0878 8077 4762 [email protected]

Pengadilan Eropa: Menghina Nabi Muhammad Bukan Kebebasan Berekspresi

STRASBOURG – Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa (ECHR) memutuskan, pada hari Kamis (25/10/2018), bahwa menghina Nabi Muhammad tidak bisa berlindung di bawah dalih kebebasan berekspresi. Pelaku bisa dihukum pidana dan penjara.
Putusan ini muncul dalam kasus wanita Austria yang menghina Nabi dalam dua seminar. Pengadilan HAM Eropa mendukung keputusan Pengadilan Austria yang menjatuhkan hukuman kepada seorang wanita Austria yang menghina Nabi Muhammad.
Pengadilan HAM Eropa mengatakan keputusan itu tidak bertentangan dengan Bab X Piagam Eropa tentang Hak Asasi Manusia.
 
“Mencemarkan nama baik Nabi melampaui batas-batas yang diizinkan dari perdebatan objektif, dapat menimbulkan prasangka dan membahayakan perdamaian agama,” bunyi putusan ECHR.
Putusan pengadilan dibuat oleh panel tujuh hakim untuk seorang wanita Austria yang diidentifikasi dengan inisial S. Wanita itu mengadakan dua seminar pada tahun 2009 di mana dia menghina Nabi Muhammad.
Menurut pengadilan, komentar wanita itu tidak dapat berlindung di balik dalih kebebasan berekspresi.
“Pernyataannya itu kemungkinan akan membangkitkan kemarahan yang dibenarkan dalam diri umat Islam,” lanjut putusan pengadilan.
Pengadilan Austria pernah menghukumnya karena meremehkan doktrin agama pada tahun 2011 dan mendendanya 480 euro.
Putusan ECHR yang dilansir Al Arabiya mengatakan, “dengan hati-hati menyeimbangkan haknya atas kebebasan berekspresi dengan hak orang lain untuk memiliki perasaan bahwa keagamaan mereka dilindungi, serta melayani secara sah dengan tujuan melestarikan kedamaian agama di Austria.”
 
