0878 8077 4762 [email protected]

Tafsir Surat Al Isra' ayat 1 dan Masjid Aqsha Palestina

Oleh : Ustad Fahmi Bahreisy, Lc (Ketua PP Al Irsyad)
 
Firman Allah ta’ala dalam Q.S. Al Isra’ ayat 1

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Tafsir 1 
Surat Al Isra’ dimulai dengan ‘Subhan’
Setelah kata Subhan, mengandung sebuah makna diluar batas manusia atau diluar nalar.
Maka orang yang bertasbih “Subhanallah”, maka dia memiliki hal luar biasa.
Dalam hadist, Rasulullah Saw bersabda:
Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai Allah Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat “Subhanallah Wa Bihamdihi Subhanallahil’Adzim”. (HR Bukhari dan Muslim).
Seringkali kita lalai mengucapkan kalimat istimewa tersebut setiap hari. Padahal memiliki fadhilah yang besar.
Tafsir 2
Kata Asraa (أَسْرَىٰ) dalam bahasa arab memiliki arti memperjalankan dimalam hari, bukan siang hari atau pagi hari.
Bukan Rasul yang berjalan, tetapi Allah yang memperjalankan Rasul. Dijelaskan arti lain yaitu memperjalankan sebagian malam, bukan semalaman.
Orang kafir quraisy kemudian melemahkan dakwah Rasul seraya berkata “Bagaimana mungkin Rasul berjalan sekejab saja. Sedangkan kita butuh berbulan-bulan ke Syam Palestina”.
Ditanya kepada Abu Bakar seputar Isra’ Mi’raj. Beliau bertanya, ” Apakah benar Rasulullah saw mengatakan demikian? Kalau benar demikian, saya percaya. Kalau saja 2ahyu turun lebih cepat, maka Isra’ yang agak lebih lama, maka saya lebih percaya.” Sejak saat itu, Abu Bakar digelari Ash Shidiq.
Tafsir 3
Kata Bi ab dihi ( بِعَبْدِهِ) : Memperjalankan hamba-Nya, bukan dikatakan memperjalankan Rasul-Nya/Nabi-Nya. Karena memang seseorang yang sudah diakui sebagai hamba, maka orang itu dihormati. Sebab banyak orang yang tidak diakui sebagai hamba Allah di akhir zaman.
Saat Rasulullah dilempari batu di Thaif. Beliau memanjatkan doa yang menampilkan seorang hamba:
“Wahai Allah Tuhanku, kepada-Mu aku mengadukan kelemahan diriku, kekurangan daya upayaku dan kehinaanku di hadapan sesama manusia. Wahai Allah Yang Maha Kasih dari segala kasih, Engkau adalah pelindung orang-orang yang lemah dan teraniaya. Engkau adalah pelindungku. ……. Tiada daya dan upaya kecuali dari-Mu” (Hayatu Muhammad, hlm 187).
Bahkan ketika mendapat kemenangan gemilang, tetap Rasulullah menunjukkan bahwa dia hamba Allah swt. Saat Rasul masuk kekota Mekkah. Rasul menundukkan pandangan, sampai selendangnya jatuh ke tanah. Maka selama kita menundukkan diri sebagai hamba Allah, tentu Allah akan memberikan kedudukan tinggi.
Tafsir 4
Kata (مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى) minal masjidil haram ilal masjidil aqsha.
Masjidil haram adalah tempat Haji, dimana Rasul lahir, dan peristiwa Fathul Mekkah. Dikatakan “masjid haram” karena ada hal-hal yang diharamkan dilakukan disitu, yang mana tidak berlaku ditempat lain (misal dilarang berburu, menangkap burung, memetik pohon, tidak adanya non muslim dan sebagainya)
Masjidil aqsha adalah Masjid Al Quds di Palestina. Disebut “Al Quds” yang berarti disucikan. Dalam riwayat, ada kata (الْمُقَدَّسَةَ)  yang artinya suci dalam Surat Al Maidah ayat 21

 يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الأرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ

Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

Tafsir 5
Dikaitkan Masjidil Haram dan Masjid Aqsha memiliki arti bahwa orang yang memuliakan Masjidil Haram jangan sampai melupakan Masjid Aqsha di Palestina.
Ketika Al Aqsha dihinakan atau dirusak yahudi, maka umat Islam ikut berdosa jika mendiamkan. Dalam banyak hadist Masjid Al Aqsha memiliki keutamaan. Rasulullah saw bersabda :
“Tidak diupayakan melakukan suatu perjalanan kecuali menuju tiga Masjid, yaitu Masjid Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Al-Aqsha”. (H.R. Bukhari dan Muslim)
Maka penting masjid-masjid itu dijaga.
Apalagi informasi sekarang, orang-orang yahudi mau merusak dan mengganti Masjid Al Aqsha dengan kuil sinagog.
Maka jika kita ingin Masjid Aqsha kembali kepangkuan Islam, berusahalah. Sebab Allah tidak akan memberikan secara gratis.
Salahudin Al Ayyubi saat ingin merebut Baitul Maqdish, dia masuk ke suatu kemah. Dikemah satunya ada pemuda yang membaca Al Qur’an, ada yang shalat malam, berdzikir dan sebagainya. Kemudian saat masuk kemah selanjutnya, dia lihat para prajurit terlelap tidak ibadah. Maka Salahuddin khawatir akan kekalah umat Islam dari sini.
Maka mereka yang menjadi pembela Aqsha adalah hamba Allah seutuhnya. Perlu memperbanyak ibadah, memperbaiki ukhuwah, keimanan, dan lain-lain.
Bagaimana seandainya jika tidak memiliki kemampuan ke Baitul Maqdis? Rasulullah mengatakan, engkau berikan minyak untuk menerangi masjid Aqsha. Maka engkau seumpama shalat disana.
Jadi dengan membantu dan memberi sesuatu kepada masjid Aqsha baik sumbangan uang, makanan, obat-obatan, akan bermanfaat. Kekuatan iman kepada Allah tidak dibatasi geografis. Dan kita perlu juga memanjatkan doa untuk baitul maqdish, sebab doa adalah senjata kaum muslim.
 
Kajian Majelis Taklim Al Iman, Kebagusan, Jakarta Selatan. Ahad, ba’da maghrib di Yayasan Telaga Insan Beriman.

Hamas: Pengakuan atas Yerusalem, Trump Membuka 'Gerbang Neraka'

Hamas: Pengakuan atas Yerusalem, Trump Membuka 'Gerbang Neraka'

Jalur Gaza – Pengakuan resmi Presiden Amerika Serikat Donald Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel mengundang reaksi keras dari berbagai pihak di penjuru dunia, termasuk faksi Hamas di Palestina.
Hamas mengatakan bahwa pengakuan Trump atas Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan keputusannya untuk memindahkan Kedubes AS telah “membuka gerbang neraka”. Demikian seperti dikutip dari independent.co.uk pada Kamis (7/12/2017).
“Keputusan Trump tentang Yerusalem tidak akan berhasil mengubah fakta bahwa Yerusalem adalah tanah muslim Arab,” kata otoritas Hamas.
Pemuda dan gerakan perlawanan Palestina di Tepi Barat merespons dengan segala cara yang tersedia atas keputusan AS yang merugikan Yerusalem kita.
Hamas menyebut Yerusalem yang merupakan kota suci bagi tiga agama, Yahudi, Islam dan Kristen sebagai garis merah.
Hamas menekankan bahwa keputusan Trump nekat dan waktu akan membuktikan bahwa Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu adalah pecundang.
Keputusan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel “bertentangan” dengan kebijakan luar negeri AS yang telah berjalan selama tujuh dekade.
Di lain sisi, pengumuman Trump sekaligus menandai langkah awal pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.

_99097573_043424646-1

Presiden Trump memperlihatkan dokumen pernyataan Yerusalem sebagai ibu kota Israel yang di tanda tanganinya


“Hari ini, akhirnya kita mengakui hal yang jelas: bahwa Yerusalem adalah ibu kota Israel. Ini tidak lebih dari sekadar pengakuan akan realitas. Ini juga hal yang tepat untuk dilakukan. Ini hal yang harus dilakukan,” ujar Trump saat berpidato di Diplomatic Reception Room, Gedung Putih
Selama tujuh dekade, AS bersama dengan hampir seluruh negara lainnya di dunia, menolak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel sejak negara itu mendeklarasikan pendiriannya pada 1948.
Sementara, menurut Trump, kebijakan penolakan tersebut membawa seluruh pihak tidak mendekati kesepakatan damai antara Israel-Palestina.
“Akan menjadi kebodohan untuk mengasumsikan bahwa mengulang formula yang sama persis sekarang akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda atau lebih baik,” ungkap Presiden ke-45 AS tersebut.
Israel menduduki Yerusalem Timur sejak Perang 1967 dan pada 1980 Tel Aviv mencaploknya dan mengklaimnya sebagai domain eksklusif mereka. Di bawah hukum internasional, Yerusalem dianggap sebagai wilayah yang diduduki.
 
