksud dari ucapan amin dari beliau. Hingga akhirnya ada yang bertanya kepada beliau, lalu dijawab olehnya bahwa Malaikat Jibril datang kepadanya dan berdoa dengan tiga hal, diantara doanya ialah; “Barang siapa yang telah datang kepadanya bulan ramadhan, kemudian ia tidak mendapatkan ampunan di dalamnya, maka ia akan dimasukkan ke dalam api neraka dan akan dijauhkan dari rahmat Allah. Dan beliaupun mengaminkan doa malaikat Jibril tersebut.”
Dengan demikian, jika kita ingin terhindar dari murka dan azab Allah, maka hendaknya kita memanfaatkan momentum ramadhan ini dengan sebaik mungkin. Banyak sekali amalan-amalan yang bisa kita lakukan di dalamnya, apalagi amal shalih di bulan ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Diantara amalan penting yang bisa kita lakukan ialah, tilawah Al-Qur’an, Qiyamullail, melakukan munajat dan dzikir kepada Allah SWT, bersedekah, berdakwah, dan membantu fakir miskin.
(Tonton juga: Video Bekal Terbaik Menyambut Ramadhan)
Selain itu, amal ibadah yang kita lakukan di bulan suci ramadhan yang disertai dengan usaha kita untuk menjaga rambu-rambu didalamnya, hal itu dapat menggugurkan dosa-dosa kita. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda,
Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan, dan ia mengetahui hukum-hukumnya kemudian ia menjaga hal-hal yang memang seharusnya dijaga di dalamnya, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lalu.”
Inilah beberapa keterangan hadits yang menyebutkan akan keistimewaan bulan suci ramadhan. Masih banyak riwayat-riwayat yang lainnya yang menegaskan akan mulianya bulan ini. Maka, tidakkah kita ingin ambil bagian di dalamnya? Tidakkah kita ingin menjadi hamba-Nya yang kembali suci? Tidakkah kita ingin menjadi hamba-Nya yang masuk ke dalam surga dari pintu ar-Rayyan? Maka itu, marilah kita sama-sama mempergunakan kesempatan dan peluang yang besar ini dengan optimal, sebab tidak jaminan bahwa kita akan sampai kepada ramadhan yang akan datang. Wallahu a’lam bisshawab.
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 335 – 26 Juni 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Menyambut Ramadhan, Harapan dari Kondisi Umat Islam

Oleh: Sharia Consulting Center
 
Waktu begitu cepat berlalu, bulan demi bulan terus berjalan, dan insya Allah sebentar lagi kita akan menyambut datangnya bulan Ramadhan. Bulan yang senantiasa ditunggu-tunggu oleh orang beriman. Karena di bulan ini Allah memanggil langsung orang-orang beriman, untuk berpuasa dan ibadah Ramadhan. Bulan suci yang penuh berkah dan memberikan banyak kebaikan, keberuntungan dan kebahagiaan bagi mereka. Bulan tarbiyah orang beriman untuk mengantarkan ke derajat kemanusiaan tertinggi, muttaqiin.
Puasa bermakna imsak atau menahan dir dari makan, minum dan segala sesuatu yang membatalkannya dari waktu fajar sampai tenggelam matahari. Esensi puasa bermakna pengendalian diri dari hal-hal yang merusak dan dari memperturutkan selera hawa nafsu.
Dan diantara hikmah dari ibadah Ramadhan adalah adanya kebersamaan saat ifthor dan saat memulai puasa, kebersamaan dalam ibadah shalat fardhu dan shalat tarawih serta kebersamaan dalam aktifitas ibadah lainnya. Kebersamaan ini diharapkan juga diharapkan terjadi pada penetapan awal ramadhan dan Idul Fitri. Kesiapan bersatu dalam hal yang prinsip adalah bentuk kematangan dalam beragama, sebagaimana kesiapan berbeda dalam cabang agama adalah bentuk toleransi dan kedewasaan dalam beragama.
(Baca juga: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan)
Bulan Ramadhan datang pada saat umat muslim membutuhkan kekuatan iman dan ruhiyah untuk menghadapi kondisi sulit dan berat dalam kehidupan mereka. Dan dengan datangnya bulan ramadhan, Allah SWT memberikan tambahan energi kekuatan iman dan ruhiyah, sehingga posisi mereka meningkat naik jauh melebihi permasalahan yang dihadapinya. Maka dalam suasana keimanan dan ruhiyah yang kuat, umat muslim dapat sukses mengatasi segala permasalahan hidupnya.
Kondisi umat Islam didunia sedang dalam kondisi berjuang. Umat muslim di Palestina masih terjajah, masjidil Aqsho dibawah cengkraman penjajah zionisme Yahudi, begitu juga di Irak, Afghanistan, Pakistan, Suriah, Iran, Mesir, dan lainnya. Mereka masih menghadapi rezim tirani dan belum mendapatkan hak kemerdekaannya secara sempurna. Sedangkan umat muslim di Tunisia, Libya, Turki dan sebagainya sedang menata wajah baru yang lebih baik dan lebih Islami. Sementara itu umat muslim yang tinggal di negara-negara minoritas muslim seperti Uighiur di Cina, Pattani di Filipina, Rohingya di Myanmar, Thailand,  India, negara-negara Eropa dan Amerika masih jauh dari nilai-nilai ideal.
(Baca juga: Rajab dan Persiapan Ramadhan)
Dalam suasana seperti ini harapan itu masih tetap ada. Allah memberikan hadiah berupa bulan Ramadhan. Ramadhan membuat umat muslim lebih kuat, lebih optimis, lebih bersemangat, berani dan berjihad. Bersatu membebaskan dominasi musuh-musuhnya baik musuh internal berupa syahwat dan syetan, maupun musuh eksternal dari orang-orang kafir yang mengadakan kerusakan dimuka bumi. Demikianlah yang terjadi dalam perjalanan sejarah umat muslim di bulan Ramadhan.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center

