by Sharia Consulting Center scc | Jun 4, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Banyak cara untuk melatih anak berpuasa dengan tanpa memaksa:
Persiapan Khusus
Sebelum menjalankan puasa Ramadhan maka orangtua terlebih dahulu melakukan dialog yang intensif dengan anaknya seputar puasa. Dalam dialog tersebut hendaknya menekankan tentang pengertian, kegunaan, keindahan, dan keutamaan puasa dengan bahasa dan pendekatan anak-anak, agar anak memiliki kesan pertama yang indah dan menyenangkan tentang puasa. Ingat anak lebih kuat menangkap kesan daripada pesan yang dia tangkap.
Faktor-Faktor Penting
Perhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk mulai berlatih puasa, antara lain adalah keluarga, sekolah dan teman sepermainan. Lingkungan yang kondusif pada setiap faktor tersebut sangat mempengaruhi berhasil dan gagalnya anak melakukan latihan puasa.
(Baca juga: Hukum Puasa Ramadhan)
Karena itu, orang tua harus dapat memastikan bahwa kondisi lingkungan pada setiap faktor tersebut cukup kondusif. Dengan demikian orangtua dapat mengantisipasi kondisi yang akan dipredeksi.
Pengertian yang Tepat dan Cukup
Berikan pengertian puasa sesuai tahap pemahaman mereka. Mereka belum mengerti bahwa puasa itu tidak boleh makan dan minum serta melakukan hal-hal yang membatalkan lainnya, tetapi jika mereka disebut tidak berpuasa mereka sangat tersinggung.
Jika orangtua bijak tentu tak akan menganggap hal tersebut masalah yang besar. Yang lebih penting bagi mereka adalah kesukaannya untuk berpuasa, walau seperti apapun bentuk puasa mereka. Sebagaimana mereka juga belum memahami harus bangun sebelum Subuh untuk melakukan sahur. Yang terpenting di sini hendaknya kita tidak memaksa mereka untuk melakukan hal-hal tersebut, biarkan pemahaman mereka terhadap puasa berkembang sesuai dengan perkembangan dirinya, sehingga kita tidak memberi kesan yang buruk dan memberatkan kepada mereka tentang puasa.
Bertahap
Buatlah puasa secara bertahap. Misalnya
- Pada hari pertama satu hari (12 jam), dibagi tiga sehingga akan melakukan sahur tiga kali.
- Lalu pada hari berikutnya sahurnya dua kali.
- Dan jika anak telah mendapatkan nuansa puasa tersendiri, maka baru dibebankan puasa sehari penuh.
Cara Lain
Cara lain untuk melakukan tahapan dalam melatih puasa, misalnya :
- Hari ini puasa 6 jam
- Besok puasa 8 jam
- Berikutnya baru puasa sehari penuh.
Yang perlu diingat bahwa mereka sesungguhnya pada masa latihan, sehingga tidak tepat diberlakukan seperti orang yang sudah berkewajiban.
Naik-Naik ke Puncak Sukses
Meletakkan puncak kesuksesan di waktu Maghrib. Jika anak mampu berpuasa hingga Maghrib, maka dia telah sukses, walau awal puasanya sejak 4 atau 6 jam sebelumnya. Lakukan koreksi jika gagal, dan hargai sesuai kemampuan yang diraih.
Sumber :
Panduan Lengkap Ramadhan, Sharia Consulting Center
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jun 3, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: M. Lili Nur Aulia
Perhatikanlah, jumlah anak Yakub as ada duabelas orang. Yusuf adalah anak yang paling dicintai ayahnya. Demikian juga bulan ramadhan, ia adalah bulan yang paling dicintai Allah diantara duabelas bulan dalam setahun. Sebagaimana Yusuf yang merupakan simbol kesabaran ditengah-tengah saudaranya. Sesungguhnya bulan ramadhan juga bulan kesabaran.
Jika nabi Yakub as bisa sembuh penglihatannya dengan baju Yusuf as. Sesungguhnya ramadhan bisa mengembalikan penglihatan pelaku maksiat. Sehingga dengan penglihatannya itu dia kembali ke jalan yang benar. Seperti saudara-saudara Yusuf as yang datang dengan sambutan maaf oleh Yusuf as. Begitupula ramadhan yang datang dengan kemuliaan dan penghormatan.
