by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | May 25, 2016 | Artikel, Ramadhan, Ringkasan Taklim
Ringkasan Kajian Tadabbur Surat Al Baqarah ayat 183
Kenapa Kita Harus Mempersiapkan Diri Menuju Bulan Ramadhan?
Ahad, 22 Mei 2016
Pukul 18.00-19.30
Di Majelis Taklim Al Iman, Jl. Kebagusan Raya No.66, Jakarta Selatan
Bersama:
Ustadz Fahmi Bahreisy, Lc
Rasulullah SAW bersabda “Barang siapa yang senang akan datangnya bulan Ramadhan maka Allah akan jauhkan dirinya dari siksa api neraka”
Tadabbur Surat Al Baqarah ayat 183
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183).
- Allah SWT memanggil orang-orang yang beriman.
- Diwajibkan kepada kalian berpuasa
- Kutiba = ditulis (dalam bahasa arab). Maknanya adalah diwajibkan.
- Biasanya suatu informasi yang diumumkan secara tertulis lebih kuat secara hukum dibandingkan secara lisan.
- Terkait dengan puasa, ia merupakan kewajiban yang secara hukum sangat kuat.
Tahapan sejarah puasa di masa Rasulullah:
- Puasa 3 hari di setiap bulan
- Puasa Asyura
- Puasa Ramadhan. Tapi boleh memilih, antara puasa atau tidak. Tapi yang tidak berpuasa harus mengganti dengan fidyah.
- Puasa Ramadhan. Wajib kecuali bagi yang tidak mampu
Definisi Puasa
Secara Bahasa
Shiyam = Menahan
Secara Fiqih
Menahan dari makan, minum, dan berhubungan suami istri di siang hari dari fajar hingga terbenamnya matahari
Klasifikasi Orang yang Berpuasa
Menurut Imam Al Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin:
1. Puasanya orang awam
Mereka berpuasa menurut definisi fiqih saja. Tapi tidak menjaga anggota tubuh lainnya (mata, lidah, tangan, dan lain-lain) dari perbuatan yang Allah larang.
2. Puasanya orang yang khusus
Tidak hanya menahan lapar, haus dan hubungan suami istri di siang hari tapi juga menjaga matanya dari memandang yang haram, mulutnya dari perkataan yang kotor, tangannya dari berbuat zalim. Dengan kata lain, menjaga semua anggota tubuhnya dari perbuatan yang Allah larang.
(Baca juga: Definisi dan Keutamaan Puasa)
Kemudian ada 5 hal yang menyebabkan puasa kita tidak diterima
1) Al Kazib = Dusta
2) An Namimah = Mengadu Domba
3) Al Ghibah = Asyik Bergosip
4) Al Yaghinil Magnus = Sumpah Palsu
5) An Nazharu bis Syahwat = Memandang dengan Syahwat
3. Puasanya orang yang istimewa.
Tidak hanya anggota tubuhnya saja yang dijaga tetapi juga hatinya dijaga.
Kenapa disebut qiyam Ramadhan?
Abul Harits Al Muhasibi mengatakan “Kalau seseorang melakukan shalat isya dan tarawih berjamaah di masjid. Kemudian istirahat sebentar, tahajud, sahur dan shalat subuh berjamaah maka dia telah melakukan ibadah semalam penuh”
Orang yang celaka kata Rasulullah:
1. Ketika meninggal belum mendapat ridha dari kedua orang tuanya
2. Dosanya belum diampuni ketika Ramadhan telah berakhir
Puasa dan tarawih merupakan pasangan.
[Baca juga: Fiqih Wanita Berkaitan dengan Ramadhan (bagian 1)]
Qiyam Ramadhan = Tarawih
Derajat tertinggi adalah taqwa.
•••
Majelis Taklim Al Iman
Tiap Ahad. Pkl. 18.00-19.30
Kebagusan, Jakarta Selatan.