Sumber : Reuters/Sindonews

8 Fakta Sejarah Masjid Al-Aqsha, Jejak Nabi Muhammad hingga Pernah Dibakar

YERUSALEM – Masjid Al-Aqsha yang berada di situs suci Yerusalem sedang jadi sorotan dunia, setelah pasukan keamanan Israel sempat menutup masjid itu untuk pertama kali sejak separuh abad silam.
Israel membuka lagi masjid itu dua hari kemudian dengan aturan baru. Yakni, pemasangan detektor logam dan CCTV. Aturan baru inilah yang memicu ketegangan lebih lanjut, karena Israel diduga akan mengubah situs masjid suci itu dari status quo (daerah kondusif, wilayah Internasional)
Lebih dari 900 warga Palestina terluka dalam bentrokan melawan pasukan keamanan Israel untuk memprotes aturan baru di kompleks Masjid Al-Aqsha.
Masjid itu merupakan masjid bersejarah bagi umat Islam yang merupakan kiblat pertama untuk shalat umat muslim sebelum kiblat beralih ke Kakbah di Makkah, Arab Saudi. Setidaknya ada delapan fakta tentang Masjid Al-Aqsha yang menarik untuk diketahui. Berikut fakta-fakta tersebut.
1. Bukan Hanya Satu Masjid Saja
Namanya memang abadi sebagai Masjid Al-Aqsa. Namun, di situs itu sebenarnya ada beberapa masjid. Di bangunan sebelah selatan ada masjid yang dikenal sebagai Masjid Qibly—sebutan untuk situs yang paling dekat dengan kiblat. Namun, semua bangunan termasuk kubah di situs itu dianggap sebagai Masjid Al Aqsa atau terkadang disebuat sebagai “Haram Al-Sharif”. Beberapa masjid yang ada di situs suci itu di antaranya  Masjid Buraq, Masjid Marwani dan beberapa masjid lainnya.
2. Diyakini sebagai Tanah Makam
Tidak ada catatan berapa banyak nabi dan sahabat Nabi Muhammad yang dimakamkan di sana. Tapi, dalam sejarahnya, Nabi Sulaiman diyakini dikuburkan di situs suci itu. Nabi Sulaiman diyakini meninggal saat mengawasi pembangunan di situs tersebut dan dimakamkan di sana.
3. Pernah Jadi Tempat Sampah
Pada periode waktu ketika tidak ada orang Yahudi yang diizinkan tinggal di Kota Yerusalem ini, penduduk Romawi yang menguasai wilayah tersebut menggunakan area masjid sebagai tempat pembuangan sampah.
Ketika sahabat Nabi Muhammad, Umar bin Khatab membebaskan Kota Yerusalem, dia membersihkan sampah itu dengan tangan kosongnya. Dia juga mengakhiri pengasingan orang-orang Yahudi yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Umar bahkan mengundang 70 keluarga di sebuah desa pengungsi terdekat kembali ke Yerusalem dan diberikan hak untuk tinggal di sana.
4. Tempat Imam Al-Ghazali Menulis Kitab Ihyaa’ Ulumuddin
Salah satu kitab paling terkenal dalam literatur Islam adalah Ihyaa’ Ulumuddin karya ulama besar Islam Abu Hamid Al-Ghazali. Dia adalah orang yang dihormati oleh semua aliran pemikiran karena kemampuannya dalam mendalami ajaran Al Qur’an dan hadits Nabi Muhammad. Apa yang kebanyakan orang tidak tahu adalah bahwa Al-Ghazali pernah untuk sementara waktu tinggal di Masjid Al-Aqsha dan menulis kitab legendaris itu di sana. Sebuah bangunan di Masjid Al-Aqsa pernah ditandai sebagai lokasi kamar lamanya.
5. Jadi Lokasi Pembantaian Umat Islam
Ketika tentara Salib datang ke Yerusalem, mereka menemukan mayoritas penduduk muslim berada di Masjid Al-Aqsa. Tentara itu kemudian membantai sekitar 70.000 dari mereka dan kemudian mengubah kubah menjadi kapel dan masjid diubah menjadi istana. Orang-orang muslim yang selamat dari pembantaian awal kemudian disalibkan di sebuah di dekat pusat masjid.
6. Kiblat Pertama Shalat Umat Islam
Fakta bahwa Masjid Al-Aqsha memang pernah menjadi kiblat pertama bagi umat Islam untuk shalat. Namun, oleh Nabi Muhammad yang mendapat petunjuk Allah, kiblat shalat pindah menghadap Kakbah yang berdiri di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.
7. Pernah Dibakar
Pada tahun 1969, seorang zionis asal Australia, Dennis Michael Rochan, membakar Masjid Al-Aqsa. Seluruh dinding, termasuk mimbar yang dikenal sebagai mimbar Salahuddin al-Ayyubi, terbakar.
Pemadaman dilakukan warga muslim secara gotong-royong. Zionis tersebut pernah diadili di pengadilan Israel. Namun, pada akhirnya dia dibebaskan dengan alasan Rochan mengalami gangguan jiwa.
8. Jejak Isra Mi’raj Nabi Muhammad saw
Bagi kalangan umat Islam, Nabi Muhammad diyakni meninggalkan jejak di Masjid Al-Aqsha saat peristiwa Isra’ Mi’raj atau dikenal sebagai perjalanan Nabi Muhammad dari Masjid Al-Aqsha ke langit dalam waktu semalam. Perintah shalat dari Allah untuk umat Islam juga turun saat peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad dengan menggunakan Buraq.
 