(Baca juga: Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut Tarbiyah, Dakwah dan Jihad)
“Pada hari ini tidak ada cercaan terhadap kalian, mudah-mudahan Allah mengampuni (kalian). Dan dia Maha Penyayang diantara Penyayang.” (Q.S. Yusuf : 92).
Sungguh benar Hasan al Bashri mengatakan, Ramadhan sebagai arena pertandingan untuk makhluknya. Mereka berlomba didalamnya dengan ketaatan-ketaatan untuk mencari ridhaNya. Ada orang yang terdepan didalam perlombaan, merekalah yang menang. Ada yang tertinggal dibelakang, dan merekalah yang rugi. Yang aneh ada orang yang tertawa dibelakang, padahal mereka adalah orang yang lalai dan merugi.
Rasulullah saw bersabda, “Celakalah orang yang menjumpai ramadhan sedang ia tidak mendapatkan ampunan.”
Sumber :
Ramadhan Sepenuh Hati, M. Lili Nur Aulia
by Sharia Consulting Center scc | Jun 2, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Diantara ciri khas bulan Ramadhan adalah tumbuh suburnya suasana keislaman di semua tempat. Umat Islam mempunyai kesempatan lebih banyak untuk beribadah. Puasa merupakan sarana yang sangat efektif untuk menahan segala kecenderungan negatif dan memotivasi untuk melakukan semua bentuk kebaikan. Sehingga peluang tarbiyah dan dakwah di bulan Ramadhan lebih terbuka dan lebih luas.
Kesempatan inilah yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i dan ulama untuk melakukan dakwah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezaliman dan kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktivitas ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dan lain-lain, sampai terwujud perubahan-perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan.
(Baca juga: Keutamaan Berbuat Kebajikan di Bulan Ramadhan)
Ramadhan bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja, tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan itulah yang dominan atas keburukan. Namun dominasi kebaikan bukan hanya di bulan Ramadhan, tetapi juga di luar Ramadhan.
Agar kebaikan dan kebenaran itu dominan atas keburukan dan kebatilan, maka umat Islam harus terus didorong untuk berjihad dalam menegakkan kebenaran dan nilai-niliai Islam. Jihad adalah puncak ajaran Islam, rahasia kemuliaan dan kejayaan umat Islam. Sedangkan landasan jihad adalah kesucian dan kebersihan jiwa. Oleh karenanya, bulan Ramadhan adalah momentum yang sangat tepat untuk menumbuhkan ruhul jihad dalam tubuh umat Islam.
(Baca juga: Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan untuk Bertaubat)
Sejarah telah membuktikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan gerakan jihad. Perang Badar Al-Kubra, Fathu Makkah, pembebasan Palestina oleh Shalahuddin Al-Ayyubi, perang Ain Jalut yang dapat menaklukkan tentara Mongol, penaklukkan Andalusia oleh pahlawan Tariq bin Ziyad, serta Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945, semuanya terjadi pada bulan Ramadhan.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by Yayasan Telaga Insan Beriman (Al-Iman Center) | Jun 1, 2016 | Artikel, Ramadhan
1. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa ketika telah datang bulan Ramadhan, Nabi bersabda, “Sesungguhnya, bulan yang penuh berkah telah datang kepada kalian. Allah mewajibkan kalian berpuasa. Di bulan ini, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di bulan ini terdapat satu malam yang nilainya lebih utama dari seribu bulan. Barangsiapa dihalangi dari kebaikannya, maka ia benar-benar telah dihalangi.” (HR. Ahmad, Nasa’i, dan Baihaqi).
2. Arfajah meriwayatkan, “Suatu ketika, aku berada di tempat Utbah bin Farqad. Saat itu, ia sedang membicarakan puasa Ramadhan, lalu seorang laki-laki dari kalangan sahabat Nabi masuk. Melihat kedatangannya, Utbah merasa segan dan memilih diam. Orang itu lalu menyampaikan hadits tentang Ramadhan, ‘Aku mendengan Rasulullah saw. bersabda mengenai Ramadhan, ‘Pada bulan itu, pintu-pintu neraka ditutup, pintu-pintu surga dibuka, dan setan-setan dibelenggu.’ Rasulullah juga bersabda, ‘Di bulan itu, seorang malaikat berseru, “Wahai pecinta kebaikan, bergembiralah. Wahai pecinta kejahatan, hentikanlah hingga Ramadhan berakhir.'” (HR. Ahmad dan Nasa’i. Sanad hadits ini hasan).