Jadwal Pengajian:
1. Tadabbur Al Qur’an tiap pekan 2 dan 4 bersama Ust. Fauzi Bahreisy
2. Kitab Riyadhus Shalihin tiap pekan 3 bersama Ust. Rasyid Bakhabzy, Lc
3. Kontemporer tiap pekan 1 bersama ustadz dengan berbagai disiplin keilmuwan.
Kunjungi AlimanCenter.com untuk mendapatkan info, ringkasan materi dan download gratis audio/video kajian setiap pekannya.
•••
Salurkan donasi terbaik Anda untuk mendukung program dakwah Majelis Ta’lim Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Sharia Consulting Center scc | May 23, 2016 | Artikel, Muslimah, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Wanita muslimah yang sudah baligh dan berakal, pernah mengalami haid dan hamil maka ia wajib berpuasa di bulan Ramadhan, sebagaimana perintah puasa dalam Al Qur’an. Namun bila syarat tidak terpenuhi seperti wanita bukan muslim, belum baligh, tidak berakal, dan dalam keadaan haidh atau nifas maka tidak diwajibkan berpuasa.
1. Wanita haidh atau nifas
Wanita yang sedang haidh atau nifas diharamkan melakukan puasa, jika ia melakukannya maka berdosa. Apabila seorang wanita sedang berpuasa keluar darah haidhnya baik di pagi, siang, sore ataupun sudah menjelang terbenamnya matahari, maka ia wajib membatalkannya. Dan wajib meng-qadha (mengganti) setelah ia bersuci. Sedangkan jika wanita tersebut suci sebelum fajar walaupun sekejap, maka ia wajib berpuasa pada hari itu walau mandinya baru dilakukan setelah fajar.
(Simak juga: Video Empat Langkah Menuju Ramadhan)
2. Wanita tua yang tidak mampu berpuasa
Seorang wanita yang lanjut usia yang tidak mampu lagi untuk berpuasa dan jika berpuasa akan membahayakan dirinya, maka justru ia tidak boleh berpuasa, melihat firman Allah
“….Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu dalam kebinasaan…” (Q.S. Al Baqarah ayat 195)
Disebabkan orang yang lanjut usia itu tidak bisa diharapkan untuk bisa mengqadha, maka baginya wajib membayar fidyah saja (tidak wajib meng-qadha) dengan memberi makan setiap hari satu orang miskin berdasarkan firman Allah swt.
(Baca juga: Visi Ramadhan Umat Muslim)
“Dan bagi orang yang tidak mampu berpuasa, maka ia harus membayar fidyah dengan memberi makan setiap hari satu orang miskin” (Q.S. Al Baqarah : 184)
Kemudian dalam riwayat Bukhari
Dari Atha ia mendengar Ibnu Abbas membaca ayat yang artinya “Wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya untuk membayar fidyah yaitu memberi makan satu orang miskin” Ibnu Abbas berkata : “Ayat ini tidak dinasakh, ia untuk orang yang lanjut usia baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak sanggup berpuasa hendaknya memberi makan setiao hari satu orang miskin”. *bersambung
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by Danu Wijaya danuw | May 19, 2016 | Artikel, Ramadhan
Mendekati ramadhan yang sangat baik ini, umat muslim harus mempersiapkan diri dengan baik sehingga visi ramadhan dapat tercapai. Yaitu terealisasinya ketakwaan. Ketakwaan yang sebenarnya diseluruh lapangan kehidupan baik dirumah, masjid, kantor, sekolah, kampus, pasar, dan dimana saja kita berada. Ketakwaan inilah yang membuka pintu keberkahan dari langit dan bumi, rahmat Allah SWT dan jalan keluar serta solusi atas segala problematika umat muslim dan umat manusia secara keseluruhan.
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. Al A’raf : 96)
Solusi krisis secara horizontal harus dimulai dengan mendidik manusia menjadi insan bertakwa, sehingga mampu menahan diri dari pelanggaran-pelanggaran dan tunduk pada Allah dan hukum Islam. Dan solusi krisis secara vertikal dengan menegakkan syariah Islam dalam masyarakat dan pemerintah, sehingga mereka takut akan sanksi dan tidak melanggar larangan-Nya.
