by Danu Wijaya danuw | May 15, 2017 | Artikel, Berita, Internasional
Beberapa hari tersisa menjelang bulan suci Ramadhan, Asosiasi Amal Dubai siap untuk mendonorkan dana sebesar 60 juta dirham (sekitar Rp 218 miliar) bagi warga kurang mampu di seluruh dunia.
Lembaga Amal Al Urwatu Al Wuthqa yang didirikan pada 1980, dikabarkan telah menghabiskan 20 juta dirham untuk membantu 5.000 keluarga kurang mampu pada Ramadhan tahun 2016, Khaleej melaporkan.
Ahmad Mohammed Mismaar, sekretaris jenderal Asosiasi Amal Dubai, mengatakan bahwa mereka berencana untuk mengalokasikan dana 1,7 juta dirham bagi paket ‘Meer Ramadan’ tahun ini.
“Paket makanan ini akan diberikan kepada 15.000 keluarga miskin yang berpenghasilan rendah di Uni Emirat Arab dan luar negeri,” ungkap Mismaar.
Badan Amal tersebut juga akan menjadi tuan rumah “beberapa” acara buka puasa bersama. Makanan Iftar gratis senilai 1,5 juta dirham akan didistribusikan di 50 masjid di seluruh negeri – 100 paket akan dikirim setiap hari.
“Makanan Iftar bersama senilai 5 juta dirham juga akan dikirim ke 28 negara, termasuk Ghana, Filipina, Indonesia, Thailand, Mali, Kamboja, Uganda, Sudan, India, Senegal, Benin, Gambia, Togo, Nigeria, Mauritania, Sierra Leone, Guinea Conakry dan Cina,” terang Mismaar.
Alokasi dana 10 ribu dirham per masjid telah dialokasikan untuk makanan buka puasa di luar negeri.
“Jumlah ini akan memenuhi makanan Iftar gratis bagi sekitar 2,25 juta Muslim yang menjalankan ibadah puasa di seluruh dunia. Kami bekerja sama dengan misi diplomatik UEA di setiap Negara,” tambah Mismaar.
Sumber : khaleej
by Danu Wijaya danuw | May 13, 2017 | Adab dan Akhlak, Artikel
Ramadhan adalah bulan penuh berkah. Di bulan ramadhan kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah. Usahakan sebisa mungkin untuk menghindari hal yang sia-sia. Ibadah-ibadah yang hanya ada di bulan ramadhan Seperti salat taraweh pun sungguh sayang untuk ditinggalkan.
Bagi muslimah yang sudah baligh tentu akan mengalami halangan setiap bulannya. Termasuk di bulan ramadhan. Walau pun terkadang ada yang merasa bahagia ketika haid datang disaat ramadhan. Nyatanya muslimah kehilangan beberapa nikmat yang dirasakan orang lain yang sedang berpuasa ramadhan. Lalu bagaimanakah cara menyiasati agar ukti tidak kehilangan momen ibadah ramadhan?
Pertama-tama, perlu diketahui bahwa tak perlu kecewa ketika sedang haid. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: ”Kami keluar (safar) bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan tujuan kami hanyalah ibadah haji. Sampai ketika kami tiba di Sarif atau dekat dengannya, aku mengalami haid. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masuk menemuiku sementara aku sedang menangis.
Lalu beliau bertanya:”Apakah engkau mengalami nifas?” maksudnya adalah haid (menstruasi). ‘Aisyah berkata:”Aku jawab:’Iya.’” Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:”Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang telah Allah tetapkan (takdirkan) bagi kaum wanita dari anak cucu Adam.
Maka lakukanlah amalan-amalan haji, hanya saja janganlah engkau Thahwaf di Ka’bah sebelum engkau mandi (setelah suci dari haidh).” ‘Aisyah berkata:”Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkurban dengan menyembelih seekor sapi yang diniatkan untuk semua isterinya.” (HR. Muslim no 2976)
Perlu diingat bahwa haid merupakan ketetapan Allah bagi muslimah. Bukankah bersabar dalam menerima ketetapan Allah pun adalah ibadah. Maka ikhlas saat haid di bulan ramadhan merupakan salah satu amalan ramadhan.