(Baca juga: Menjadikan Ramadhan sebagai Bulan untuk Bertaubat)
3. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Shalat yang lima waktu, Jum’at ke Jum’at, dan Ramadhan ke Ramadhan berikutnya adalah penghapus kesalahan-kesalahan yang terdapat di antara masing-masing, selama dosa-dosa besar dijauhi.” (HR. Muslim).
4. Abu Sa’id Al-Khudri ra. meriwayatkan bahwa Nabi saw bersabda, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan dan mengetahui batas-batasnya, dan ia menjaga diri dari segala sesuatu yang harus dihindari, maka dosa-dosanya yang telah lalu pasti dihapuskan.” (HR. Ahmad dan Baihaqi dengan sanad yang baik)
5. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan keridhaan Allah, dosa-dosanya yang terdahulu pasti diampuni.” (HR. Ahmad dan As-Habus Sunan).
Sumber :
Fiqih Sunnah Jilid 1, Sayyid Sabiq, Penerbit Al I’tishom Cahaya Umat
by Sharia Consulting Center scc | May 31, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana setan dibelenggu, hawa nafsu dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai hidup baru dengan langkah baru yang lebih islami.
Taubat berarti meninggalkan kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya hamba kepada Allah Swt, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang yang sesat. Orang-orang kafir, baik itu Yahudi, Nashrani, atau orang-orang musyrik yang masuk Islam berarti mereka telah bertaubat.
Begitu juga orang-orang yang berbuat maksiat, seperti membunuh, berzina, mencuri dan sebagainya, kemudian dia meninggalkan dosa tersebut dan kembali kepada Allah Swt, maka dia telah bertaubat. Adapun orang-orang yang meninggalkan kemaksiatan dan belum kembali kepada ajaran Islam, maka taubatnya belum sempurna, dan harus disempurnakan dengan cara kembali kepada ajaran Allah Swt, yaitu Islam.
(Baca juga: Persatuan Islam dan Ukhuwah di Bulan Ramadhan)
Taubat mencakup tiga dimensi waktu : masa lalu, sekarang dan akan datang. Yang terkait dengan masa lalu adalah penyesalan atas dosa yang telah dilakukan. Oleh karenanya disebutkan dalam hadits:
الندم توبة
“Penyesalan adalah taubat” (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Al-Hakim).
Sedangkan yang terkait dengan masa kini adalah segera meninggalkan dosa tersebut sekarang juga. Faktor yang terkait dengan waktu yang akan datang adalah bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika taubat terkait dengan sesama manusia, maka ditambah satu unsur lagi, yaitu meminta dimaafkan atas segala kesalahannya dan menyelesaikan segala urusannya.
Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Oleh karena itu barangsiapa yang tidak taubat masuk kelompok yang zalim dan orang yang bertaubat masuk kelompok yang beruntung.
Allah Swt. berfirman: “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim” (QS Al-Hujuraat 11).
Ayat lain: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nur 31).
Dengan demikian hakikat taubat yaitu kembali dari apa yang dibenci Allah Swt. secara lahir dan batin menuju apa yang dicintai Allah secara lahir dan batin. Sehingga taubat adalah suatu proses yang tidak pernah berhenti dan perjalanan awal, pertengahan dan akhir orang-orang beriman.
(Baca juga: Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah Ramadhan)
Langkah orang-orang beriman diawali dengan taubat, dan dalam proses dia terus-menerus bertaubat, hingga akhir dari amal harus ditutup dengan taubat. Inilah hikmah, kenapa mereka diperintahkan melakukan istighfar dan taubat, setelah melakukan amal shalih. Seperti setelah berwudhu, shalat, bahkan setelah berhasil melakukan semua tugas dan mendapatkan kemenangan, kita diperintahkan istighfar dan taubat.
Oleh karena itu, di bulan Ramadhan orang-orang beriman harus memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah Swt. Mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizaliminya serta mengembalikan hak-hak mereka.
Taubat adalah sebuah sikap menyesali akan segala kesalahan, melepaskannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi kesalahan tersebut. Dosa, maksiat dan kesalahan merupakan sebab inti dari keterpurukan dan krisis saat ini. Sehingga taubat adalah jalan pembuka untuk memulai hidup baru menuju yang lebih baik. Taubat dan istighfar menjadi syarat utama bagi bangsa Indonesia untuk mendapat maghfirah, rahmat dan karunia Allah Swt.
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud 52).
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center