Syariah Islam memberi rahmat bagi manusia, menjamin hak beragama, hak hidup, hak pemilikan harta, hak berfikir, dan berpendapat, hak terpeliharanya kehormatan dan keturunan. Kesinilah langkah harus ditujukan, pikiran dicurahkan, gerakan reformasi diarahkan, dan segala tenaga dikerahkan.
(Baca juga: Menyambut Ramadhan, Harapan dari Kondisi Umat Islam)
Marilah kita mempersiapkan ramadhan dengan bekal maksimal, yaitu bekal ruhiyah, fikriyah, dan jasadiyah. Persiapan ruhiyah dengan memperbanyak ibadah seperti memperbanyak membaca Al Qur’an, Shaum sunnah, Dzikir, Doa, dll. Persiapan fikriyah dengan mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Dan persiapan jasadiyah dengan menjaga kesehatan, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Menyiapkan harta yang halal untuk bekal ibadah Ramadhan.
Bulan ramadhan adalah bulan yang terbaik (sayyidusyuhur), dan mengandung seluruh sebutan, nama dan makna yang baik. Oleh karenanya umat muslim harus meningkatkan semua potensi kebaikannya di bulan Ramadhan. Bulan ramadhan adalah bulan puasa (Syahrus Siyam), bulan ibadah (Syahrul Ibadah), bulan Al Qur’an (Syahrul Qur’an), bulan ampunan dan kembali (Syahrul Maghfirah wal Inabah), bulan kepedulian dan solidaritas (Syahrul Muwaasaah), bulan pembinaan (Syahrut Tarbiyah), bulan jihad (Syahrul Jihad), bulan kesabaran (Syahru Shabr), dan bulan ketakwaan (Syahrut Taqwa).
(Simak juga: Video Ceramah Keistimewaan Ramadhan dan Beramal Didalamnya)
Semoga Allah SWT menerima shiyam dan ibadah kita. Mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat amal, dakwah, dan jihad kita sekalian, sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia dan seluruh dunia Islam yang lebih baik, lebih aman, lebih adil, dan lebih sejahtera dengan mendapat ridha Allah.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center
by Fahmi Bahreisy Lc fahmibahreisy | May 14, 2016 | Artikel, Buletin Al Iman, Ramadhan
Oleh: Fahmi Bahreisy, Lc
Ramadhan adalah bulan yang mulia. Bulan yang dipenuhi dengan berbagai macam keistimewaan dan kemuliaan yang telah Allah persiapkan bagi hamba-Nya. Kini ia kembali hadir bersama kita untuk mengantarkan kita menjadi hamba yang bertaqwa. Tentu saja, keistimewaan ini hanya akan dirasakan oleh mereka yang mau mempergunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya. Hanya mereka yang sadar akan kemuliaan ramadhan sajalah yang akan diantarkan olehnya untuk menjadi insan yang mulia.
Banyak sekali riwayat yang menyebutkan keistimewaan dan kemuliaan dari bulan suci ramadhan, yang mana hal ini menunjukkan bahwa beramal di dalamnya merupakan sebuah amalan yang agung dan mulia. Diantara keistimewaan tersebut ialah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Telah datang pada kalian bulan suci ramadhan. Allah mewajibkan puasa di dalamnya. Pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu pada bulan tersebut. Di dalamnya terdapat satu malam yang lebih baik dari pada seribu malam. Barang siapa yang terhalang dari keutamaan malam tersebut, maka sungguh ia benar-benar merugi.”
Al-Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa ada dua pelajaran yang bisa kita ambil dari hadits diatas.