Rajab dan Persiapan Ramadhan

Oleh: Fahmi Bahreisy, Lc
 
Tidak terasa sekarang kita sudah memasuki pertengahan menuju akhir dari bulan Rajab. Mungkin banyak diantara kaum muslimin yang masih belum sadar bahwa sekarang mereka sudah berada di bulan Rajab. Atau mungkin juga diantara mereka mengetahuinya, akan tetapi hal itu adalah hal yang biasa saja. Tak ada bedanya antara ada bulan Rajab atau tidak. Dan memang begitulah, euforia menyambut bulan Rajab tak terlihat sama sekali di masyarakat, padahal sejatinya bulan Rajab merupakan terminal pertama menuju bulan suci Ramadhan. Ia adalah momen awal menyambut Ramadhan. Rajab, Sya’ban, dan Ramadhan adalah tiga bulan yang saling berurutan. Deretan bulan ini mengisyaratkan pentingnya penekanan ibadah menjelang bulan penuh ampunan, Ramadhan.
Sebuah kesuksesan kerap kali tak bisa lepas dari persiapan yang matang. Jika boleh direfleksikan, maka Ramadhan dengan segala kemuliaannya adalah sebuah kompetisi besar yang mesti diikuti semua umat Islam. Kompetisi menuju manusia terbaik dihadapan-Nya, yang berujung pada gelar takwa. Layaknya sebuah kompetisi, mestilah ada sebuah persiapan cukup untuk memenanginya. Seperti halnya siswa yang akan mengikuti ujian, maka ia akan mempersiapkan ujian tersebut sejak beberapa bulan sebelumnya.
Dalam sebuah riwayat dari Anas bin Malik ra, ketika Rasulullah SAW memasuki bulan Rajab, beliau berkata (berdo’a), “Yaa Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukan kami dengan bulan Ramadhan.” (HR. Muslim).
Dari teks hadits diatas, maka bisa disimpulkan bahwa Ramadhan adalah tujuan dan Rajab adalah awal untuk mendapatkan tujuan itu. Sebagaimana perkataan Ibnu Athaillah rahimahullah, “Barang siapa yang baik permulaannya, maka baik pula penutupnya.”
Keberkahan di bulan Rajab dan Sya’ban hanya bisa didapatkan dengan cara mengisinya dengan ibadah dan amal shalih. Dengan modal keberkahan tersebut, berarti kita telah siap menyambut kedatangan Ramadhan.
(Baca juga: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan)
Ada banyak riwayat yang menyebutkan tentang amalan-amalan yang bisa kita lakukan di bulan Rajab ini, diantaranya ialah,
“Anas bin Malik ra. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Di surga ada sebuah sungai yang bernama Rajab. Ia lebih putih daripada susu dan lebih manis dari madu. Barang siapa yang berpuasa satu hari saja di bulan tersebut, Allah akan memberinya minuman dari sungai tersebut.’” (HR. Ibnu Hibban).
Imam As-Suyuthi mengomentari hadits tersebut dengan berkata, “Hadits ini bukanlah hadits palsu, ia adalah hadits dha’if yang boleh diriwayatkan karena berkaitan dengan fadhail a’mal”.
‘Izzuddin bin Abdis salam berkata dalam sebuah fatwanya yang merupakan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepadanya,
“Bagaimana pendapatmu mengenai pandangan sebagian ulama mengenai keutamaan dari tiap-tiap bulan dan anjuran melakukan amal shalih di dalamnya, dan diantaranya ialah bulan Rajab yang mana sebagian ahli hadits melarang berpuasa dan memuliakannya dengan alasan bahwa hal itu menyerupai kebiasaan kaum jahiliyah.
Apakah dilarang berpuasa dan memuliakan bulan tersebut?”
Beliau menjawab, “Perkataan sebagian ulama yang menyebutkan akan kemuliaan bulan Rajab, maka diantaranya ada yang shahih dan ada yang tidak. Yang tidak shahih lebih banyak daripada yang shahih. Adapun yang melarang berpuasa di dalamnya, sebenarnya ia buta terhadap syari’at. Bagaimana ia bisa menjadi terlarang, padahal tidak satupun ulama syariah yang menggolongkan Rajab ke dalam bulan yang dimakruhkan untuk berpuasa. Barang siapa yang memuliakan Rajab dengan cara-cara yang jahiliyah, maka ia bukan termasuk menyerupai kaum jahiliyah.”
Selain itu, di bulan Rajab terjadi peristiwa sejarah yang penting bagi umat Islam. Pada bulan Rajab, tahun 10 kenabian (620 M) terjadi peristiwa Isra’ Mi’raj.
Peristiwa ini diperingati sebagai hari besar umat Islam karena ia adalah momentum naiknya Rasulullah saw ke sidratul muntaha untuk menerima shalat lima waktu.  Hendaknya ini menjadi pelajaran bagi kita, bahwa jika kita ingin mendekat kepada Allah, jalan yang paling utama ialah dengan cara shalat. Jika kita memperbaiki shalat kita, maka hubungan kita dengan Allah juga akan semakin dekat.
Dengan begitu, persiapan kita menuju bulan yang paling mulia akan semakin sempurna. Perumpamaan bulan Rajab bagaikan angin, bulan Sya’ban bagaikan awan, dan bulan Ramadhan bagaikan hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban, bagaimana mungkin ia akan memanen di bulan Ramadhan?
Wallahu a’lam.
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 370 – 29 April 2016. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!

Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan

Rasulullah SAW sangat gembira dan memberikan kabar gembira kepada umatnya dengan datangnya bulan Ramadhan. Rasulullah menyebutkan keutamaan-keutamaan Ramadhan dalam pidato penyambutan bulan suci sebagai berikut.
Dari Salman Al Farisi ra berkata : “Rasulullah saw berkhutbah pada hari terakhir bulan sya’ban: “Wahai manusia telah datang kepada kalian bulan yang agung, bulan penuh berkah, didalamnya ada malam yang lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasanya wajib, dan qiyamul lailnya sunnah. Siapa yang mendekatkan diri dengan kebaikan, maka seperti mendekatkan diri dengan kewajiban dibulan yang lain. Siapa yang melaksanakan kewajiban, maka seperti melaksanakan 70 kewajiban dibulan lain.
Ramadhan adalah bulan kesabaran, dan kesabaran balasannya adalah surga. Bulan solidaritas, dan bulan ditambahkan rizki orang beriman. Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka dan mendapatkan pahala seperti orang-orang yang berpuasa tersebut tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun”.
Kami berkata: “Wahai Rasulullah, tidak semua kita dapat memberi makan orang yang berpuasa?”
Rasul Saw bersabda : “Allah memberi pahala kepada orang yang memberi buka puasa walaupun dengan seteguk susu, satu biji kurma, atau seteguk air. Ramadhan adalah bulan yang awalnya rahmat, tengahnya maghfirah, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Siapa yang memberi keringanan kepada budak.yang dimilikinya, maka Allah mengampuninya dan membebaskan dari api neraka.
Perbanyaklah melakukan empat hal, dua perkara membuat Allah ridha dan dua perkara Allah tidak butuh dengannya. Kedua hal itu adalah Syahadat Laa ilaha illallah dan beristighfar kepada-Nya. Adapun dua hal yang Allah tidak butuh adalah engkau meminta surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang membuat kenyang orang yang berpuasa, Allah akan memberikan minum dari telagaku (Rasul saw) satu kali minuman yang tidak akan pernah haus sampai masuk surga.”
(HR al Uqaili, Ibnu Huzaimah, al Baihaqi, al Khatib, dan al Asbahani). Dalam kitab Misykat al Mashabih disebutkan bahwa hadist ini dhaif. Disebutkan pula dalam Kanz al Ummal bahwa Ibnu Hajar mengatakan dhaif.
Dalam hadist lain, Rasul bersabda: “Umatku diberi lima kebaikan pada bulan Ramadhan, sesuatu yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya. Pertama, bau mulut seorang yang berpuasa lebih wangi daripada bau misik (minyak kesturi. Kedua, malaikat memintakan ampun sampai berbuka. Ketiga, setiap hari Allah menghiasi surga milik orang yang berpuasa, kemudian berkata (pada surga); “Hamba-hambaku yang shalih sebentar lagi akan melepas kepenatan dan kesusahannya dan datang kepadamu”. Keempat, setan-setan dibelenggu dan tidak dapat bebas berkeliaran sebagaimana bulan lain. Kelima, diampuni dosanya di akhir malam”. Diantara sahabat ada yang berkata: “Wahai Rasulullah, apakah itu malam kemuliaan (Lailatu Qadr)?” Rasul saw menjawab: “Bukan, tetapi seorang pekerja akan disempurnakan balasannya ketika pekerjaan selesai“. (HR Ahmad, al Bazzar, Abu Syaikh, al Baihaqi dan al Asbahani).
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center