Ada pun amalan lain yang dapat dilakukan adalah hal-hal berikut ini:
1. Mendengarkan Al-Quran
“Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah (baik-baik) dan perhatikan lah dengan tenang, agar kamu mendapat rahmat”…(Q.S. Al-A’raaf: 204)
2. Memperbanyak Dzikir
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab:35)
Dzikir sendiri bisa dilakukan baik sambil berdiri, duduk, maupun berbaring, dan bisa dilakukan dalam hati, perkataan, dan perbuatan.
3. Menuntut dan Membagikan Ilmu yang Bermanfaat
“Barangsiapa mengajak (manusia) kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun” Hadits shahih : Diriwayatkan oleh Muslim (no.2674), dari Shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.
4. Memperbanyak Sedekah
Bukan hanya uang, namun sedekah bisa dengan tersenyum, membantu menuangkan air minum untuk saudara, memberikan bantuan tenaga untuk yang menyiapkan menu berbuka adalah sedekah.
5. Berdoa
Berdoa juga termasuk ibadah, seperti sabda Nabi Muhammad S.A.W:
“Doa adalah ibadah.” (HR. Abu Daud no. 1264, At-Tirmizi no. 2895, dan Ibnu Majah no. 3818)
Do’a bisa apa saja, asalkan tidak mengandung dosa dan tidak pula memutus tali kekeluargaan. Sabda Nabi Muhammad S.A.W: “Tidaklah seorang muslim yang berdoa dengan doa yang tidak mengandung dosa dan tidak untuk memutus tali kekeluargaan, kecuali Allah akan memberinya tiga kemungkinan: Doanya akan segera dikabulkan, atau akan ditunda sampai di akhirat, atau ia akan dijauhkan dari keburukan yang semisal.” (HR. Ahmad no. 10709)
6. Memberi Makan Orang yang Berpuasa
Jika tidak sedang berpuasa, pahala puasa insya Allah tetap bisa didapat dengan memberi makanan berbuka pada orang yang berpuasa. “Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”
Keenam hal tersebut dapat dilakukan untuk menjaga ruhiah muslimah di bulan ramadhan. jangan sampai haid justru menjadi alasan ukhti berleha-leha dan malah menggoda orang yang sedang berpuasa ramadhan.
by Danu Wijaya danuw | May 11, 2017 | Artikel, Dakwah
Rasulullah selalu memberi kabar gembira kepada para Sahabatnya setiap kali datang bulan Ramadhan. Beliau bersabda, “Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian untuk berpuasa di dalamnya. Pada bulan itu juga dibukakan pintu Surga serta ditutupnya pintu-pintu Neraka…” (Riwayat Ahmad).
Demikian halnya para Sahabat dan tabi’in di zaman Rasulullah maupun sesudahnya, mereka senantiasa bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan.
Sebagaimana Mulla bin al-Fadhel pernah menyatakan bahwa perilaku para salaf sholeh terhadap kemuliaan Ramadhan adalah mereka selalu berdoa dan memohon kepada Allah selama enam bulan agar dapat bertemu Ramadhan dan agar amal ibadahnya selama Ramadhan diterima Allah Subhanahu Wata’ala.
Banyak hal yang mesti dipersiapkan sebelum kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, agar ibadah puasa kita tidak percuma. Sebagaimana peringatan dari Rasulullah, bahwa: “Banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga.”(HR. Ahmad).
Beberapa hal yang semestinya kita prioritaskan sebelum menjalankan ibadah puasa Ramadhan di antaranya:
1. Berniat dan Berdoa
Sesungguhnya baik buruknya amal seseorang terletak pada niatnya. Dengan niat yang benar dan ikhlas karena mengharap ridho Allah maka insya Allah puasa kita akan berkualitas.
Setelah memiliki niat yang benar, maka berdoalah kepada Allah, memohon untuk dijaga hati dan diri kita agar benar-benar siap menyambut bulan Ramadhan.
