0878 8077 4762 [email protected]

Kisah Taaruf Pria Korea Yang Nikahi Muslimah Malaysia

Bagi para remaja penggemar drama Korea tentu kisah cinta ala Korea selalu menarik. Namun,  bagaimana bila kisah cinta ala korea itu dipadukan dengan keindahan Islam? Adalah Fadhilah, Muslimah cantik asal Malaysia yang dipersunting oleh Kim Jeyoung atau Aiman Kim, seorang muallaf asal Korea.
Jeyoung & Dhila ini bisa dijadikan semacam pembuktian bahwa “tidak perlu kenal bertahun-tahun, orang yang mencintai Allah, maka dia akan dengan mudah mencintai orang yang juga mencintai Allah”.  Fadhila mengaku tidak kenal lama dengan Jeyoung, sebelum menikah ia baru kenal dengan jyeoung selama tiga bulan.
Di bulan pertama perkenalannya Jeyoung sudah mengutarakan keinginannya untuk menikahi Fadhila. Lucunya saat Jeyoung mengutarakan perasaannya pada Fadhila, seperti di ceritakan di blog pribadi Fadhila [email protected]. Fadhila berkata “WHAT THE.. You must be kidding? You’re Korean.” Dengan santainya Jeyoung menjawab “So? I’m a human too.”
Akhirnya tiga bulan kemudian Fadhila menikah dengan Jeyoung. Walaupun saat mengutarakan niatnya orang tua Fadhila masih tidak percaya. Pasangan ini benar-benar menginspirasi.
Bahkan dalam beberapa postingannya Fadhila dan Jeyoung mengaku saling mencintai karena Allah. Dan Allah yang sudah sangat baik mempertemukan pasangan berbeda negara tersebut. Kebersamaan keduanya dapat dijumpai di akun instagram Fadhila, @snfad_diela.
Itulah bukti kekuasaan Allah, karena tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini.
 
Sumber : ruangmuslimah

Seuntai Syair Malam Untukmu

Untukmu, ya Untukmu….
Secuek apapun seorang lelaki dalam benak dan hatinya tersimpan gundah yang mampu menggetarkan Bumi.
Gelisahnya tak selalu terdengar desah rana.
Kemampuan dan kekuatan selalu dicoba untuk mendekatkan pada harapan.
Sehingga mampu untuk memberikan ketenangan.
Untukmu, ya Untukmu,
Terima Kasih telah mau berjuang dan bersabar.
Sekalipun air mata harus jatuh dan dibayar mahal dengan rasa yang belum tentu dapat dirasa olehku.
Hal ini kau lakukan demi cita bersama, yaitu melahirkan dan membangun bata-bata peradaban yang akan gemilang diakhir zaman.
Sekalipun ragamu dan ragaku lenyap dari peredaran….
Untukmu, ya Untukmu,
Terima kasih telah mau berpeluh dan bersusah payah.
Sekalipun ada semilir angin yang hampir membuatmu goyah, menggenggam erat tanganku agar kau tetap kuat.
Dan mendapatkan kekuatan untuk tetap melangkah, mengambil bagian dari estafet risalah nubuwah…
Untukmu, ya Untukmu,
Syukurku tidaklah sebanding dengan syukurmu.
Usahaku tidaklah sebanding denganmu tapi bukan perihal comparatif.
Tujuan kita hidup satu atap, berlayar dan nantinya berlabuh pada dermaga cita dan cinta.
Namun adanya nota kesepahaman yang tak tertulis
Terpatri dalam hati, bahwa Robbul Izzati adalah titik akhir dan tujuan kita untuk kembali.
Untukmu, ya Untukmu,
Segala kecemasanmu atas hari ini maupun esok seringkali tak mampu kutangkap.
Namun dari detik aku memetik, dari menit kudapat secelumit, dari jam beberapa asa kugenggam.
Dari hari ku pasrahkan setiap ikhtiar yang sudah kujalani dan terlewati, hanya mampu berdo’a.
Dan mendo’akan yang terbaik untukmu, untukku, untuknya (anak-anak kita) dan untuk mereka (orang tua, saudara, dan sahabat seperjuangan)
Untukmu, ya Untukmu
Aku hadir sebagai pendampingmu.
Dan Kau Hadir sebagai sayap kehidupan yang melengkapi hingga menjadi sepasang sayap untuk meraih mimpi dan harapan bersama.
Terima Kasih, Semoga Allah SWT senantiasa merahmati kita dengan kebaikan dan keistiqomahan dalam berbuat baik….
Uhibbuki Fillahi Yaa Zaujati
أحبُّك فِ اللّه يازوجتي
 

Terbang Berjam-Jam Bukan Alasan Pilot Muslimah Ini Tinggalkan Kewajiban Ibadah Puasa