Yang pertama, dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka merupakan sebuah petunjuk bahwa Allah SWT membuka seluas-luasnya amal ibadah di bulan ramadhan. Allah memberikan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya untuk melakukan berbagai macam aktivitas taqarrub kepada-Nya. Ini adalah salah satu bentuk kasih sayang dan kemurahan yang Allah berikan bagi manusia di bulan suci ramadhan ini.
Yang kedua, dari hadits ini, Qodhi Iyadh mengatakan bahwa di bulan suci ramadhan Allah membuka pintu maaf dan ampunan yang luas bagi manusia. Oleh sebab itu, barang siapa yang diberikan kesempatan oleh Allah untuk merasakan ramadhan hingga hari terakhir, namun ia belum diampuni oleh-Nya, maka ini adalah sebuah kerugian yang amat besar.
(Baca juga: Menyambut Ramadhan, Harapan dan Kondisi Umat Islam)
Bahkan dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa suatu saat Rasulullah saw naik di atas mimbar. Pada saat itu, beliau mengucapkan amin sebanyak tiga kali. Lalu para sahabat bertanya-tanya maksud dari ucapan amin dari beliau. Hingga akhirnya ada yang bertanya kepada beliau, lalu dijawab olehnya bahwa Malaikat Jibril datang kepadanya dan berdoa dengan tiga hal, diantara doanya ialah; “Barang siapa yang telah datang kepadanya bulan ramadhan, kemudian ia tidak mendapatkan ampunan di dalamnya, maka ia akan dimasukkan ke dalam api neraka dan akan dijauhkan dari rahmat Allah. Dan beliaupun mengaminkan doa malaikat Jibril tersebut.”
Dengan demikian, jika kita ingin terhindar dari murka dan azab Allah, maka hendaknya kita memanfaatkan momentum ramadhan ini dengan sebaik mungkin. Banyak sekali amalan-amalan yang bisa kita lakukan di dalamnya, apalagi amal shalih di bulan ramadhan akan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Diantara amalan penting yang bisa kita lakukan ialah, tilawah Al-Qur’an, Qiyamullail, melakukan munajat dan dzikir kepada Allah SWT, bersedekah, berdakwah, dan membantu fakir miskin.
(Tonton juga: Video Bekal Terbaik Menyambut Ramadhan)
Selain itu, amal ibadah yang kita lakukan di bulan suci ramadhan yang disertai dengan usaha kita untuk menjaga rambu-rambu didalamnya, hal itu dapat menggugurkan dosa-dosa kita. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan, dan ia mengetahui hukum-hukumnya kemudian ia menjaga hal-hal yang memang seharusnya dijaga di dalamnya, maka Allah akan menghapuskan dosa-dosanya yang telah lalu.”
Inilah beberapa keterangan hadits yang menyebutkan akan keistimewaan bulan suci ramadhan. Masih banyak riwayat-riwayat yang lainnya yang menegaskan akan mulianya bulan ini. Maka, tidakkah kita ingin ambil bagian di dalamnya? Tidakkah kita ingin menjadi hamba-Nya yang kembali suci? Tidakkah kita ingin menjadi hamba-Nya yang masuk ke dalam surga dari pintu ar-Rayyan? Maka itu, marilah kita sama-sama mempergunakan kesempatan dan peluang yang besar ini dengan optimal, sebab tidak jaminan bahwa kita akan sampai kepada ramadhan yang akan datang. Wallahu a’lam bisshawab.
Sumber :
Artikel Utama Buletin Al Iman.
Edisi 335 – 26 Juni 2015. Tahun ke-8
*****
Buletin Al Iman terbit tiap Jumat. Tersebar di masjid, perkantoran, majelis ta’lim dan kantor pemerintahan.
Menerima pesanan dalam dan luar Jakarta.
Hubungi 0897.904.6692
Email: [email protected]
Dakwah semakin mudah.