Sumber: Muslimmaters.org

Rasulullah Bertemu Beberapa Nabi di Setiap Langit dalam Isra' Mi'raj

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Q.S. Al Israa’ 1)
Isra Mi’raj adapun rincian dan urutan kejadiannya banyak terdapat dalam hadits yang shahih dengan berbagai riwayat.
Syaikh Al Albani rahimahullah dalam kitab beliau yang berjudul Al Isra’ wal Mi’raj menyebutkan 16 shahabat yang meriwayatkan kisah ini.
Mereka adalah: Anas bin Malik, Abu Dzar, Malik bin Sha’sha’ah, Ibnu ‘Abbas, Jabir, Abu Hurairah, Ubay bin Ka’ab, Buraidah ibnul Hushaib Al-Aslamy, Hudzaifah ibnul Yaman, Syaddad bin Aus, Shuhaib, Abdurrahman bin Qurath, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas’ud, ‘Ali, dan ‘Umar radhiallahu ‘anhum ajma’in.
Di antara hadits shahih yang menyebutkan kisah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam shahihnya,  dari sahabat Anas bin Malik :
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhubahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Didatangkan kepadaku Buraaq – yaitu yaitu hewan putih yang panjang, lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari baghal, dia meletakkan telapak kakinya di ujung pandangannya (maksudnya langkahnya sejauh pandangannya).
Maka sayapun menungganginya sampai tiba di Baitul Maqdis, lalu saya mengikatnya di tempat yang digunakan untuk mengikat tunggangan para Nabi.
Kemudian saya masuk ke masjid dan shalat 2 rakaat kemudian keluar .
Kemudian datang kepadaku Jibril  ‘alaihis salaam dengan membawa bejana berisi  khamar dan bejana berisi air susu. Aku memilih bejana yang berisi air susu. Jibril kemudian berkata : “ Engkau telah memilih (yang sesuai) fitrah”.
Di Langit Pertama : Adam as
Kemudian Jibril naik bersamaku ke langit (pertama) dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”
Dia menjawab:“Jibril”.
Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”
Dia menjawab:“Muhammad”
Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”
Dia menjawab:“Dia telah diutus”.
Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Nabi Adam As.
Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Di Langit Kedua : Isa as dan Yahya as
Kemudian kami naik ke langit kedua, lalu Jibril ‘alaihis salaam  meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”
Dia menjawab: “Jibril”.
Dikatakan lagi:“Siapa yang bersamamu?”
Dia menjawab:“Muhammad”
Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”
Dia menjawab:“Dia telah diutus”.
Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kedua) dan saya bertemu dengan Nabi ‘Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya shallawatullahi ‘alaihimaa.
Beliau berdua menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Di Langit Ketiga : Yusuf as
Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit ketiga dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”
Dia menjawab:“Jibril”.
Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”
Dia menjawab:“Muhammad”
Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”
Dia menjawab:“Dia telah diutus”.
Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketiga) dan saya bertemu dengan Yusuf ‘alaihis salaam yang beliau telah diberi separuh dari kebagusan (wajah).
Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Di Langit Keempat : Idris as
Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit keempat dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”
Dia menjawab:“Jibril”.
Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”
Dia menjawab: “Muhammad”
Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?”
Dia menjawab: “Dia telah diutus”.
Maka dibukakan bagi kami (pintu langit keempat) dan saya bertemu dengan Idris alaihis salaam.
Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku. Allah berfirman yang artinya : “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi” (Maryam:57).
Di Langit Kelima : Harun as
Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit kelima dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya):“Siapa engkau?”
Dia menjawab:“Jibril”.
Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”
Dia menjawab:“Muhammad”
Dikatakan:“Apakah dia telah diutus?”
Dia menjawab:“Dia telah diutus”.
Maka dibukakan bagi kami (pintu langit kelima) dan saya bertemu dengan  Harun ‘alaihis salaam.
Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Di Langit Keenam : Musa as
Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit keenam dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?”
Dia menjawab:“Jibril”.
Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”
Dia menjawab: “Muhammad”
Dikatakan: “Apakah dia telah diutus?”
Dia menjawab:“Dia telah diutus”.
Maka dibukakan bagi kami (pintu langit) dan saya bertemu dengan Musa.
Beliau menyambutku dan mendoakan kebaikan untukku.
Di Langit Ketujuh : Ibrahim as
Kemudian Jibril naik bersamaku  ke langit ketujuh dan Jibril meminta dibukakan pintu, maka dikatakan (kepadanya): “Siapa engkau?”
Dia menjawab: “Jibril”.
Dikatakan lagi: “Siapa yang bersamamu?”
Dia menjawab, “Muhammad”
Dikatakan, “Apakah dia telah diutus?”
Dia menjawab, “Dia telah diutus”.
Maka dibukakan bagi kami (pintu langit ketujuh) dan saya bertemu dengan Ibrahim as.
Beliau sedang menyandarkan punggungnya ke Baitul Ma’mur. Setiap hari masuk ke Baitul Ma’mur 70.000 malaikat yang tidak kembali lagi.
Kemudian Ibrahim as pergi bersamaku ke Sidratul Muntaha.
Di Sidratul Muntaha : Allah swt dan Perintah Shalat
Di Sidratul Muntaha ternyata daun-daunnya seperti telinga-telinga gajah dan buahnya seperti tempayan besar.
Tatkala dia diliputi oleh perintah Allah, diapun berubah. Sehingga tidak ada seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup mengambarkan keindahannya
Lalu Allah mewahyukan kepadaku apa yang Dia wahyukan. Allah mewajibkan kepadaku 50 shalat sehari semalam.
Dialog dengan Nabi Musa as untuk Kemudahan Shalat
Kemudian saya turun menemui Musa ’alaihis salam.
Lalu dia bertanya: “Apa yang diwajibkan Tuhanmu atas ummatmu?”.
Saya menjawab: “50 shalat”.
Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan, karena sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya. Sesungguhnya saya telah menguji dan mencoba Bani Israil”.
Rasulullah bersabda : “Maka sayapun kembali kepada Tuhanku seraya berkata: “Wahai Tuhanku, ringankanlah untuk ummatku”.
Maka dikurangi dariku 5 shalat  (menjadi 45 rakaat)
Kemudian saya kembali kepada Musa dan berkata : “Allah mengurangi untukku 5 shalat”  (menjadi 40 rakaat).
Dia berkata : “Sesungguhnya ummatmu tidak akan mampu mengerjakannya, maka kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”.
Maka terus menerus saya pulang balik antara Tuhanku Tabaraka wa Ta’ala dan
Musa ‘alaihis salaam, sampai pada akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad, sesungguhnya ini adalah 5 shalat sehari semalam. Setiap shalat (pahalanya) 10, maka semuanya 50 shalat.”
Kemudian saya turun, sampai saya bertemu dengan Musa’alaihis salaam seraya aku ceritakan hal ini kepadanya.
Dia berkata: “Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah keringanan”.
Maka sayapun berkata: “Sungguh saya telah kembali kepada Tuhanku sampai sayapun malu kepada-Nya”. (H.R Muslim 162)
Untuk lebih lengkapnya, silahkan merujuk ke kitab Shahih Bukhari hadits nomor 2968 dan 3598 dan Shahih Muslim nomor 162-168 dan juga kitab-kitab hadits lainnya yang menyebutkan kisah ini.
Terdapat pula tambahan riwayat tentang kisah ini yang tidak disebutkan dalam hadits di atas.