2. Meningkatkan Khazanah Keilmuan
Setiap Muslim diwajibkan membekali diri dengan ilmu ketika hendak beribadah kepada Allah. Harapannya agar amal ibadah yang dilakukannya sesuai dengan tuntunan Islam.
Demikian halnya ibadah di bulan Ramadhan terutama puasa, kita harus mengetahui rukun dan hal-hal yang dapat merusak ibadah puasa. Perintah berilmu juga merupakan perintah Allah, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al-Anbiya’ [21]: 7,
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلاَّ رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Artinya: “Maka bertanyalah pada orang-orang yang berilmu jika kalian tidak mengetahui.”
3. Mensucikan Diri
Logikanya, ketika seseorang menyambut tamu penting misalnya pejabat atau orang-orang yang dihormati. Tentu ia harus bersih diri, tempat dan lingkungan sekitarnya.
Demikian halnya Ramadhan, bulan yang dimuliakan Allah dan Rasulullah tersebut. Seharusnya kita membersihkan diri dari segala dosa dan meninggalkan segala maksiat untuk menyambut kedatangan Ramadhan, bulan penuh berkah ini.
Betapa rugi orang-orang yang berpuasa menahan lapar dan dahaga, tetapi dirinya masih berbuat maksiat. Sebagaimana dalam haditsnya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam bersabda, ”Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan beramal dengannya maka tidak ada bagi Allah kepentingan terhadap puasa (yang sekedar meninggalkan makan dan minum.” (Riwayat Bukhari).
Demikianlah beberapa hal yang semestinya menjadi etika kita ketika menyambut datangnya bulan penuh berkah ini. Tujuannya semata-mata demi meraih ridho Allah karena kita dapat mengisi bulan Ramadhan dengan amal ibadah yang maksimal dan dapat mengambil manfaatnya.
Semoga kita dapat menyelesaikan ibadah di bulan Ramadhan ini dengan predikat terbaik di hadapan Allah swt.
by Sharia Consulting Center scc | Jul 6, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : Sharia Consulting Center
Hari raya Idul Fitri adalah saat-saat umat Islam mensyukuri kesuksesan mereka melaksanakan ibadah Ramadhan. Ia adalah hari berbahagia dan bersuka cita. Kebahagiaan dan kegembiraan kaum mukminin ketika mereka berhasil menyempurnakan ibadahnya dan memperoleh pahala amalnya dengan kepercayaan terhadap janji-Nya kepada mereka untuk mendapatkan anugerah dan ampunan-Nya. Allah Ta ‘ala berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ(58)
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (Yunus: 58).
Hari Raya Idul Fitri disebut juga hari pengampunan, sebagaimana riwayat imam Az-Zuhri, ketika datang hari Idul Fitri, maka manusia keluar menuju Allah Swt.
Allah kemudian mendatangi mereka seraya berkata: ”Wahai hamba-Ku! Karena Aku engkau semua berpuasa, karena Aku engkau semua beribadah. Oleh karena itu, maka pulanglah kalian semua (ke rumah masing-masing) sebagai orang yang telah mendapat ampunan (dari-Ku).”
Ketika Nabi Saw tiba di Madinah, kaum Anshar memiliki dua hari istimewa yang mereka bersenang-senang di dalamnya. Maka, Nabi Saw bersabda:
قَإنّ الله قَدْ أبْدَلَكُم بِهِمَا خَيْراً مِنْهُمَا: يَوْمَ الأضْحَى، وَيَوْمَ الْفِطْرِ”.
“Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, (yaitu) Idul Fitri dan Idul Adha” (HR. Ahmad, Abu Daud dan An-Nasa’i dengan sanad hasan).
Hadits ini menunjukkan bahwa menampakkan rasa suka cita di hari raya adalah sunnah dan disyari’atkan. Maka diperkenankan memperluas hari raya tersebut secara menyeluruh kepada segenap kerabat dengan berbagai hal yang tidak diharamkan yang bisa mendatangkan kesegaran badan dan melegakan jiwa, tetapi tidak menjadikannya lupa untuk taat kepada Allah.