Sumber : Independent/Liputan6

Donald Trump Blunder Akui Yerusalem Ibu Kota Israel!

 
Pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel terus menuai kecaman. Pernyataan Trump dinilai blunder.
“Pernyataan Donald Trump yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara Israel adalah blunder politik Amerika,” Kata anggota Komisi I DPR Martin Hutabarat Kamis (7/12/2017).
Martin menilai, niat Trump itu akan berdampak luas. Terutama akan meningkatkan suhu politik di kawasan Timur Tengah maupun di negara-negara lain yang selama ini simpati terhadap perjuangan rakyat Palestina.
Martin mengatakan, dirinya tidak melihat adanya urgensi AS memindahkan kedutaan besarnya dari Tel Aviv ke Yerusalem saat ini. Apalagi, tidak ada satu negara pun yang memiliki kantor kedutaan di Yerusalem. Semua berkantor di Tel Aviv dan tidak ada yang terganggu dengan kenyataan itu selama ini.
“Saya curiga bahwa pemindahan kedutaan ini bukanlah kebjakan Kementerian Luar Negeri Amerika, tapi keinginan pribadi Donald Trump untuk mengurangi serangan gencar yang sedang ditujukan kepadanya, sebagai hasil investigasi kejaksaan yang melihat keterlibatan Rusia semakin terang benderang dalam Pilpres Amerika yang lalu yang membuat Donald Trump menang melawan Hillary Clinton,” ujarnya panjang lebar.
Pengumuman Trump soal status Yerusalem itu bakal memprovokasi kemarahan di dunia Arab. Apalagi, menantu Trump, Jared Kushner, sedang berupaya mengaktifkan kembali pembicaraan damai antara Israel dan Palestina, yang sempat terhenti.
“Rencana pengumuman ini membuat saya merasa sangat khawatir mengenai kemungkinan adanya respon berupa tindak kekerasan, yang bisa berdampak pada kedubes,” kata salah satu pejabat Kemenlu kepada Politico (Senin, 4/12/2017) “Saya harap saya keliru.”
Sejumlah kedubes AS di berbagai negara berpenduduk Muslim menjadi target demonstrasi berujung kekerasan sebelumnya. Pada 2012 lalu, sejumlah kedubes AS di Yaman, Mesir, dan Pakistan menjadi sasaran protes terkait sebuah video anti-Muslim yang memprovokasi. Sekelompok Muslim juga menyerang pejabat kedubes AS di Benghazi, Libya, dan menewaskan empat pejabat AS di sana.
Status Kota Yerusalem menjadi perselisihan selama beberapa dekade antara Palestina dan Israel dengan masing-masing mengklaim kota ini sebagai ibukota mereka.
Mayoritas negara termasuk AS sebelumnya menyepakati status Yerusalem akan ditentukan lewat proses pembicaraan damai antara Israel dan Palestina.
Trump berjanji selama masa kampanye pemilihan Presiden AS untuk memindahkan kedubes negara ini dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Pada Selasa, 5 Desember 2017, juru bicara Gedung Putih, Sarah Sanders, mengatakan,”Presiden, saya bisa katakan, cukup solid mengenai pemikirannya soal ini (pengumuman Yerusalem sebagai ibu kota Israel) pada saat ini.”
 