Kisah Dibalik Dapur Sang Kholil (Kekasih Allah)

Kisah Dibalik Dapur Sang Kholil (Kekasih Allah)

Cuaca Madinah pagi itu begitu dingin. Sambil bersandar di sisi kiri mimbar, pandanganku tertuju ke arah makam Rasulullah.
Tiba-tiba imajinasiku memaksaku melompat jauh ke masa silam, tepatnya di tahun terakhir kenabian.
Tahun itu… Kabilah-kabilah arab berbondong-bondong menyatakan masuk islam. Itu artinya tugas kenabian sebentar lagi usai.
Menikmati masa-masa kemenangan adalah tabiat sebuah perjuangan. Tapi tidak bagi sosok yang mulia itu.
Karena misi perjuangannya bukan untuk meraup harta, bukan pula untuk mengejar jabatan.
Bila Allah ridho, kalimat-Nya ditinggikan, syariat-Nya ditegakkan, maka itulah puncak pencapaian tertinggi.
Raga suci itu letih, peluh di dahinya sesekali mengucur.
Di atas tikar kasar raga itu terkulai, berbulan-bulan tak ada api yang mengepul di rumahnya.
Kondisi itu tidak hanya terjadi sekali, bahkan berkali-kali semenjak beliau diutus menjadi Nabi.
Abu Hurairah menuturkan, “Adakalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah Rasulullah tidak ada satupun lampu yang menyala, dapurnya pun tidak mengepul. Jika ada minyak, maka dijadikannya sebagai makanan.
Sering beliau tidur malam sedang keluarganya bolik-balik di atas tempat pembaringan karena kelaparan, tidak ada makan malam. Makanan mereka biasanya hanya roti yang terbuat dari syair yang kasar.” (HR. Tarmidzi).
Sang istri Aisyah radhiallahu anha menuturkan, “Seringkali kami melewati masa hingga 40 hari, sedang di rumah kami tidak pernah ada lampu yang menyala dan dapur kami tidak mengepul. Maka orang yang mendengar bertanya, ‘Jadi apa yang kalian makan untuk bertahan hidup?’ Ummul Mukminin menjawab, “Kurma dan air saja, itu pun jika dapat.”(HR. Ahmad)