Dengan hanya membantu penerbitan Buletin Al Iman, Anda sudah mengajak ribuan orang ke jalan Allah
Salurkan donasi Anda untuk Buletin Al Iman:
BSM 703.7427.734 an. Yayasan Telaga Insan Beriman
Konfirmasi donasi: 0897.904.6692
Raih amal sholeh dengan menyebarkannya!
by Sharia Consulting Center scc | May 11, 2016 | Artikel, Ramadhan
Oleh: Sharia Consulting Center
Waktu begitu cepat berlalu, bulan demi bulan terus berjalan, dan insya Allah sebentar lagi kita akan menyambut datangnya bulan Ramadhan. Bulan yang senantiasa ditunggu-tunggu oleh orang beriman. Karena di bulan ini Allah memanggil langsung orang-orang beriman, untuk berpuasa dan ibadah Ramadhan. Bulan suci yang penuh berkah dan memberikan banyak kebaikan, keberuntungan dan kebahagiaan bagi mereka. Bulan tarbiyah orang beriman untuk mengantarkan ke derajat kemanusiaan tertinggi, muttaqiin.
Puasa bermakna imsak atau menahan dir dari makan, minum dan segala sesuatu yang membatalkannya dari waktu fajar sampai tenggelam matahari. Esensi puasa bermakna pengendalian diri dari hal-hal yang merusak dan dari memperturutkan selera hawa nafsu.
Dan diantara hikmah dari ibadah Ramadhan adalah adanya kebersamaan saat ifthor dan saat memulai puasa, kebersamaan dalam ibadah shalat fardhu dan shalat tarawih serta kebersamaan dalam aktifitas ibadah lainnya. Kebersamaan ini diharapkan juga diharapkan terjadi pada penetapan awal ramadhan dan Idul Fitri. Kesiapan bersatu dalam hal yang prinsip adalah bentuk kematangan dalam beragama, sebagaimana kesiapan berbeda dalam cabang agama adalah bentuk toleransi dan kedewasaan dalam beragama.
(Baca juga: Khutbah Rasulullah Menyambut Ramadhan)
Bulan Ramadhan datang pada saat umat muslim membutuhkan kekuatan iman dan ruhiyah untuk menghadapi kondisi sulit dan berat dalam kehidupan mereka. Dan dengan datangnya bulan ramadhan, Allah SWT memberikan tambahan energi kekuatan iman dan ruhiyah, sehingga posisi mereka meningkat naik jauh melebihi permasalahan yang dihadapinya. Maka dalam suasana keimanan dan ruhiyah yang kuat, umat muslim dapat sukses mengatasi segala permasalahan hidupnya.
Kondisi umat Islam didunia sedang dalam kondisi berjuang. Umat muslim di Palestina masih terjajah, masjidil Aqsho dibawah cengkraman penjajah zionisme Yahudi, begitu juga di Irak, Afghanistan, Pakistan, Suriah, Iran, Mesir, dan lainnya. Mereka masih menghadapi rezim tirani dan belum mendapatkan hak kemerdekaannya secara sempurna. Sedangkan umat muslim di Tunisia, Libya, Turki dan sebagainya sedang menata wajah baru yang lebih baik dan lebih Islami. Sementara itu umat muslim yang tinggal di negara-negara minoritas muslim seperti Uighiur di Cina, Pattani di Filipina, Rohingya di Myanmar, Thailand, India, negara-negara Eropa dan Amerika masih jauh dari nilai-nilai ideal.
(Baca juga: Rajab dan Persiapan Ramadhan)
Dalam suasana seperti ini harapan itu masih tetap ada. Allah memberikan hadiah berupa bulan Ramadhan. Ramadhan membuat umat muslim lebih kuat, lebih optimis, lebih bersemangat, berani dan berjihad. Bersatu membebaskan dominasi musuh-musuhnya baik musuh internal berupa syahwat dan syetan, maupun musuh eksternal dari orang-orang kafir yang mengadakan kerusakan dimuka bumi. Demikianlah yang terjadi dalam perjalanan sejarah umat muslim di bulan Ramadhan.
Sumber :
Panduan Lengkap Ibadah Ramadhan, Sharia Consulting Center