Sedangkan apa yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di saat hari raya dengan berduyun-duyun pergi memenuhi berbagai tempat hiburan dan permainan adalah tidak dibenarkan. Sebab, hal itu tidak sesuai dengan yang disyari’atkan bagi mereka seperti melakukan dzikir kepada Allah. Apalagi mengisi hari raya dengan kemaksiatan, maka itu jauh dari petunjuk Nabi Saw.
Hari Raya dalam Islam datang setelah umat Islam melaksanakan ibadah, yaitu:
1. Idul Fitri setelah puasa Ramadhan. Hari raya ini terselenggara sebagai pelengkap puasa Ramadhan yang merupakan rukun dan asas Islam keempat. Apabila kaum muslimin merampungkan puasa wajibnya, maka mereka berhak mendapatkan ampunan dari Allah dan terbebas dari api neraka, sebab puasa Ramadhan mendatangkan ampunan atas dosa yang lain dan pada akhirnya terbebas dari neraka.
2. Idul Adha adalah hari raya Qurban. Ia lebih agung dan utama daripada Idul Fitri. Hari raya ini terselenggara sebagai penyempurna ibadah haji yang merupakan rukun Islam kelima. Bila kaum muslimin merampungkan ibadah hajinya, niscaya diampuni dosanya.
Kedua hari raya tersebut diperingati dengan ibadah pula seperti shalat Ied, takbir, tahmid dan lain-lain. Di samping itu dibolehkan bergembira dan bersenang dengan menyediakan makanan yang enak, bertemu famili dan keluarga sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah Taala.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by M. Lili Nur Aulia mlilinuraulia | Jul 3, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh : M. Lili Nur Aulia
Hampir setiap rumah kita punya alat atau mesin cuci untuk pakaian, bukankah Begitu?
Karena itu, tidak ada salahnya sama sekali kalau di rumah kita ada mesin pencuci dosa-dosa.
Jangan kaget, mesin cuci dosa ini bisa berupa kotak celengan kecil yang Anda masukkan kedalamnya sedikit uang setiap kali Anda mengumpat atau memfitnah seseorang dari kaum muslimin, atau melalaikan kasih sayang Anda, atau setiap kali Anda lalai atau terlewatkan dari shalat berjamaah.
Mesin pencuci dosa ini ada di lokasi yang nampak di rumah, di tempat yang bisa dijangkau siapapun. Tutup mesin pencuci dosa tersebut dan jangan dibukakecuali pada malam hari raya idul fitri.
Siapa saja yang ada di dalam rumah, setiap kali melakukan dosa, memasukkan beberapa lembar uang receh ke dalamnya.
Siapa yang melihat wanita yang tidak halal baginya di televisi atau di jalan memasukkan uang, sedikit atau banyak, ke dalam mesin pencuci dosa (kotak celengan).
Siapa yang tidak menyelesaikan wirid Al-Quran yang telah ditetapkan untuk dirinya sendiri juga memasukkan uang ke dalamnya, demikian seterusnya.
Sampai datang akhir malam bulan Ramadhan, bukalah kotak tersebut dan keluarkan isinya, kemudian sedekahkan kepada orang-orang fakir dan miskin.
Dari Anas bin Malik ra dia berkata, ada yang bertanya kepada Rasulullah saw, “Sedekah apa yang paling utama?” Rasulullah menjawab, “Sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. Baihaqi)
Dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Harta tidak akan berkurang karena sedekah.” (HR. Muslim)
At Tirmidzi meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda,
“Puasa itu adalah perisai dan sedekah itu memadamkan kesalahan seperti air memadamkan api.”
Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw bahwasanya beliau bersabda,
“Orang yang dermawan dan murah hati itu dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan manusia, dan jauh dari neraka. Orang yang bakhil dan pelit itu jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia dan dekat dengan neraka.” (HR. Tirmidzi)
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, M. Lili Nur Aulia