 
JAKARTA–Setiap profesi pasti memiliki cara dan cerita sendiri dalam menjalani puasa di bulan Ramadan. Tak terkecuali untuk Sarah Widyanti Kusuma, pilot wanita cantik dari maskapai penerbangan Garuda Indonesia Airlines.
Di sela-sela kesibukannya, Sarah bercerita bagaimana Ia harus menjalani puasa dari balik kokpit dan harus berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Hal itu dirinya rasakan mulai awal Ramadan tiba, di mana Ia harus rela saum jauh dari keluarga.
“Awal Ramadan kebetulan lagi di Chengdu menuju Indonesia,” ujar Sarah.
Mantan kontestan Indonesia Idol ini menuturkan, menjalani puasa sebagai penerbang memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya, dibutuhkan kekuatan fisik dan konsentrasi yang harus tetap terjaga selama menjalani tugas sembari berpuasa.
“Tantangannya harus tetap fokus di mana selama terbang kita lebih cepat kehilangan cairan dan oksigen,” ujarnya.
Oleh karenanya, ibu satu anak ini rutin berolahraga serta memperhatikan betul makanan dan vitamin yang dikonsumsi ketika sahur.
“Olahraga sama menu sahur dan buka yang benar, konsumsi vitamin juga. Kalau makan enggak benar dan enggak olahraga biasanya saya enggak akan kuat puasa saat kerja,” tutur wanita pemegang lisensi pesawat jenis Boeing dan Airbus ini.
“Kalau penumpang kan enggak puasa mungkin enggak apa-apa yah, karena cuma 1-2 hari aja flight-nya. Kalau crew kan setiap hari kerjaannya seperti itu jadi yah tetep harus dijaga staminanya.”
Sebagai muslim, Sarah selalu menyempatkan waktu untuk beribadah, termasuk ketika berada di udara dan negara lain. Kata dia, terbang selama berjam-jam bukan alasan untuk meninggalkan kewajiban sebagai muslim. Fotonya saat beribadah di ruang kokpit yang diabadikan rekan penerbangnya pun pernah viral di media sosial
“Alhamdulillah justru banyak yang bisa dilakukan saat terbang, saya bisa tadarusan saat di hotel, dibandingkan jalan-jalan keliling kota, saat mau buka puasa aja saya keluar hotel sambil ngabuburit cari makan untuk buka dan sahur,” ungkapnya.
Menjalani profesi sebagai pilot, Sarah juga tak pernah lupa perannya sebagai ibu dari satu anak. Menjalani Ramadan jauh dari keluarga, terkadang membuatnya rindu dengan keluarga.
“Kangen sama keluarga pasti. Tapi, saya tetap punya tanggung jawab di tempat lain selain di rumah, ya tetap harus profesional, saya titipkan anak kepada ibu saya atau kadang sama mertua, jadi saya tenang,” pungkasnya.
 
Sumber: Merdeka

Para Buruh Muslimah Swedia Menuntut Hak Berjilbab di Peringatan Mayday

Stockholm – Di Hari Buruh Internasional, Senin (01/05/2017) kemarin para muslimah di Swedia turun ke jalan, menuntut hak berjilbab di tempat kerja.
Aksi dilakukan setelah Hakim Pengadilan Uni Eropa, mengizinkan perusahaan swasta untuk melarang karyawan mengenakan simbol-simbol keagamaan.
Secara tidak langsung, keputusan itu merupakan serangan langsung terhadap wanita-wanita yang mengenakan jilbab di tempat kerja mereka. Keputusan diambil setelah seorang wanita Belgia dan seorang wanita Perancis mengajukan tuntutan hukum karena diberhentikan dari pekerjaan mereka karena mengenakan jilbab.
Aksi ini tidak hanya dilakukan di ibukota Stockholm, tetapi juga di kota-kota Malmo, Gothenburg, Vasteras, Sala dan Umea. Mereka meneriakkan slogan-slogan seperti “Hancurkan Rasisme!”, “Jilbab Saya Bukanlah Urusan Anda” dan “Pekerjaan adalah Hak Kita”.
Pesan para demonstran
“Wanita Muslim di sini (Gothenburg) biasanya tidak pergi untuk demonstrasi pada May Day. Aksi ini menunjukkan begitu banyak orang dari berbagai latar belakang yang memperjuangkan hak-hak buruh,” kata Maimuna Abdullahi, salah satu penyelenggara acara tersebut kepada Al Jazeera.
“Saya keluar karena ini adalah tanggung jawab masyarakat kita untuk membela kita semua,” kata Gabrielle Guastad, seorang peserta aksi dari jaringan aktivis Swedia di Gothenburg, The Right Our Bodies.
“Tidak ada kritik keras terhadap keputusan tersebut, terutama di Swedia, sebuah negara yang dipuji karena hak asasi manusia,” kata Abdullahi.
Untuk mempromosikan pawai tersebut, Aftab Soltani, salah satu panitia, mengungkapkan bahwa Muslimah adalah sosok yang kuat. Dia mengatakan bahwa tujuan aksi untuk membalikkan citra Muslimah sebagai korban diskriminasi.
Sementara itu, para netizen langsung menyebarkan postingan-postingan terkait aksi itu, sembati menyematkan hastag #Muslimwomenban.
“Kata-kata pengadilan tentang netralitas di sebuah perusahaan juga menunjukkan bahwa hijab dianggap abnormal,” kata Hajar El Jahidi dari Forum Eropa untuk Wanita Muslim.
“Keputusan pengadilan tersebut juga menyebabkan beberapa pengusaha sektor swasta memasukkan klausul netralitas dalam kebijakan mereka sebagai dasar untuk menghapus atau melarang pekerja yang mengenakan jilbab,” pungkasnya.
 