Ternyata-Seperti-Inilah-Isi-Bagian-Dalam-Rumah-Nabi-Muhammad-SAW-C

Dapur dan Bagian Dalam Rumah Rasulullah


Abu Hurairah berkata, “Aku pernah datang kepada Rasulullah ketika dia shalat sambil duduk, maka aku pun bertanya, ‘Ya Rasulullah, mengapa aku melihatmu shalat sambil duduk, apakah engkau sakit?’ Jawab beliau, ‘Aku lapar, wahai Abu Hurairah.’
Mendengar jawaban beliau, aku terus menangis sedih melihat keadaan beliau. Beliau merasa kasihan melihatku menangis, lalu beliau berkata, ‘Wahai Abu Hurairah, jangan menangis, karena beratnya penghisaban di hari kiamat nanti tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia, jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia ini.” (HR. Muslim).
Ibnu Bujair berkata, “Pada suatu hari Rasulullah pernah merasa sangat lapar. Lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda, ‘Betapa banyak orang yang memilih makanan yang lembut di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang pada hari kiamat!
Dan betapa banyak orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat’.”
Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi, Ummul mukminin menuturkan, “Rasulullah tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut. Sebenarnya jika kita mau, kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar daripada dirinya sendiri.”
Dialog-dialog dalam kisah diatas seolah kusaksikan dengan mata kepalaku sendiri, tanpa terasa air mata ini mengalir.
Ya Allah….
Alangkah kufurnya diri ini terhadap nikmat-Mu.
Entah berapa kali diri ini merasakan kenyang, sementara syukur jarang terucap dan ibadah tak kunjung meningkat.
Aku teringat ucapan ummul mukminin Aisyah radhiallahu anha yang berbunyi, “Ujian yang pertama kali akan menimpa umat ini sesudah kepergian Rasulullah adalah kenyangnya perut!
Apabila perut suatu kaum kenyang, badannya gemuk, maka lemahlah hatinya dan syahwatnyapun merajalela!” (HR. Bukhari).
Wal iyaadzu billah..
Sahabat…
Sebelum mengeluhkan dapurmu yang kekurangan ini dan itu, maka ingatlah dapur Rasulullah shallallahu alaihi wasallam…
Ingatlah Rasulullah yang tak pernah kenyang sejak diutus menjadi Nabi hingga wafatnya.
Sesekali bawalah imajinasimu mundur jauh ke masa-masa beliau hidup, lalu tanyakan pada dirimu, “Masihkah pantas engkau mengeluhkan kondisi dapurmu yang serba kekurangan..?”
Catatan:
Kesederhanaan Rasulullah adalah pilihan hidup, bukan keterpaksaan. Sebab bila beliau mau, maka gunung uhud akan dirubah menjadi emas untuknya, namun beliau menolak.
Beliau menganggap kehidupan akhirat lebih baik daripada kehidupan dunia.
Riwayat-riwayat diatas tidak mengajarkan kepada kita untuk selalu lapar dan miskin. Namun mengajarkan kepada kita agar mempunyai pola hidup sederhana. Dimana kita tetap berusaha dan bekerja keras, namun tidak menggantungkan semuanya kepada dunia.
Prinsipnya, “Genggamlah dunia dengan tanganmu, jangan biarkan ia memasuki hatimu”
_____________
Madinah, Disisi Raudhoh As-Syarif
03 Rabi’ As-Tsany 1438 H
ACT El-Gharantaly
——————
WAG Sahabat Bilal bin Rabah (Akhwat)
WAG Sahabat Masjid at-Tauhid (Ikhwan)
Daftar : 0851 0172 2864
Join telegram channel @sahabatibnuzubair
http://www.attauhid.net

Sang Nabi dan Istri

Nabi Muhammad saw tak pernah jijik dengan istrinya yang sedang haid sebagaimana kebiasaan Arab dan Yahudi.  Beliau tetap mesra, hanya menghindari jima’/hubungan badan.
Saat Aisyah haid, Nabi tiduran dipangkuannya sambil baca Al Qur’an atau meletakkan kepala diantara paha Aisyah bahkan tertidur.
Untuk shalat malampun, Nabi minta izin pada istri yang sedang bersama dikasur. “Apa kau izinkan malam ini aku menghadap Rabbku?”
Karena sempitnya kamar Nabi, saat shalat malam beliau berdiri hadap Aisyah. Jika sujud disentuhnya kaki sang istri agar ditekuk.
Nabi suka minum air susu diwadah yang sama dengan istrinya, seringkali ditepatkan dibekas bibirnya. Makan anggur, zaitun dan buah lain segigit berdua.
Nabi suka mandi bersama dan bercanda main air dengan istrinya. Bahkan pada Saudah yang sudah tua. Usia tak menghalangi kemesraan itu.
 
Sumber :
Menyimak Kicau Merajut Makna, Salim A. Fillah, ProU Media