Sumber : Detik/Kabar24

Trump Akui Yerusalem Ibu Kota Israel, DK PBB Gelar Sidang Darurat

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akan menggelar sidang darurat khusus membahas keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Seperti dilansir AFP, Kamis (7/12/2017), sidang darurat ini akan digelar pada Jumat (8/12) pagi, sekitar pukul 10.00 waktu setempat. Markas PBB berada di New York, AS.
Sidang darurat ini diajukan oleh delapan negara anggota Dewan Keamanan PBB, seperti Inggris, Bolivia, Mesir, Prancis, Italia, Senegal, Swedia dan Uruguay. Negara-negara ini juga meminta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres membuka sidang darurat itu dengan pernyataan publik.
Sekjen PBB Guterres telah mengomentari keputusan Trump yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dia menegaskan, status akhir Yerusalem hanya bisa ditentukan melalui perundingan langsung antara Israel dan Palestina.
Guterres juga menyatakan dirinya selalu berbicara melawan langkah-langkah sepihak semacam ini. “Tidak ada alternatif bagi solusi dua negara,” ujar Guterres merujuk pada solusi yang selalu diperjuangkan untuk konflik Israel-Palestina.
Secara terpisah, Duta Besar Bolivia, Sacha Sergio Llorenty Soliz, menyebut langkah Trump itu sebagai ‘keputusan ceroboh dan berbahaya yang jelas berlawanan dengan hukum internasional, juga resolusi Dewan Keamanan’.
“Ini merupakan ancaman tidak hanya bagi proses perdamaian, tapi juga ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional,” sebut Dubes Soliz.
Resolusi Dewan Keamanan PBB 2334, yang diadopsi pada Desember 2016, menekankan bahwa PBB tidak akan mengakui perubahan apapun terhadap garis batas 4 Juni 1967, termasuk terkait Yerusalem, selain yang disepakati oleh pihak-pihak terkait melalui perundingan.
Saat itu, pemerintahan mantan Presiden AS Barack Obama abstain saat voting penerapan resolusi itu, sehingga AS secara tidak langsung menyetujui bahwa Israel harus mundur ke garis batas aturan PBB.
Hal ini berbanding terbalik dengan pemerintahan Trump. Dalam pidato publik pada Rabu (6/12) siang waktu AS, Trump tidak hanya mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, tapi juga memerintahkan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Trump menegaskan kampanye politiknya yang pro-Israel. Pengakuan ini mendapat kecaman dari berbagai dunia.
 
Sumber : AFP/Detik

Anies : Reuni 212 Penuh Doa dan Kedamaian, Bikin Kaum Pesimis Kecewa

JAKARTA – Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menghadiri Reuni Akbar 212 yang berlangsung di kawasan Monumen Nasional (Monas), Gambir, Jakarta Pusat, Sabtu (2/12/2017) pagi.
Selain di Monas, massa juga tumpah ruah hingga Patung Pahlawan atau Bundaran Tugu Tani, Jalan MH Thamrin.
Di hadapan ratusan ribu peserta Reuni 212, Anies menyinggung aksi serupa di tempat yang sama tahun lalu. Dimana aksi yang dihadiri jutaan orang itu telah membuat kecewa kaum pesimistis atau kaum sinis.
Diketahui, aksi 212 pada tahun lalu sempat mendapat cibiran dan kata-kata sinis dari sekelompok orang yang menyebut acara tersebut bakal ricuh.
“Tahun lalu saudara berkumpul di tempat ini. Tahun lalu saudara telah mengecewakan kaum pesimistis, mereka yang pesimis bahwa berkumpulnya masa akan memunculkan kericuhan, kekerasan, ketidakdamaian.”
“Tapi ternyata saudara hadir dengan kedamaian, dengan kenyamanan, dan dengan membawa keteduhan,” ujar Anies dalam sambutannya di atas panggung utama.
Oleh karena itu, mantan Mendikbud ini meminta peserta aksi Reuni 212 kembali membuktikan kepada publik bahwa acara hari ini juga berjalan aman dan damai.
“Hari ini saudara pastikan areal Monas tetap teduh, damai, dan nyaman,” katanya.
Tak hanya itu, Anies juga menghimbau agar para peserta Reuni 212 membentuk barisan untuk memperjuangkan persatuan di Indonesia.
“Mari kita jadikan barisan yang memperjuangkan persatuan di Indonesia,” tutupnya
Anies meminta para peserta Reuni Alumni 212 untuk meneladani figur Rasulullah Muhammad SAW. Dia juga meminta massa aksi untuk menjaga persatuan di Indonesia.
“Hari ini bertepatan dengan hari kita peringati Maulid Nabi Muhammad SAW, karena itu panggung ini, kegiatan ini harus jadi panggung mengukur kedekatan kita seberapa dekat kita dekat dengan sifatnya,” tegas Anies.
 
Sumber : Okezone/Sindonews