Sumber: Al-Jazeera

Tahani Amer, Muslimah Berhijab Pertama di NASA

Diantara sederet pegawai perempuan di Badan Antariksa Amerika (NASA), Tahani Amer terlihat begiru berbeda. Ia adaah satu-satunya Muslimah berHijab disana. Ia adalah seorang Doktor di bidang teknik dari Old Dominion University di Norfolk, Virginia. Dia bekerja di cabang Computational Fluid Dynamics (CFD) atau Komputasi Dinamika Fluida NASA.
Amer memulai karirnya di NASA pada tahun 1992 dalam proyek CFD. Sejak itulah ia mendapatkan banyak pengalaman berharga bekerja sama dengan banyak ilmuwan cerdas yang mencintai pekerjaannya. Kemudian, ia bekerja di salah satu terowongan angin NASA untuk melakukan eksperimen tekanan dan termal cat sensitif.
“Saya bekerja dengan kode-kode komputer CFD dan memanjat langit-langit untuk menginstal alat kecepatan. Ini luar biasa, aku seperti gadis kecil di ‘toko permen’ NASA. Segalanya terasa mungkin, “ jelas Amer, seperti dilansir dari publikasi women.nasa.gov.
Amer mengaku tak pernah merasa bosan bekerja di NASA. Ia bahkan berhasil menemukan dan mematenkan sistem untuk mengukur konduktivitas termal film tipis. Mendapat anugerah otak encer dan kesempatan memperoleh pendidikan, membuat Amer tak pelit berbagi ilmu. Ia rajin ikut serta dalam program sosial yang diselenggarakan NASA.
Minat Amer pada teknik timbul saat ia melihat ayahnya memperbaiki mesin mobil di apartemennya yang kecil di Mesir. Sementara kecintaannya pada matematika memuluskan jalannya menjadi insinyur aeronautika yang bekerja di salah satu lembaga paling terkemuka dunia. Amer menceritakan awalnya ia ingin masuk sekolah kedokteran di Kairo. Namun, pilihan hidupnya mengubah cita-citanya. Ia menikah di usia 17 tahun dan pindah ke Amerika Serikat.
“Matematika adalah subyek favorit saya,”Saat tiba di AS pada 1983 dan masuk ke kelas kalkulus pertama saya, saya tak bisa bicara satu katapun dalam Bahasa Inggris. Tapi saya bisa memperoleh nilai A dalam mata pelajaran itu,” cerita Amer.
Saat itulah Amer merasa karirnya di bidang teknik akan menjadi masa depannya. Dia pun berhasil menyelesaikan kuliah non-gelarnya di bidang teknik dalam dua tahun, sembari mengasuh dua anaknya yang masih kecil. Lalu ia meraih gelar sarjana di bidang teknik, disusul master di teknik aeronautika, dan lalu doktor di bidang teknik.
Selain aktif bekerja di NASA, Amer juga aktif di kegiatan Masjid  untuk mengajar soal Islam dan mengaji Alquran kepada anak-anak. “Pasca serangan 11 September saya ikut serta memberi pemahaman tentang Islam di komunitas saya. Saya juga memberi ceramah di gereja-gereja, di banyak universitas, dan sekolah lokal. Bahkan ada surat kabar lokal yang mewawancaraiku soal Islam,” kata Amer.
Selama hidupnya Amer punya tiga prinsip, yaitu (1) melayani Tuhan maka Anda melayani semua makhluk; (2) bahwa pendidikan adalah kunci yang membuka peluang; dan (3) berusaha melayani orang lain dengan welas asih dan kebaikan.
“Dengan tiga prinsip itu saya mencoba menerapkan standar hidup sehari-hari untuk menantang diri saya sendiri dalam pekerjaa saya di NASA, berusaha terus memperbaiki diri, dan membantu orang lain melalui sebuah organisasi besar: NASA, “ pungkas Amer.
 
Sumber: gomuslim.co.id